Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Netizen Mass

Berartikah Perubahan Digit Angka?

KUNINGAN (MASS) – Fenomena malam pergantian tahun (Masehi) selalu menjadi pusat perhatian dan daya tarik tersendiri, pasalnya sistem penanggalan ini dipakai oleh seluruh warga dunia. Sistem yang telah menjadi ukuran dalam bertambahnya angka usia manusia mengharuskan adanya bentuk perayaan-perayaan tertentu di setiap pergantian tahunnya bagi sebagian warga dunia. Pada kelas masyarakat tertentu, perayaan diselenggarakan begitu mewah.

Konser musik, kembang api, dan pertunjukan lainnya sebagai bentuk perayaan bisa sampai menghabiskan dana ratusan juta, tentunya hanya untuk satu malam. Seperti perayaan tahun baru di Wonosari, Gunung Kidul menghabiskan sekitar 200 juta rupiah, di Melbeurne menghabiskan dana sekitar 2,7 juta dolar atau 27,1 miliyar rupiah dengan 14 ton kembang api, dan di Sydney menghabiskan 7 M dolar atau 73 miliyar rupiah. Belum lagi perayaan di kota-kota besar dunia seperti di Dubai, Tokyo, New York, Hongkong dan London yang memiliki ceremony perayaan tahun baru yang begitu mewah dengan menghabiskan dana yang fantastis tentunya.

Termasuk di negara kita, Indonesia, perayaan tahun baru selalu dinantikan bagi sebagian warganya. Namun bagi sebagian lainnya perayaan tahun baru menjadi polemik yang rasanya selalu segar untuk didiskusikan. Polemik yang terjadi disebabkan karena perbedaan sudut pandang, terutama sudut pandang dalam agama Islam. Sebenarnya sudah ada jawaban-jawaban pemecahan dari polemik tersebut, yaitu dengan cara membandingkan pendapat ulama-ulama yang memiliki kejelasan dasar hukum dengan kenyataan konteks yang kita hadapi, terkecuali jika kita telah memiliki kecakapan ilmu untuk berijtihad dalam menentukan apakah boleh atau tidak mengucapkan selamat tahun baru dan melakukan perayaannya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Lepas dari pembicaraan polemik diatas, sebagai manusia yang diberi kelebihan oleh Tuhan berupa akal fikiran, semestinya mampu memikirkan hikmah dibalik semua fenomena yang terjadi. Berkolaborasi dengan qolbu, sebagai pusat segala perasaan batin dan tempat bersemayamnya iman dan takwa, juga sebagai pusat memori dari semua amal baik dan buruk serta indera perasaan untuk mencerap pengetahuan atau sesuatu yang abstrak (Iqra Firdaus : 2015, 18), dimana akal fikiran difungsikan sebagai alat untuk mengambil sesuatu dari bongkahan-bongkahan fenomena dengan kemampuan rasional, logika dan ilmiahnya, dipadukan dengan penghayatan empiris yang telah menjadi rasa dalam qolbu. Inilah salah satu kelebihan manusia dengan dimensi ruhani yang dimilikinya. Pemaknaan dari pergantian tahun yang ditandai dengan bertambahnya digit angka, hakikatnya adalah umur semesta semakin berkurang.

Sama halnya dengan bertambahnya usia kita yang hakikatnya jatah waktu hidup kita semakin berkurang. Banyak orang terlena dengan semarak malam pergantian tahun. Berkurangnya jatah hidup dirayakan dengan maksiat dan foya-foya. Hal tersebut menjadi bukti bahwa ketajaman akal dan qolbu manusia semakin hari semakin tumpul. Banyak manusia mulai acuh tak acuh terhadap substansi dan hakikat dari segala fenomena.

Ada budaya yang harus kita bangun. Perayaan tahun baru seharusnya diisi dengan kegiatan positif. Bagi umat Islam, kegiatan dzikir dan doa bersama bisa menjadi alternatif. Bukan berarti diselenggarakan dalam rangka menyambut tahun baru, tetapi sebaliknya bahwa kegiatan tersebut sebagai upaya menangkal kemaksiatan yang marak terjadi pada malam pergantian tahun. Jika kita berkenan untuk memikirkan fenomena alam yang terjadi, dimana akhir-akhir ini bencana alam terjadi dimana-mana, tidakkah cukup itu sebagai peringatan dari Sang Pencipta kepada kita. Manusia hanya perlu intropeksi diri tentang keberadaannya di dunia. Habib Quraisy bin Qasim Baharun,(Pimpinan Majelis Rasulullah SAW Jawa Barat) dalam tausiyahnya mengatakan bahwa “ketika ayat-ayat qauliyah tak lagi membuat kita tertegur, maka bersiaplah kauniyah-Nya yang akan menegur”. Pergantian tahun baru ini semestinya menjadi ajang tafakur bahwa dunia ini sudah tua. Layaknya manusia yang semakin tua akan semakin lemah dan rapuh. Di sini letaknya bahwa akal dan qalbu kita harus dikolaborasikan. Kehadiran yang Maha Kuasa selalu tidak kita sadari, padahal manifestasi-Nya ada di setiap apapun sampai pada partikel yang terkecil.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Bagi sebagian warga lainnya, pergantian tahun baru diisi dengan cara tidak mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang menunjukkan antusias terhadap pergantian tahun, hanya berdiam diri di rumah dan melewatinya seperti malam-malam biasa. Mungkin tidur lebih baik, dari pada harus keluyuran ke luar rumah atau sekedar melek semalaman. Bagi mereka, pergantian tahun tidak ada yang perlu diistimewakan. Upaya perbaikan hidup tidak harus menunggu awal tahun. Bukan hanya tahun yang termasuk hitungan waktu, namun juga detik, menit, jam dan hari adalah hitungan waktu. Maka upaya perbaikan dan peningkatan kualitas hidup harus terus diupayakan setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detiknya.

Lantas sebenarnya apa arti pergantian tahun? Ya, kembali lagi kepada diri kita, bagaimana kita memaknainya. Pemaknaan tiap individu akan berbeda, tergantung pada konstruk pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dan juga tergantung perbedaan kepentingan. Ada yang karena stratifikasi sosial tertentu mengharuskan ia mengadakan perayaan tahun baru guna menjaga keutuhan keberagaman. Ada yang karena status sosial tertentu juga yang melarang karena kekhawatiran terjerumusnya kepada maksiat. Suatu hal yang sewajarnya ketika perbedaan itu terjadi dalam kehidupan. Maka agar proses kehidupan berjalan harmonis dengan siapapun, tugas kita adalah menunjukkan sikap menghormati dan menghargai antara satu sama lain. Perbedaan adalah keniscayaan hidup, bentuk tanggapan terhadap perbedaan dalam hidup tergantung isi kepala dan hati kita. Pemaknaan terhadap pergantian tahun tergantung dari mana sudut pandang kita. Berarti atau tidak tergantung sejeli apa pergantian tahun diartikan.***

Ifan M M Arifin
Kader IPNU Kuningan

Advertisement. Scroll to continue reading.
Advertisement
Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Netizen Mass

KUNINGAN (MASS) – Zaman berkembang begitu cepat dan tidak ada yang mampu membendungnya. Peristiwa dan perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan terjadi begitu pesat. Hal...

Social Culture

KUNINGAN (MASS) – Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Kuningan menggelar Latihan Kader Muda (Lakmud) di Pondok...

Social Culture

KUNINGAN (MASS) – Nahdlatul Ulama (NU) menerapkan Akulturasi budaya sebagai jalan dakwah. Hal itu diungkapkan Ketua PAC IPNU Kecamatan Jalaksana, Anggi Ramdhani setelah pelaksanaan...

Netizen Mass

KUNINGAN (MASS) – Ada ranah-ranah dalam diri setiap individu yang tidak bisa dijangkau oleh individu lain. Dalam dunia pendidikan formal terdapat istilah afektif, kognitif...

Advertisement