KUNINGAN (MASS)- Dunia kini tengah dilanda gonjang ganjing pandemi virus yang orang-orang sepakati bernama corax. Ternyata gonjang ganjing tersebut juga sampai ke dunia pewayangan.
Amarta, hanyalah salah satu kerajaan yang terdampak situasi tersebut dari sekian banyak kerajaan dalam dunia wayang. Kebingungan mulai memuncak di kepala para pandawa selaku pemimpin Amarta.
Bagaimana tidak, seluruh Negeri dilanda krisis ekonomi karena situasi tersebut. Kebijakan untuk tidak berkeliaran di luar rumah pun turut andil dalam krisis ekonomi yang terjadi.
Para pedagang bangkrut dadakan, para pekerja lepas tak lagi memiliki pekerjaan, dan akhirnya bermukim pada sebuah kata “kelaparan”. Tapi apa mau dikata, kebijakan untuk menekan pertumbuhan virus itu nyatanya bukan tanpa risiko.
Arjuna : Bagaimana ini kakang Yudistira? Aku mendengar jerit kelaparan di seluruh pelosok Negeri. Aku tak tahan melihat mereka mati secara perlahan karena kelaparan.
Bima : Ya, apa yang dirasakan Arjuna juga sama aku rasakan kakang.
Yudistira : Segala cara sudah aku coba dikmas, prioritas untuk menekan pertumbuhan viruslah yang harus dikedepankan, tapi masih belum bisa membuahkan hasil maksimal.
Untuk sementara, kerajaan hanya bisa membantu sebisanya dengan beberapa sembako yang dibagikan ke semua daerah untuk jangka waktu tertentu. Dan itu berimbas pada keuangan Negara.
Kita juga harus bisa mengelola keuangan Negara untuk hal lain. Bukan terfokus pada kelaparan saja. Berapa banyak tenaga medis Amarta yang juga perlu peralatan lengkap guna merawat rakyat yang terkena virus ini.
Ditambah lagi, ada hal yang membuatku terkejut. Begawan kalapati dan beberapa menteri lainnya ternyata menyunat dana untuk kemanusiaan yang Negara berikan. Sungguh miris. Mereka sudah lupa sumpahnya. Mereka lupa bahwa hukum tuhan lebih pedih dari hukum Negeri ini.
Nakula: Betul kakang. Aku tak habis pikir dengan orang-orang seperti mereka. Nama tuhan nyatanya hanya sebagai kedok untuk menutupi perangai Cakilnya.
Yudistira : Kalau itu, kitapun sama dikmas. Kalau Allah tidak menutup aib-aib kita mungkin semua orang tidak akan mau bersosialisasi dan percaya pada sesama. Bahkan kita akan hidup pilih-pilih dalam segala hal. Maka allah menutupi aib kita bukan sebagai suatu kemuliaan, tapi sebagai suatu bahan berpikir akan keberadaan tuhan itu sendiri.
Bima : Sudah cukup ceramahmu kakang, apakah kita akan membiarkan saja orang-orang seperti Begawan edan dan menteri-menteri bangsat itu kakang! Kalau kakang izinkan, aku dan Gatot akan meremukkan wajah mereka dengan sekali genggaman.
Yudistira : Jangan main hakim sendiri Bima. Tentu saja tidak akan dibiarkan begitu saja. Mereka sudah mendapat hukuman yang sesuai dengan kejahatan yang mereka lakukan.
Amarta ini punya hukum yang berlaku. Tapi, aku harap kejahatan ini diselidiki dengan teliti. Aku masih menyimpan curiga dengan beberapa aparatur hukum yang menangani kasus ini. Entah kenapa mereka dijatuhi hukuman yang ringan. Aku mohon bantuanmu Bima. Selidiki dengan teliti.
Bima : Baiklah kakang. Jika benar ada permainan hukum dalam peristiwa ini, maafkan aku jika aku kelepasan, aku habisi mereka. Karena ini adalah wilayah tanggung jawabku. Aku bukanlah Kakang Yudistira yang selalu lembut bahkan pada bajingan-bajingan seperti mereka.
Yudistira : Hmm kalau itu tekadmu, aku tidak bisa meredamnya. Tapi aku harap kau jangan menindak segala sesuatu dengan emosi, dikmas. Oh iya, dimana Sadewa?
Nakula : Dia sedang dalam perjalanan ke Tumaritis kakang.
Yudistira : Tumaritis? Kakang Semar?
Arjuna : Betul kakang. Aku memerintahkannya untuk menjemput kakang Semar. Aku juga berharap, wejangan-wejangan dari kakang semar bisa membantu kita mengatasi situasi ini.
Yudistira : Bukankah kakang semar ada di kantornya?
Bima : Hmm sepertinya penyakit pikun kakang kambuh lagi. Makanya jangan terlalu lembek dalam berpikir kakang. Sesekali cobalah emosi! agar ada kejutan dalam otakmu itu hahahaha. Sudah 2 bulan para pengabdi kerajaan kita berlakukan WFH.
Nakula : Hahaha betul WFH! WAR FROM HOME haha
Bima : Goblok kau Nakula. Bukan War! tapi work…Work From Home.
Nakula : Aku hanya bercanda…
Yudistira : Begitukah? aku lupa memberlakukan aturan itu haha
Arjuna : Haha untung saja penyakit kakang hanya pikun. Tidak ditambah Plinplan. Coba kalau kakang menerapkan satu kebijakan terus keesokan harinya kakang hapuskan lagi kebijakan itu, yang ada rakyat jadi bingung. Ditambah lagi kakang lupa kalau kakang menghapuskan kebijakan itu haha
Bima : Itu sih goblok namanya Arjuna ! hahaha
Yudistira : Haha sudahlah kalian jangan terus-terusan menggodaku..Kalau demikian kenapa tidak kita hubungi Kakang Semar via Zoom saja?
Arjuna : Tentu saja itu bisa, tapi akan lebih enak kalau kakang Semar ada di sini dan bisa melihat situasinya secara langsung.
Yudistira: Baiklah. Bagaimana dengan Kakang Kresna? Apakah dia juga diminta hadir di kerajaan?
Arjuna : Tidak kakang. Kakang Kresna tengah fokus mengatasi hal yang sama di kerajaannya.
Sementara itu, di tengah perjalanan menuju Tumaritis, mobil Sadewa terhenti. Beberapa orang bersenjata tampak menghadangnya.
Orang 1 : Woy! keluar! (mengacungkan parang)
Orang 2 : Kurang sangar kayaknya kang. Ayo coba lagi.
Orang 1: Heuh sugan?
Orang 3: Sok acakan!
Orang 1: Woy!!!..sakitu?
Orang 2: Tah GG mang GG! Mantap!.
Orang 1: Hehe..
Sadewa : Siapa mereka?
Orang 3: Woy! bonge sugan ai sia! Kaluar!
Sadewa keluar dari mobilnya
Sadewa : Maaf paman. Ada apa ini? Apa salah saya.
Orang 1 : Jih aya jama beunghar teh bego. Ini namanya pem-be-ga-lan! Begal, Begal…Nyaho?
Orang 3: Sudah jangan banyak cingcong! serahkan barangmu cepat!
Sadewa : Begal? Barang saya?
Orang 3 : Iya barang kamu…
Orang 1 : Hus! naha beut kana barang si eta? Hartana bae..teu beuki aing mah barang si eta mah!
Sadewa : Maaf sebelumnya. Tolong biarkan saya pergi. Saya harus segera menjemput Kakang Semar di Tumaritis.
Orang 2 : Bro! Psssttt! sini dulu deh!
Orang 1 dan 2: Naha sih?
Orang 1 : Sia mah ngabegal bae ge loba uget!
Orang 2 : Itu Denmas Sadewa! Pandawa!
Orang 1: Heuh sugan?
Orang 2: Mati kita!
Sadewa : Aku tau paman-paman ini sebenarnya orang baik-baik. Kalau bukan orang baik pasti dari tadi aku sudah diserang oleh paman semua. Ada apa sebenarnya ini paman? Kenapa orang baik-baik seperti paman ini melakukan hal keji seperti ini?
Orang 1,2 dan 3 berlutut memohon ampun.
Orang 2 : Ampuni kami Raden! Ampun jangan penjarakan kami. Aku punya anak istri di rumah Den kasihanilah.. (Menangis)
Orang 1 : Heuh sugan? Sia can boga pamajikan Darkim!
Orang : Bangsat gandeng bae! (Lalu menangis lagi)
Orang 3 : Ampun beribu ampun Raden. Kami terpaksa melakukan ini semua agar bisa bertahan hidup. Kami sudah tidak punya penghasilan lagi. Kami tidak punya apa-apa untuk dimakan. Kami selalu dihantui kelaparan.
Sadewa : Tak ku sangka, kelaparan benar-benar benih tindakan kejahatan bagi orang-orang yang lemah iman seperti kalian. Apa kalian tidak malu jika istri atau keluarga kalian tahu yang kalian kerjakan ini? Apa kalian sudah menghilangkan ketakutan kalian pada hukum tuhan? Celaka! jika manusia tidak takut lagi pada tuhannya. Aku tahu kita semua sedang berada dalam situasi yang gawat. Situasi yang merubah derastis kehidupan normal kita. Tapi kita harus tawakal dan sadar kalau semua ini datangnya atas izin Allah maka kembalikan semua kepadanya. Yakinlah Allah tidak akan memberikan suatu cobaan melebihi batas kemampuan hambanya.
Orang 1,2 dan 3 : Maafkan kami Den…Kami bersalah..
Sadewa : Paman, apa kau lapar?
Orang 1 : Lapar pisan Den..
Sadewa : Begitupun orang lain. Ingat paman, bukan hanya paman sendiri yang tengah berada dalam situasi ini. tapi kita semua. Jadi tolonglah paman jangan merugikan orang lain, karena orang lain pun sama serba kekurangan. Kalaupun ada orang-orang kaya yang mungkin tidak terlalu kelaparan, itu semua adalah hasil kerja keras mereka, menabung dan sebagainya. Kita tidak pernah tahu bagaiaman perjuangan seseorang untuk mencapai suksesnya. Kita juga tidak berhak merampas paksa jerih payah mereka apalagi dengan kekerasan seperti itu. Kalau mereka tidak mau menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu sesama, itu urusan mereka dengan tuhannya.
Orang 2: Ampun Den ampun…
Orang 1 : (Berbisik) Heh kenapa kita tidak lawan saja. Kita kan bertiga, dia sendirian. Pasti menang kita.
Orang 3 : Ngaco kamu!
Orang 2 : Meskipun dia sendiri. Dia ini Kesatria. Pasti sakti. Bisa-bisa sekali pukul mati kita.
Orang 1 : Loh ya bagus. Kalau mati kan kita tidak kelaparan lagi.
Orang 2: Yasudah mati saja sendiri sana! biar nanti istrimu aku yang nikahi.
Orang 1 : Asem! Ngomong apa kamu!
Sadewa : Loh kok malah berantem? Begini saja, untuk kali ini aku maafkan kalian. Tapi, kalau sampai aku mendengar kalian masih berbuat seperti ini, aku akan datang bersama Kakang Bima menyeret kalian ke penjara Amarta.
Orang 1 : Ampun Den..saya janji engga lagi-lagi..Saya juga takut istri saya dinikahi dia!
Orang 2 : Jih ngkop!
Orang 3: Terimakasih Den, kami berjanji tidak akan melakukan ini lagi.
Sadewa : Oh iya. Bukankah kami sudah memberikan bantuan kepada seluruh rakyat Amarta. Apa paman-paman tidak menerimanya?
Orang 3: Tidak Den. Kami tidak meneima satu mie instanpun dari kerajaan.
Sadewa : Pasti ulah Bajingan Kalapati. Biadab!
Sadewa : Maafkan kami paman. Kalau begitu paman-paman silahkan pulang. Besok pasti akan datang bantuan untuk orang-orang di desa paman. Untuk sementara, ambillah mobil ini. Silahkan jual, lalu bagikan dengan orang-orang lain. Besok aku akan datang untuk mengecek apa kalian benar membagikan uang hasil penjualannya atau tidak sekaligus membagikan bantuan berupa sembako.
Orang 1,2, dan 3 : Baik Den. Terimakasih..
Sadewa : Kalau begitu, aku pamit paman. (Menghilang sekejap mata)
Orang 2 : Edan! Tuh kan sakti!
Orang 1: Heuh sugan?
Orang 3: Heran aku. Kalau dia bisa menghilang sekejap mata untuk sampai pada tujuan. Lalu kenapa dia naik mobil?
Orang 1 :Heuh sugan? Ihh heuh nya?
Orang 2 : Aaah pikiran bejabat, orang pinter itu rumit. Sudahlah jangan diambil pusing. Ayo kita jual mobil ini sesuai amanah Den Sadewa. Kalian bisa nyupir?
Orang 1 dan 3 : Hanteu.
Orang 2: Alah aing..! Atuh kumaha iyeu mobil?
Di rumah semar, tampak Bagong, Petruk dan Gareng tengah asik bercengkrama di bawah pohon durian di area pekarangan.
Bagong : Reng, Truk, aku capek diem terus di rumah. Kapan ya ini semua bakal selesei?
Petruk : Dont worry brother. Yang berawal pasti menemu ujung dan akhirnya. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Orang dunianya saja fana kok.
Gareng : Untuk saat ini, diam di rumah adalah yang terbaik. Ya meskipun terjangkit atau tidak kan itu kehendak tuhan sepenuhnya. Tapi kata Semar, tuhan itu tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.
Bagong : Jadi?
Gareng : Ya tetep harus ikhtiar.
Semar : Bagong?! (Memanggil dari dalam rumah)
Bagong : Iya Mar ! Ada apa Mar!?
Semar : Kemari sebentar !
Bagong : Siap meluncur Mar !
Bagong : Ada apa ya?
Petruk : Mana ku tahu..sudah sana!
Bagong : Yasudah aku ke sana dulu, barangkali mau dikasih duit hihi..
Sadewa : Assalamualaikum..
Petruk : Waalaikumsalam..Den Sadewa? Loh kok ada di sini? mau ngapain? Kangen ya sama kita?
Gareng : Pasti Truk. Soalnya kerajaan sepi kalau kita tidak ada haha
Sadewa : Haha iya begitulah, aku juga ada perlu dengan kakang Semar.
Sadewa menjelaskan maksud kedantangnya itu untuk menjemput Semar kembali ke kerajaan. Lalu tak
berapa lama kemudian Semar dan Sadewa berangkat ke kerajaan. Sesampainya di kerajaan, para pandawa menjelaskan bagaimana kemelut yang terjadi akibat pandemi tersebut.
Semar : Ya, saya paham betul situasinya saat ini Den. Amarta sedang dalam ujian yang berat. Angka kemiskinan dan kriminalitas meningkat, begitupun korban jiwa dari ganasnya virus ini. Saya juga sudah merenung dan bersemedi untuk mencari jalan keluarnya, tapi semua itu masih samar terlihat. Yang bisa kita perbuat untuk saat ini adalah bekerja sama dengan semua lini melakukan penekanan pertumbuhan virus itu dengan serius jangan dibuat main-main. Saya tau kita semua bingung dengan setiap pertimbangan keadaan, tapi kita juga harus tetap berikhtiar dengan setiap kemungkinan risiko yang ada. Kalau bisa, kita bentuk satuan pemantau yang bertugas menertibkan masyarakat agar tetap berda di rumahnya masing-masing. Masalah kebutuhan rakyat, kita juga harus pertimbangkan dengan matang. Karena kelaparan akan menjadi iblis-iblis yang merasuk pada pikiran setiap orang. Sementara disamping itu, setiap sektor pemerintahan terutama sektor kesehatan harus tetap berjalan. Jika rakyat melakukan protes, itu biasa, karena mereka juga sudah hampir putus asa dengan keadaan dan pasti akan menyalahkan pemerintah. Karena setiap tindakan itu seperti koin yang memiliki dua sisi. Yang penting kita sudah berusaha sekuat tenaga. Jangan berkecil hati, Allah maha mengetahui segala sesuatu Den.
Yudistira : Saya setuju dengan pendapat kakang Semar. Kita hanya bisa berusaha dan berserah. Dan kita harus siap menerima makian rakyat. Biarlah kita terima lapang dada dan terus menguatkan serta memberi pengertian pada rakyat.
Gatotkaca : Maaf menyela pembicaraan paman.
Yudistira : Ada apa tot? kamu terlihat begitu cemas.
Gatotkaca : Ada kabar buruk paman. Ternyata Begawan kalapati dan antek-anteknya berhasil melarikan diri dari penjara.
Bima : Apa? Kok bisa? Bajingan! ada permainan apa lagi ini.
Semar : Sabar kakang, kita dengarkan dulu Gatot berbicara.
Gatotkaca : Betul ayahanda, paman, ternyata hakim yang kita percayai juga ikut bersekongkol dengan
Begawan Kalapati. Beberapa penjaga pun ikut terlibat dalam peristiwa ini.
Arjuna : Astaga. Sebenarnya apa mau si Begawan palsu itu?.
Gatotkaca : Lebih buruk lagi, mereka menghasut dan menyulut amarah rakyat kepada kerajaan, entah fitnah apa yang disebar, tapi yang jelas meraka sangat murka. Kini mereka sedang menuju kemari dengan penuh amarah. Anak buahku yang kuperintahkan menghadang dan menenangkan mereka dihabisi. Aku terpaksa meninggalkan mereka untuk melaporkan hal ini sebelum mereka sampai di kerajaan. Ampuni hamba paman.
Bima : Tidak, kau tidak salah anakku. Biadab kau Kalapati! Dulu kau datang mengaku sebagai Begawan, setelah kami beri kedudukan, kini kami tahu siapa kau sebenarnya. Kau tidak ubahnya seperti setan! Ayo
Gatot! Ikut aku! kita akan menemui mereka.
Semar : Tunggu dulu Bima! jangan gegabah. Yang harus kita hakimi adalah Kalapati. Jangan sampai rakyat juga ikut menjadi korban amarahmu.
Yudistira : Betul Bima. Kita atur strategi terlebih dahulu.
Bima : Ahhh bajingan ! Baiklah apa rencananya?
Yudistira : Kita harus hadapi mereka. Kita dengarkan apa motif mereka melakukan semua ini. Setelah itu baru kita bertindak.
Bima : Sarua bae tanpa rencana eta mah ! aku tidak bisa menunggu lalu tiba kabar di telingaku para prajurit mati terbunuh kakang! aku tidak bisa!
Arjuna : Aku setuju dengan yang disampaikan kakang Yudistira. Aku juga punya usul lain kakang. Aku minta Raden Gatotkaca mengawasi dari awan, lihat baik-baik dimana keberadaan Kalapati, kalau ada kesempatan ringkus dia. Tapi berhati-hatilah, jangan sampai rakyat tahu. Karena saat ini Kalapatilah yang dipercaya oleh rakyat. Alih-alih kita dituduh melenyapkan orang untuk kekuasaan.
Yudistira : Ya kau benar Juna. Bagaimana pendapat kakang Semar?
Semar : Aku setuju.
Yudistira : Baiklah. Bersiap-siaplah..
Tak berselang lama, suara gaduh semakin terdengar dekat. Jerit rakyat bercampur cacian terdengar sangat pedas menusuk di telinga para pandawa. Rakyat sudah berada di depan istana lengkap dengan senjata yang mereka bawa. Membakar ban, kayu, dan mengibarkan bendera Amarta dengan bambu yang mereka genggam. Tampak Kalapati memimpin barisan dengan penuh semangat. Teriakan tegas mereka “Turunkan pandawa!”, “Pandawa tidak becus!”.
Semar : Mohon tenang saudara-saudara! tenang!! Ada apa ini? coba jelaskan.
Kalapati : Jangan banyak cingcong kalian! Kami sudah tau kebusukan kalian! Kalian membiarkan kami mati karena virus dan kelaparan! Dana yang seharusnya kalian berikan kepada rakyat, malah kalian korupsi! Betul tidak?!
Seluruh rakyat : Betul!!! Turunkan pandawa!! Pandawa tidak becus!!
Bima : Diam!!! Apa buktinya, kalau kami melakukan hal itu?!
Rakyat 1 : Masih nanya bukti? tidak tahu malu kalian!! Jelas-jelas kami tidak menerima satu mie instanpun untuk makan! mana bantuan yang kalian janjikan?! kalau bukan dikorupsi lalu kemana makanan jatah kami?!
Rakyat 2 : Betul!! Kami perlahan mati karena lapar dan virus yang tidak ada obatnya! Tega sekalian kalian!!
Seluruh rakyat : Turun! turun! turun!…
Rakyat 3: Bajingan kalian! apa kalian tidak tahu, tadi pagi aku mengubur anakku yang mati karena kelaparan!!! Apa kalian tahu rasanya melihat anak sendiri sekarat di depan mata! Jawab!!??
Yudistira : Mohon tenang dulu saudara-saudara! Kami sudah mengirim ke seluruh pelosok Negeri sembako untuk setiap kepala keluarga makan satu bulan. Kami sudah melakukan semaksimal mungkin.
Kalapati : Bohong!! Itu bohong saudara-saudara!!
Bima : Bajingan Kalapati!! Asal kalian tahu, dialah yang sudah mengambil dana untuk kalian. Dialah orangnya!! Dia kabur dari penjara dan menghasut kalian!
Sadewa : Aku sudah mengutus 3 orang warga untuk menjual mobilku dan membagikan hasilnya kepada kalian, itu cukup untuk kalian makan hari ini. Dan besok baru kami kirim sendiri sembako itu.
Rakyat 1 :Alaah..mana buktinya? kami masih belum menerima apa-apa hari ini?
Sadewa : Sialan mereka bertiga!
Dari kejauhan terdengar orang berteriak memanggil Sadewa
Orang 2 : Raden Sadewa!! Aden!! Ini kami Den!
Sadewa : Loh? Bukankah itu mereka? dan itu mobilku? Kenapa mereka dorong kemari?
Orang 1 : Waah rame bener? katanya dilarang berkerumun? kok malah ngumpul semua di sini? Loh itu
istriku? Beb! bebeb…? kamu ngapain?
Orang 3 : Ini den, Aden kan suruh kami jual mobil dan bagikan hasilnya ke warga, tapi kami tidak bisa nyupir den. Kami juga bingung mau jual kemana. Yasudah kita bawa ke sini saja.
Orang 1 : Betul den. Capek tahu dorong-dorong mobil..
Rakyat 3 : Jadi betul yang dikatakan Raden Sadewa tadi? Kalau kita seharusnya bisa makan hari ini, tapi karena mereka bertiga tidak bisa mengendarai mobil dan juga kebingungan mau menjual kemana, akhirnya kita belum menerima apapun.
Rakyat 2 : Lalu, apakah hal tentang Kalapati juga betul?
Kalapati : Waduh! sepertinya situasi semakin tidak menguntungkan bagiku. Aku kabur saja.
Kalapati menyelinap ke belakang kerumunan dan berlari sekencang-kencangnya pergi.
Bima : Dimana Kalapati? Hey dimana Kalapati?
Semua warga mendadak bingung mencari keberadaan Kalapati. Tapi dengan kaburnya Kalapati justru membuka tabir kebenaran bahwa pandawa tidak bersalah.
Arjuna : Gatot!! Tangkap dia!!
Gatotkaca melesat seperti seekor elang yang menerkam mangsanya dari udara. Kalapati berhasil tertangkap. Tapi masalah baru muncul. Warga mulai ketakutan tertular virus, karena kerumunan tersebut berpotensi besar untuk menjadi sarana virus menyebar. Jerit tangis warga kembali pecah karena takut mati.
Yudistira : Tenang saudara-suadara, tenang..Segeralah kalian membubarkan diri dan melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing. Jangan panik.
Rakyat 1 : Bagaimana kami tidak panik Den, percuma saja kalau kami pulangpun tetap berisiko akan mati. Bagaimana ini…
Para pandawa juga kebingungan akan hal ini, mengingat belum adanya penangkal virus yang terbukti bisa membunuh virus ganas tersebut.
Bagong : Aku dataaaang…Waduh Reng, Truk, rupanya sedang ada paduan suara menangis.
Petruk : Hus! Itu nangis beneran goblok!
Gareng : Ada apa ini Mar? Kok rame sekali?
Semar : Mar.. Mar..Aku ini bapakmu! Tidak ada sopan santunnya kamu.
Gareng : Hehehe ya maaf Romo..Becanda..
Semar : Seluruh rakyat sedang dalam kondisi mental yang down. Mereka melakukan aksi protes kepada kerajaan dan lupa akan larangan berkerumun. Bisa saja mereka semua tertular virus itu saat ini.
Bagong : Oh…begitu..Tenang saja Mar hehe..
Semar : Apa maksudmu gong?
Bagong : Lihat apa yang kami bawa di sana.
Semar : Itu…boled? Banyak sekali. Kalian mau buat apa dengan boled sebanyak itu? Mau buat kolak?
Yudistira : Iya gong, truk, reng. Apa maksudnya ini. Jelaskanlah..
Bagong : Jadi setelah Romo Semar dan Raden Sadewa pergi, kami kedatangan tamu, Kakang Kresna. Dia berhasil menemukan penangkal virus itu dan sudah teruji ampuh.
Bima : Maksudmu? Penangkal virus itu…boled?
Petruk : Seratus buat anda! hehe
Gareng : Kata Kresna, boled ini ampuh. Coba saja kalau rakyat tidak gengsi makan boled, pasti aman-aman saja. Ini kok lebih tertarik dengan makanan cepat saji yang diimport dari tetangga daripada hasil bumi sendiri. Kresna meminta kami mengantar ini ke kerajaan, beliau masih repot katanya, jadi langsung pergi.
Arjuna : Ah kalau benar demikian, ayo cepat bagikan!
Bagong : Baik kakak!. Oooyy ayo semua baris, nanti aku bagikan penangkal virusnya satu-satu. yang tertib yaa!!
Semar : Dengan ini, 2 masalah terobati secara bersamaan, baik kelaparan maupun virus itu.
Selesai.
Karya : Dulhalim