Harinya dirayakan oleh sesiapa yang tau perjuanganmu.
Bahkan, yang tidak mengerti sama sekali diberi edukasi oleh banyak komunitas sampai organisasi.
Pamflet-pamflet mulai bertebaran jauh sebelum tanggal ini datang.
Sebagian, serentak mengadakan kajian dengan pemateri yang dianggap handal dalam menyampaikan.
Banyak buku menceritakan kehebatanmu,
Tidak sedikit golongan akademisi mengagumimu,
Visionernya cita-cita mu membuat sebagian termangu,
Bercak kagum, haru, sendu, tiap tahun membajiri tubuhmu.
Termasuk aku, yang acap kali penasaran akan keberadaanmu.
Emansipasi yang kau gaungkan menarik perhatian semua kalangan.
Patriarki yang kau tentang, membakar semangat perjuangan,
Apik terdengar lewat surat-surat tersirat penggugah hasrat.
Kematianmu yang tanda tanya,
Mengisahkan luka para pembaca.
Kau mati muda,
Pemikiranmu tetap ada dan berlaga.
Usiamu memang singkat, buah suratmu tetap melekat.
Sekarang, 56 tahun setelah ditetapkan.
Pada tanggal dan bulan yang sama,
Harum namamu mewarnai bangsa.
Sejenak kita tundukan kepala,
Ada Ibu dihadapan kita.
Rasakanlah, Tuan, Puan.
Siapa yang lebih kejam dari penjajahan?
Mereka yang mengikat kehendakmu, Puan?
Atau Kita yang lantang menyuarakan kesetaraan, sementara piring kotor bekas makan kita ditinggalkan dan justru Ibu yang membersihkan?
Selamat hari Kartini,
Selamat bersenang hati.
Seumpama hanya rupa yang kau urusi,
Jangan harap Patriarki mati di bumi pertiwi.
Kuningan, 21 April 2020
Penulis adalah Mang Yayat (Salah satu pengisi Prosa Dua Rupa)
Anggota IMK