KUNINGAN (MASS) – Launching Buku 100 Hari Kerja Bupati-Wakil Bupati Kuningan, memantik reaksi beragam dari beragam pihak. Banyak yang apresiasi, namun tak jarang juga yang mengkritisi secara keras, karena menganggap pencitraan di atas kondisi Kuningan yang saat ini, diklaim tidak baik-baik saja.
Kuninganmass.com sendiri mewawancara salah satu narasumber dalam acara launching tersebut, peneliti Jamparing Reseacrh, Topic Offirstson, M.Si., M.Pd. Ia diminta tanggapan soal buku yang dilaunching Pemerintah Kabupaten Kuningan, sesaat setelah buku tersebut dilaunching, baru-baru ini.
Menurutnya, mendokumentasikan capaian kinerja 100 hari dalam bentuk buku ini cukup bagus sebagai akuntabilitas publik, dimana Bupati-Wakil Bupati Kuningan dapat menyampaikan informasinya kepada publik atas beberapa capaiannya.
“Mungkin ini juga sebagai motivasi atau fondasi untuk kemudian Bupati-Wakil Bupati Kuningan dapat terus melanjutkan kinerjanya hingga masa jabatan berakhir (5 tahun),” ujarnya.
Saat ditanya apakah ada minus dari buku 100 hari kerja ini sebagai evaluasi atau sarannya, Topic menguraikan bahwa beberapa kelemahan yang ada dalam buku program 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati Kuningan diantaranya :
– Bagian awal buku tidak didahului dengan uraian Visi Misi, yang dilanjutkan dengan uraian program prioritas apa saja yang akan dilakukan dalam 100 hari kerja. Sebelum kemudian isinya merupakan uraian capaian-capaian tersebut.
– Kurang detailnya tentang kajian yang membahas kekuatan, kelemahan, tantangan dan hambatan serta peluang yang ada di Kabupaten Kuningan. Buku tersebut mungkin lebih fokus pada capaian dan keberhasilan program, tanpa membahas secara mendalam tentang tantangan dan hambatan yang dihadapi selama 100 hari kerja.
– Tidak ada evaluasi kritis. Buku tersebut mungkin tidak menyertakan evaluasi kritis tentang program-program yang dijalankan, sehingga tidak ada ruang untuk refleksi dan perbaikan.
– Kurangnya partisipasi masyarakat. Buku tersebut mungkin tidak menyertakan perspektif atau partisipasi masyarakat dalam penyusunan dan pelaksanaan program, sehingga tidak mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Pasca memberi catatan kritis, Topic sendiri tak lagi memberikan komentar lebih jauh. Pasca kegiatan itu, Topic “ngeleos” buru-buru ke mobil dan kemudian pulang. (eki)
