KUNINGAN (MASS) – Di acara karnaval budaya pada 4 September kemarin, saat peserta pawai lain menampilkan atraksi dan tarian, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Al-Ihya (BEM Unisa) menampilkan apa yang mereka sebut budaya kritik.
Mereka membawa spanduk-spanduk yang berisi tangkapan layar (screenshot) judul berita media daring mengenai masalah yang ada di Kabupaten Kuningan. Seperti masalah kemiskinan ekstrim, stunting, lingkungan, sampai etika anggota dewan.
“Kita berdiskusi, apa nih yang akan kita tampilkan di karnaval budaya, konsep yang berbeda yang bisa kita suguhkan. Kemudian tercetuslah konsep budaya kritik,” jelas Presiden Mahasiswa Unisa Reza Maulana, kepada Kuninganmass, Rabu (7/9/2022) kemarin.
Menurut Reza, budaya kritik sangat diperlukan oleh mahasiswa sebagai agen kontrol sosial. Mahasiswa harus menjadi bagian terdepan dalam mengawasi kebijakan publik.
Tujuan dari penampilan budaya kritik tersebut untuk mengingatkan kembali masyarakat terkait masalah-masalah yang terjadi di Kabupaten Kuningan selama satu tahun terakhir.
“Kami kumpulkan berita selama satu tahun terakhir. Untuk me-refresh ingatan masyarakat terkait masalah di Kuningan,” jelas Reza.
Penampilan tersebut juga sebagai bentuk apresiasi kepada pers yang telah menginformasikan kepada masyarakat mengenai masalah yang terjadi di Kabupaten Kuningan.
“Kami juga berterima kasih kepada pers, dalam hal ini wartawan, telah menyuguhkah berita mengenai Kabupaten Kuningan,” pungkas Reza. (asep/mgg)