KUNINGAN (MASS) – Mengembangkan industri pangan bukan persoalan yang mudah, sehingga membutuhkan dukungan dari seluruh unsur masyarakat, dan permasalahannya bukan hanya ketersediaan dan inovasi pangan semata tapi lebih juga terkait sistemnya sehingan pangan dapat menyejahterakan masyarakat secara berkelanjutan.
Hal tersebut diungkapkan Prof Zuzy Anna Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan Unpad / Direktur Unpad SDGs Center dalam webinar Inspirasi Dari Hati dengan tema Inovasi Industri Pangan : Peluang dan Tantangan yang digelar Kuningan Knowledge and Innovation Center (KKIC) / Pusat Pengetahuan dan Inovasi Kuningan (Minggu,21/6) melalui media daring.
Dalam diskusi tersebut hadir juga Dr. Dudi Iskandar Direktur Pusat Teknologi Pertanian BPPT, Dr Heti Mulyati (Direktur Kerjasama dan Hubungan Alumni IPB), serta Prabu Revolusi (Peneliti media baru dan Enterpreneur). Acara dipandu oleh moderator Janur Wulan seorang Presenter dan Trainer.
Lebih lanjut Suzy Anna mengatakan, bahwa salah satu hal penting juga adalah bahwa inovasi pangan penting diperhatikan oleh para pemangku kebijakan terutama pemerintah, sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat mendorong lahirnya inovasi-inovasi yang berkelanjutan dengan semangat kolaborasi seperti sudah diarahkan dalam target SDGs (Sustainable Development Goals) / Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Senada dengan hal tersebut, menurut Dudi Iskandar masalah pangan sangat kompleks, selain dengan peningkatan kapasitas SDM dan dorongan teknologi, perlu juga kolaborasi antara pemda dan pusat terkait perizinan, insentif, kebijakan dan program-program yang diambil, juga inovasi dari lembaga pendidikan dan penelitian, swasta, dan berbagai komunitas yang ada. Kedepan bisa mengembangkan berbagai program pengembangannya seperti membuat techno park-nya versi Kabupaten Kuningan seperti dikembangkan di beberapa daerah lainnya,ungkap Dudi.
Dudi juga menyoroti persoalan SDM yang perlu menjadi perhatian. Pengembangan inovasi -pangan ditentukan oleh SDM. Harus ada peningkatan keahlian kepada para petani terutama mendorong generasi muda untuk terlibat aktif di pertanian dan dibekali kewirausahaan,ungkapnya. Selain itu, inovasi juga terkait dengan teknologi itu sendiri, optimalisasi riset badan litbang, kerjasama dengan perguruan tinggi juga penting tetapi yang lebih penting juga adalah bagaimana mengkomenrsialisasikan inovasi kepada industri, sehingga bisa dirasakan manfaat oleh masyarakat. Hal-hal tersebut harus didukung oleh regulasi yang tepat dari pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu peneliti media baru yang juga seorang entrepreneur Prabu Revolusi mengatakan perkembangan bisnis saat ini tidak bisa lepas dari digital. Sejak awal hal ini harus diperhatikan dengan baik, karena bisa mendorong usaha menjadi berkembang.
”Aset digital melalui berbagai platform menjadi suatu hal yang sangat penting, bukan sekedar untuk promosi tetapi juga untuk menjaga kelangsungan usaha,” ungkap founder Entrepreur-Hub.
Dengan berbagai potensi yang dimiliki oleh Kuningan apabila didukung dengan brand atau aset digitalnya tentunya usaha akan semakin berkembang, untuk mencapai ini perlunya literasi digital yang intensif baik dari pemerintah, komunitas hingga para pelaku UMKM. Prabu juga mengatakan masa pandemi ini membuka peluang besar pada usaha makanan jika jeli membaca peluang.
“Market place kedepan akan berkembang berbasis digital retail, untuk itu penting membangun aset dan ekosistem digital untuk brand pangan,” jelasnya.
Terkait pengembangan inovasi ini, Heti Mulyati mengungkapkan bahwa memang inovasi menjadi kata kunci di dalam pangan. Seperti diketahui, siklus hidup pangan itu berkembang dari mulai pengenalan, pertumbuhan dan penurunan. “Ketika udah naik harus hati hati, disitu harus ada inovasi, jangn sampai merugi,” ungkapnya.
“Inovasi juga dilakukan untuk mengembangkan produk substituasi yang penting misalnya mencari alternatif selain beras dengan mengembangkan inovasi jagung, juga dapat diarahkan untuk memenuhi kebutuhan gizi,ungkap Heti. Pada inovasi pangan perlu diperhatikan juga teknologi pangan seperti rekayasa, formulasi produk, hingga pengenalan variasi pangan baru. Inovasi juga terkait erat dengan rantai pasok pangan dan distribusi retail, ini berkaitan erat dengan knowledge.
“Suasana pandemi ini, menjadi penting untuk menggunkana sumber daya pangan lokal yang tersedia,jelasnya.
Perubahan perilaku konsumen merupajan sebuah peluang. Pangan merupakan sumber kebutuhan utama, keragaman sumber daya alam harus dimanfaatkan termasuk penggunan teknologi informasi. Untuk mencapai itu, perlu meningkatkan public private partnership dalam jangka panjang, capacity bulding SDM, menjaga keberlanjutan rantai pasok pangan, pemanfaatan teknologi informasi, akurasi data pangan, dan peningkatan fungsi kelembagaan pangan nasional.papar Heti.
Pada kesempatan yang sama Ade Kadarisman Founder KKIC mengatakan pangan merupakan suatu hal yang strategis untuk masyarakat. Untuk itu perlu strategi yang tepat, kebijakan yang komprehensif dan penerapannya harus mengedepankan aspek kerjasama yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Saat ini kolaborasi menjadi sangat penting untuk memberi manfaat”,ujar Ade.
“Inovasi daerah dapat berasal dari anggota masyarakat, bukan hanya pada pemerintah semata,pungkasnya.
Ade menjelaskan Kuningan Knowledge and Innovation Center (KKIC) merupakan sebuah rintisan platform komunikasi dan networking yang akan dikembangkan untuk menjembatani komunikasi antar para pemangku kepentingan, meningkatkan kolaborasi dan mengoptimalkan berbagai potensi inovasi berbasis kearifan lokal yang memberi dampak bagi kesejahteraan dan pembangunan baik lokal, regional, maupun internasional. (deden/rl)