KUNINGAN (MASS) – Berbicara tentang investasi, kita sudah sering mendengar istilah ini. Kita biasa mengartikan investasi adalah menanamkan modal yang kita miliki agar dapat menghasilkan passive income.
Banyak orang ingin memiliki investasi untuk masa depannya. Dengan kata lain, saat tua nanti mereka akan tetap mendapatkan penghasilan dari investasi tersebut tanpa harus cape bekerja.
Berbagai bentuk investasi mulai dari tabungan deposito, membeli saham perusahaan, membeli properti baik untuk dijual kembali atau untuk disewakan, membeli sawah, membeli emas, membuka usaha kecil-kecilan dan lain-lain.
Dari macam-macam investasi yang disebutkan tadi kita sudah bisa mengetahui bahwa untuk memiliki investasi itu perlu modal uang yang cukup besar. Apalagi bagi orang yang memiliki penghasilan pas-pasan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan terkadang masih kurang. Sampai-sampai merasa pesimis, ” ah, mau investasi apa, penghasilan saja pas-pasan”, sulit untuk berinvestasi.
Padahal sebetulnya untuk berinvestasi tidak harus dengan modal yang besar, dan bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan oleh orang yang tidak mempunyai harta sekalipun.
Terkadang kita lupa dengan hal ini karena kita selalu berpikir bahwa hasil dari investasi itu adalah uang atau harta.
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila ‘anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.” (HR Muslim). Inilah investasi yang di ajarkan dalam Islam, dan keuntungannya akan terus mengalir di dunia dan akhirat.
Seandainya kita tidak memiliki harta yang melimpah, mungkin kita bisa berinvestasi dengan menyimpan sarung atau satu setel mukena yang jarang dipakai untuk disimpan di mushola atau pom bensin agar bisa dimanfaatkan oleh-orang yang mampir dan sholat disana.
Memberikan barang-barang yang jarang kita gunakan kepada orang yang lebih membutuhkan akan lebih bermanfaat, membawa sedikit kelebihan makanan untuk rekan-rekan di tempat kerja, atau memasukan sebagian kecil uang kita ke dalam kotak infaq.
Seandainya kita merasa tidak terlalu pandai, mungkin bisa dengan menshare postingan-postingan yang bermanfaat yang kita dapatkan dari medsos kepada orang-orang terdekat disekitar kita. Rutin menuliskan hadits-hadits pendek Rasulullah SAW di medsos, atau sekedar kutipan kata- kata bijak atau motivasi positif dari google.
Dan seandainya kita tidak memiliki harta ataupun ilmu tetapi mempunyai anak, maka anak inilah investasi kita. Terkadang kita lebih mementingkan pekerjaan daripada anak kita. Terkadang kita terlalu sibuk sampai tidak punya waktu untuk memberikan nasihat kepada anak-anak kita, mungkin sekedar bertanya, “Nak sudah sholat belum?” atau “Nak hari ini sudah baca Al-Qur’an belum?”.
Mendidik anak ibarat merawat pohon yang sedang tumbuh, semakin besar akan semakin sulit untuk diarahkan. Mendidik anak diwaktu kecil memang sangat menguras tenaga dan waktu, butuh ketelatenan dan kesabaran yang ekstra, tetapi semuanya akan hilang disaat kita melihat anak kita tumbuh menjadi pribadi yang sholeh dan berbakti kepada orang tuanya.
Begitupun sebaliknya, kekayaan, kemewahan, jabatan, popularitas dan lainnya samasekali tidak mampu memberikan kebahagiaan sedikitpun manakala anak-anak kita disaat dewasa menjadi anak yang buruk akhlaknya, berani melawan orang tua, bahkan jauh dari tuntunan agama. na’udzubillah min dzalik.
Jangan sampai Kita lengah dalam membina akhlak anak-anak kita sebelum waktu kanak-kanak mereka berlalu. Kita harus menyadari bahwa mereka adalah titipan Allah dan juga merupakan investasi yang akan menjadi penerus amal kita kelak.
Itulah investasi modal kecil dengan balasan kebaikan yang kekal dan berlipat ganda, bahkan balasan dari Allah itu jauh lebih baik daripada apa yang didapatkan dari manusia.
Semoga kita semua tergerak untuk senantiasa berinvestasi di jalan Allah dengan apapun, berapapun, dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun.
Wallahu A’lam
Penulis: Agus Sofyani (Tim Departemen SDM Al-Multazam)