KUNINGAN (MASS) – Acara pengambilan sumpah anggota DPRD Kuningan yang baru periode 2019-2024 Senin (9/9/2019) diwarnai aksi unjuk rasa. Selain dari KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), puluhan aktivis IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) pun turun ke jalan.
Aktivis IMM mengemas aksinya itu dengan aksi tutup mulut disertai aksi teatrikal. Dalam teatrikal tersebut ada yang memerankan masyarakat biasa, ada pula yang berpenampilan sebagai seorang pejabat.
“Pak…saya lapar pak… saya haus pak…,” rintih seorang peserta aksi dengan kostum wong cilik sambil memegang perut.
Rupanya, rintihan dia tidak digubris oleh pemeran pejabat yang mengenakan pakaian rapi berkopiah. Justru pejabat tersebut meminta wong cilik tersebut agar menerima nasibnya sendiri.
Pada saat wong cilik itu berteriak protes, justru ia ditekan supaya diam. Tubuhnya diseret oleh aparat untuk dibui atas perintah pejabat tersebut.
Banyak poster yang dibentangkan peserta aksi berisi tulisan pedas. Seperti ‘Legislator jangan buat rakyat tekor’ hingga poster bertuliskan ‘pejabat kunker rakyat kanker’. Mereka merasa muak terhadap politik pencitraan yang kerap dimainkan.
“Pak…saya lapar pak…harga-harga pada naik. BPJS juga naik,” rintih peserta aksi yang tergeletak di atas tembok papan nama gedung dewan.
Meski aksi tutup mulut dan teatrikal, peserta aksi menyodorkan secarik kertas bertuliskan 7 tuntutan kepada anggota dewan yang baru saja dilantik. Nuzul Rachdy selaku ketua dewan sementara berjanji akan mewujudkannya sekaligus menandatanganinya.
Tuntutan tersebut antara lain, mendesak lembaga legislatif tegas kepada eksekutif yang lemah dan lambat dalam pembangunan. Kemudian meminta untuk menerbitkan peraturan tentang kesejahteraan tenaga pendidik.
“Ketiga, awasi BPJS, keempat tidak ada KKN, kelima mampu melahirkan perda pro rakyat, bijak dalam setiap pelanggaran agar tepat sasaran serta menampung aspirasi mahasiswa dan masyarakat dalam merumuskan kebijakan,” sebut Nuzul Rachdy membacakan tuntutan peserta aksi. (deden)