KUNINGAN (Mass) – Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Kuningan secara resmi dilantik PB PMII di Gedung KNPI Kuningan, Rabu (19/4). Kepengurusan baru masa khidmat 2017-2018 dibawah kepemimpinan Diding Zaenudin, PMII berkomitmen untuk bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah khususnya soal kerakyatan.
“Kami sebagai warga pergerakan, tentunya kedepan harus lebih memikirkan persoalan rakyat khususnya terkait kebijakan pemerintah yang tak berpihak terhadap rakyat. Kami tak pernah segan untuk bersikap kritis, jika kepentingan rakyat tak diperhatikan,” ucap Ketua PC PMII Kuningan Diding Zaenudin saat memberikan keterangan pers kepada kuninganmass.com usai prosesi pelantikan.
Baginya, PMII jangan sampai kehilangan ruh pergerakan untuk lebih peka terhadap persoalan-persoalan sosial, khususnya kepentingan rakyat yang betul-betul harus diperjuangkan. Karenanya, untuk terjun menangani masalah-masalah sosial itu harus diawali dengan komitmen bersama di tubuh PMII.
“Pelantikan ini sebagai langkah awal, agar semua kepengurusan baru bisa lebih progress dalam menyoal kondisi sosial kerakyatan. Maka dari itu, PMII dituntut untuk lebih tajam dari sisi nalar kritis dan analisisnya ketika membaca problematika sosial,” ungkapnya.
Sementara Sekretaris PB PMII Kaka Hanifa mengingatkan, agar kader PMII tidak melupakan perjuangan awal, yang sejatinya bisa lebih meningkatkan eksistensinya didalam kampus. Sejatinya, bahwa PMII merupakan organisasi mahasiswa yang harus memiliki kekuatan didalam kampus.
“Mulai sekarang kita perlahan berubah, jika dulu sering terjun ke masyarakat sekarang kita kembali ke kampus, karena ruang perjuangan kita sejatinya ada di kampus. Sebab kita levelnya adalah mahasiswa, kondisi hari ini kita diharuskan untuk berjuang di kampus, ruang pertarungan kita di kampus,” tegasnya.
Oleh sebab itu, dirinya menekankan, agar kader-kader PMII tidak lemah di ruang gerak kampus, karena basis organisasi pergerakan ini berada didalam kampus. Sebab, yang dikhawatirkan adalah penguasaan ruang gerak kampus didominasi oleh organisasi yang anti Pancasila dan anti NKRI.
“Hari ini mungkin revolusi sudah selesai, tapi bagaimana kita mengisi dengan kader-kader profesional untuk membangun bangsa lebih baik,” pungkasnya. (andri)