KUNINGAN (MASS) – Dua warga Lingkung Puyuh dan Gunungkeling Desa Gunungkeling Kecamatna Cigugur yang menderita kanker serviks dan tumor getah bening, Senin (10/2/2020) mendapatkan kunjungan.
Kunjungan itu dari pihak Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabuapten Kuningan.
Dua orang yang sakit itu adalah Nunung Siti Nurjanah dan Mimin Rusmina. Rombongan dari Pengendalian Penduduk KB PP dan PA itu adalah Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Any Saptarini SH MSi.
Ia didampingi para Kepala Seksi dibawahnya yaitu Seksi Pengarusutamaan Gender Nanang Juhana, MPd, Seksi Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Gina Merani Sarifianti, SSos.
Selain itu juga Seksi Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan Paola Titin dan Fungsional Pengawas Kekerasan Perempuan dan Anak Ropandi bersama sama dengan Ketua Yayasan Cancer Support Kuningan yaitu Nining S Rana Suparman sebagai lembaga masyarakat yang peduli terhadap kesehatan perempuan.
Nining pula telah menjembatani kegiatan kunjungan kepada perempuan penderita kanker serviks dan tumor getah bening itu. Kunjungan ini untuk menyatakan rasa empati atas penyakit yang diderita.
Selain itu juga untuk memberikan bantuan dana Rp500 ribu. Bantuan dan itu diharapkan bisa meringankan beban transportasi mereka dalam menjalani pemeriksaan kesehatan sebesar.
“Kami dari Bidang PPPA hanya bisa menyalurkan bantuan tersebut atas dasar rasa kemanusiaan, empati dan serta rasa penghargaan yang setinggi-tingginya atas ujian hidup yang mereka alami sebagai seorang perempuan,” ujar Any.
Any menerangkan, Nunung seorang perempuan yang tegar., dimana kisah hidup ditinggal suami berkali-kali. Dengan berbagai keterbatsan ia harus menghidupi anak-anaknya sendiri, hingga pernikahannya yang terakhir ini dengan seorang laki-laki.
Ia menjalin rumah tangga dengan hidup berjauhan dengan suami karana suaminya bekerja di Jawa Timur. Hal ini membuat dirinya tetap saja harus bertahan menghidupi anak-anaknya di Kuningan. Karena tidak ada pilihan lain.
Sementara itu, Mimin adalah ibu dari dua anak yang semuanya sudah menikah. Namun mereka meninggalkan dua orang cucu berumur 3 dan 5 tahun kepada Mimin.
Mereka bekerja di luar kota. Mimin kini dalam kondisi leher membesar karena tumornya,.
“Mimin masih harus berjuang menghidupi kedua cucunya tersebut, bekerja serabutan hanya sekedar mencari uang makan dan jajan bagi cucunya. Kenyataan ini sungguh sangat miris.
Seorang perempuan, ketika usia memasuki waktu untuk berisitirahat dari kewajiban merawat anak, namun sang anak ternyata malah memberikannya beban dan tanggungjawab yang seakan tiada habisnya,” ujarnya.
Hal ini merupakan fenomena yang sangat sering terjadi di masa kini. Meninggalkan kewajiban asuh anak, anak tidak mendapatkan hak pengasuhan yang seharusnya didapat dari orangtua kandungnya.
Ditambah membebani orang tua yang seharusnya sudah bisa memetik hasil dari merawat dan mengasuh anak-anaknya sejak kecil.
“Tentu saja mensikapi permasalahan ini, bukanlah menjadi tanggungjawab satu dua pihak saja. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama mengentaskan permasalahan anak kehilangan hak asuh orang tua kandung,” pungkansya. (agus)