KUNINGAN (MASS) – “Hari ini, jengkol sudah masuk hotel bro,” begitulah salah satu kalimat yang disampaian Rana Suparman S Sos, anggota DPRD Kabupaten Kuningan dalam Podcast Kuningan Mass, Kamis (21/3/2024) malam.
Rana, mengatakan hal itu kala membahas tentang jati diri sunda, serta pemetaan potensi daerah yang harusnya dioptimalkan oleh pemerintah.
Namun, kata Rana, sebelum bicara soal ketahanan pangan, ekonomi kreatif dan hal-hal besar lainnya, yang penting adalah menjaga ekosistem alam. Dan itu beririsan dengan jati diri Sunda.
“Harapan kita selesai Pemilu akan menghadapi Pilkada, lahir pemimpin yang punya perhatian terhadap alam,” kata Rana.
Karena, lanjutnya, alam itu paling rusak ketika kebijakan tidak memproteksinya. Karena se serakah-serakahnya masyarakat, biasanya tetap mentaati pertaruran pemerintah.
Soal lingkungan, ia membahas bagaimana dalam adat sunda ada pengelolaan mata air secara tradisional dengan Patanjala. Ini, bahkan sudah dibuat Perda-nya. Rana, kembali menegaskan posisinya soal lingkungan, termasuk penolakan geo thermal.
“Geo thermal saya masih menolak, saya bukan so so-an, kan sudah terjadi eksplorasi panas bumi, jangan semua gunung di eksploitasi, barangkali Gunung Ciremai jadi gunung pananggeuhan,” kata Rana.
Selain posisi Gunung Ciremai, Rana juga menjawab soal kawasan wisata Cisantana. Rana memegaskan, bahwa ia bukan alergi terhadap wisata, tapi kawasannya, tata letaknya yang harus jelas.
“Kan ada hutan zona inti, ada zona penyangga (tutupan), zona produksi. Zona produksi ini untuk kesejahteraan, dan ciptakan warga kita kaya raya. (Eksplorasi wisata di kaki gunung Ciremai?) Boleh, tapi wilayahnya di zona produksi, supaya tidak mengganggu kepentingan substansif, penghasil oksigen dan air,” terangnya.
Ia juga mengamini soal dapil 5 yang diwakilinya sebagai konstituen. Dimana, secara geografinya adalah kawasan hutan, sawah. Karenanya, aspirasinya infrastruktur dan irigasi.
“Sambil mencoba memenuhi kebutuhan itu, kita juga edukasi, membangun ke masyarakat agar masyarakat menjaga lingkungan,” tuturnya.
Disinggung soal problematika yang ada di Kuningan secara umum, Rana menjawabnya dengan runut. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menginventarisir masalah.
Pemerintah, kata Rana, harus bisa mengurai problem hingga nantinya pemerintah akan bisa menjadi sumber informasi sekaligus sumber inspirasi bagi masyarakat. Termasuk bagaimana cara hidup sehat, hidup baik, bahkan sampai informasi pasar.
Masyarakat harusnya tahu dari pemerintah. Dan nantinya, termasuk mengoptimalkan hal yang menjadi potensi masyarakatnya. Tugas pemerintah, lanjut Rana, harus bisa mengguidence cara pikir masyarakat.
“Hari ini, jengkol sudah masuk hotel bro. Itukan produk kita di pedesaan, kenapa sih kita harus gengsi (dengan gaya hidup asli kita sendiri, sunda)?” kata Rana yang kini menjabat Ketua Pasundan Kuningan.
Rana mengiyakan mungkin banyak dari masyarakat Kuningan kehilangan karakter sunda-nya sendiri. Orang sudah engga disebut ambu, nyi dan istilah lain-lain.
Padahal, menurutnya jalan bidaya sunda ini harus menjadi karakter. Termasuk dalam kemandirian pangan, mengolah alam dengan tetap menjaga-nya.
Soal pemerintah, sekali lagi Rana mengingatkan agar tidak melulu silau dengan hal yang berasal dari luar. Jangan so pinter. Karena yang penting itu mendengarkan langsung dari rakyat sesuai kebutuhannya. Termasuk soal kemiskinan ekstrim yang pernah terjadi.
“Nu puguh bae dengekeun rakyat, inventarisir by name, by adress, by skill,” ungkapnya.
Ia, kemudian mengungkapkan lagi soal potensi tiap wilayah termasuk di Kuningan. Pemetaan potensi itu, harusnya yang menjadi rujukan bagi RT RW, RDTR dan lain-lain. Ia mencontohkan, misal ada wilayah yang potensinya wisata, pertanian, industri dan potensi lainnya. (eki/deden)