KUNINGAN (MASS)- Saya sebenarnya tidak ingin mengeluarkan unek-unek ini. Namun, melihat banyak yang komen di medsos bahwa kapan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dimulai menjadi greget.
Mereka beralasan anak akan bodoh ketika terlalu lama tidak sekolah. Haloo bapak-bapak ibu-ibu, harus tahu guru tetap memberikan pelajaran meski secara daring.
Mereka tetap memberikan tugas. Bahkan, sebelumnya pernah dilakukan home visit meski jumlah siswa dipecah 4-6 orang. Apakah ini bukan upaya agar siswa pintar?
Hallo bapak-bapak ibu-ibu saya juga orang tua ingin anak saya ke sekolah seperti sebelum covid. Tapi keadaannya yang tidak memungkinkan.
Saya pernah bertanya ke guru-guru, mereka menyebutkan, daring itu tidak efektif, tapi ini yang terbaik saat ini. Paham Gak ? (maaf saya sedikit emosi karena banyak yang tidak paham).
Pemerintah tau mana yang baik! Mereka ingin melindungi anak-anak kita. Kalau anak-anak terpapar, lalu meninggal dunia. Siapa yang akan bertanggungjawab.
Paling juga cukup dengan mengucapkan bela sungkawa. Yang sedih pasti orang tuanya. Apakah mau terjadi seperti itu?
Kalau saya tidak akan mau dan amit-amit kalau sampai terjadi seperti itu.
Anak-anak saya urus dari kecil, sudah besar meninggal karena covid dan itu kesalahan kita tidak bisa menjaga.
Saya pasti menyesel seumur hidup. Meski itu takdir tapi Allah meminta kita ikhtiar dulu. Seperti kita sakit, Allah yang menyembuhkan tapi kita ikhtiar ke dokter dulu. Paham Ga?
Dibalik pandemi juga ada hikmah yakni kedua orang tua harus lebih paham tentang cara mendidik anak.
Ingat masalah pendidikan bukan hanya tanggungjawab guru di sekolah tapi para ortu juga. Waktu di sekolah itu pendek yang panjang adalah bersama keluarga.
Hallo bapak-bapak ibu-ibu, saya yakin bapak teriak ingin sekolah dibuka karena cape mengajar anak. Bagaimana dengan guru yang harus mengajari 20-30 siwa dengan beda karakter?
Pahami dan jangan menggunakan emosi. Semua berdoa agar pandemi berlalu. Pemerintah yakin ingin generasi Indonesia pintar.
Apalagi pada tahun 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka, kita memiliki generasi muda paling banyak, sehingga muncul istilah bonus demografi.
Kalau kita bisa memanfaatkan hal itu, maka prediksi Indonesia menjadi negara maju ke 7 di dunia bisa terwujud. Dari pada teriak tidak puguh lebih baik kita berdoa dan terapkan protokol kesehatan.
Ingat jangan ngeyel, banyak ulama yang kena covid-19. Pada zaman para wali juga pandemi ada. Sampai saat ini jumlah yang meninggal karena covid-19 di Kuningan sudah 82 orang. Mau nambih lagi? Salam dari saya, sekian!***
Penulis: Dede Rahmayanti
Ibu dari Dua Anak dan orang tua siswa.