KUNINGAN (MASS) – Dalam rangkaian sejarah Indonesia, Gerakan Nasionalis Kuningan selalu mempunyai peran dan andil yang sangat besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal ini terungkap dalam sebuah diskusi yang diinisiasi oleh Kuningan Institut yang bertajuk Kuningan Dalam Pusaran Sejarah “Jejak Gerakan Nasionalis di Kuningan” pada Selasa (28/4/2020) malam.
Narasumber pertama memberikan gambaran kondisi Kuningan pada masa mempertahankan kemerdekaan. “Kuningan pernah menjadi salah satu pusat pemerintahan sementara Karasidenan Cirebon tepatnya di Desa Ciwaru, sehingga banyak sekali tentara keamanan yang ikut juga berjaga di Ciwaru karena pada saat itu sedang terjadi agresi militer tahun 1947. Hal inilah yang membuat para penjajah Belanda menyerang Kuningan,” ungkap Dr. Kuswandi Achmad Marfu,M.Pd, salah satu tim penulis buku Perjuangan Rakyat Kuningan Masa Revolusi Kemerdekaan dalam mengawali diskusi.
Disambung oleh Rana Suparman SSos yang menjelaskan tentang makna nasionalisme dalam menghadapi kehidupan. “Nasionalisme itu adalah kita cinta akan tanah air, kita tahu posisi dimana kita hidup yakni di tanah Kuningan yang mempunyai Gunung Ciremai yang harus kita jaga. Menjaga Gunung Ciremai itu sama dengan kita menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme di dalam diri kita. Selain itu pula gerakan kami selalu untuk kalangan rakyat petani,” ujar ketua Persatuan Alumni GMNI Kuningan itu.
Tendi MHum melengkapi beberapa tokoh nasionalis yang berkecimpung pada masa kemerdekaan salah satunya Maria Ulfah Santoso. “Pada masa revolusi kemerdekaan ada salah satu tokoh nasional yang berasa dari Kuningan yakni Menteri Sosial yang bernama Maria Ulfah, berkah garansi yang diberikannya kepada Sultan Syahrir maka tempat yang dipilih dalam perundingan linggarjati. Jadi secara tidak langsung peran Kuningan sangat menentukan dalam masa depan NKRI,” Ungkap Tendi yang juga dosen Sejarah di IAIN Cirebon.
Agus kusman memberikan tanggapan dalam diskusi bahwa Gerakan Nasionalis di Kuningan punya akar yang kuat. “Kuningan selalu ambil peran dalam setiap perjalanan sejarah Indonesia, hal itu dapat dilihat dengan dilaksanakannya perundingan linggarjati di Kuningan. Selain para pemuda juga ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan dengan mendirikan tentara pelajar yang pada saat itu dipimpin oleh Adjid dan Apidik. Yang sekarang namanya diabadikan menjadi jalan di Kabupaten Kuningan,”ungkap Agus selaku Direktur Eksekutif Kuningan Institute.
Sehingga dengan punya akar sejarah yang panjang membuat gerakan nasionalis mempunyai ideologi yang kuat di Kuningan. “Seperti kita lihat dengan perolehan suara Partai PDIP yang selalu dominan dan menjadi penguasa dalam setiap pemilihan sejak pemilu tahun 2004 bahkan di wilayah 3 Cirebon sebagai basisnya PDIP,” ucapnya.
Eyang Menado Ajarkan Semangat Muslim Nasionalis Gerakan Melawan Belanda
Dalam diskusi online tersebut sebetulnya diundang pula satu narasumber yang cukup tahu seluk beluk sejarah, Awang Dadang Hermawan. Sayangnya ia berhalangan sehingga mengirimkan pesan kepada moderator Ilham Ramdhani SIP (Pendiri Waroeng Rakjat).
“Beliau mengirimkan pesan lewat media sosial yang kemudian saya bacakan dalam mengawali diskusi. Isi pesannya seperti ini,” tutur Ilham.
Ini masukan sedikit dari Saya – – (15 %) Menyoal Gerakan Nasionalisne di Kuningan :…. “bahwa yang memberi dan mengajarkan semangat Muslim Nasionalis gerakan melawan Belanda di Kuningan adalah tokoh tokoh Islam, seperti Kiyai Hasan Maolani yang dikenal dengan sebutan Eyang Menado, karena ditangkap Belanda, dibuang ke Menado……” karena Kiyai Hasan Maolani, memboikot Belanda dengan cara seluruh petani dan buruh tani di tanah Sunda dan Jawa, tidak boleh membayar upeti – – (Gerakan Muslim Nasionalis) ke Penjajah: kolonial Belanda.
Ketika Kiyai Hasan Maolani dipenjara di Cirebon, Belanda kebingungan karena banyak Ulama Sunda sunda dan Cirebon pada besuk/Nengok Beliau, dan akhirnya Beliau dipindah dipenjara di Batavia/Jakarta dan…. Semakin banyak ulama dari Sunda, Betawi dan Jawa pada besuk/nengok…. Dst… Dst… Akhirnya Anjing penjajah Belanda membuang Kiyai Hasan Maolani ke Menado, kamar penjaranya, bersebelahan dengan Pangeran Diponegoro ! Itu sebabnya disebut Eyang Menado dan di Menado ada Kampung Lengkong…… …. Dst. dst
Sebutan Eyang juga sebenarnya itu Perbuatan orang-orang Islam kejawen, Islam abangan, yang iri dengan Sebutan Kiyai .! Mereka belokan dengan istilah EYANG..! Ini penting difahami. Dst…. dst…”
Ya minimal durasi 120 menit, baru faham gerakan Nasionalis Muslim itu kuat di Kuningan… dst… dst….”.
Fahami pula NU Berdiri th 1926. Kiyai Hasan Maolani ditangkap Belanda 29 Maret Th. 1842 dst.. dst……
Semoga faham… Sebab ada diskusi soal Gerakan Nasionalisme di Kuningan….. Dst… Dst.
Kemudian… PNI lahir th 1926., ketuanya Ir. Soekarno….. Dst… Dst.
Kiyai Hasan Maolani, ditangkap Kolonial Belanda pada tgl 17 Syafar Th. 1258 H/:29 Maret Th 1842 M
Kiyai Hasan Maolani, di penjara di Cirebon, selama 3 bulan. Kemudian dipindahkan ke Batavia.
Kemudian dibuang ke penjara di Menado. Itu sebabnya disebut Eyang Menado.!
Kiyai Hasan Maolani lahir di Desa lengkong pada tgl 8 jumadil akhir Th. 1196 H/21 Mei Th. 1782 M
Kiyai Hasan Maolani Wafat pada tgl 12 Rabiul Awal Th. 1291 H/30 April 1874. M
DEMIKIAN: DITUTUP DENGAN SARAN HATI HATI DI KUNINGAN ADA MISI JIL. Terimakasih : 19530430TITIK
Nasab Kyai Hasan Maolani
Kala dikonfirmasi lebih lanjut, Awang yang merupakan keturunan Lengkong tersebut mengungkapkan, Kyai Hasan Maolani memiliki putra-putri sebanyak 11 orang. “Kalau tidak hilaf 6 orang meninggal dunia saat kecil. Putra keempat namanya Kyai Imamuddin, pusaranya di dekat Ponpes Tanjung Sari, 50 meter dari Uniku, Jl Pramuka,” ungkap Awang.
Dituturkan, Kyai Imamuddin ditakuti Belanda di Tatar Sunda, dan dicari. Akhirnya ia berganti nama menjadi Kyai Tuba. Sejarah ini menurut Awang, tidak banyak orang yang tahu. Kemudian dirinya menyebutkan siapa saja keturunan dari Imamudin.
“Kyai Imamudin punya putra, saya tulis yang nasabnya laki-laki semua, agar faham arti nasab laki-laki. Jadi, Kyai Imamuddin itu punya anak bernama Kyai Ijmali. Kyai Ijmali punya anak Kyai Muhamad Zamali, pernah jadi penghulu Landrath di zaman Belanda, di Ciamis dan Kuningan,” sebutnya.
Kemudian, Kyai Muhamad Zamali punya anak bernama Kyai Muhamad Sobari (Kyai Oban-dikenal nama Landian). Kyai Oban Sobari punya anak H Yusron Cholid MSi, mantan Kepala Kemenag Ciamis dan Kuningan. Sedangkan Yusron sendiri merupakan adik kandung dirinya, Awang Dadang Hermawan.
“Jadi, baru keturunan ke 6, belum ke 7. Ini mah tambahan saja, karena banyak yang ujug-ujug ngaku keturunan Kyai Hasan Maolani. Saya biarkan, dan saya termasuk tidak tertarik dengan ngurus-ngurus turunan. Paling H Yusron Cholid dan adik-adik perempuan saya yang suka hadir di haol Kyai Hasan Maolani,” pungkas pria yang kini menjabat pula ketua PBB Kuningan itu. (deden)