KUNINGAN (MASS) – Salah seorang petani di Kuningan wilayah timur mengeluh soal nasibnya. Problem para petani di Kuningan seolah tak pernah ada solusinya. Mereka justru miskin saat datang musim panen. Harga gabah yang anjlok tak mampu menutupi biaya obat, pupuk, dan perawatan lainnya.
“Untung ada Dokter Toto yang sangat peduli terhadap kaum terpinggirkan. Calon bupati dalam Pilkada Kuningan 2018-2023 ini datang menemui kami, membantu mencarikan solusi,” tutur petani tersebut.
Petani ini bernama Doris Kurniawan (48). Diakuinya selama ini meradang. Penderitaan yang dialaminya akibat ulah tengkulak tak kunjung usai. Setiap kali musim tanam ia harus berhutang untuk membeli modal bertani. Bibit, pupuk dan obat-obatan anti-hama tidak turun dari langit secara cuma-cuma. Namun, risikonya, ia harus merelakan gabah hasil pertaniannya dihargai Rp300 ribu per kwintal. Sementara harga pasaran adalah Rp500 ribu per kwintal.
Akibat pusing memikirkan permasalahan hidupnya yang tak berkesudahan, Doris lalu mengajak teman-temannya sesama petani untuk mengundang dr Toto Taufikurohman Kosim, Calon Bupati Kuningan periode. Mereka berharap akan ada solusi yang bisa didapatkan melalui diskusi sehat dengan calon pemimpin daerah itu.
Gayung pun bersambut, Toto datang pada pertemuan yang digelar pada Rabu (21/3/2018). Lokasinya di rumah salah seorang warga Dusun Ciputat Desa Cilayung Kecamatan Ciwaru.
Doris pun mengungkapkan keluh kesahnya kepada Dokter Toto. Selain persoalan tengkulak, masih ada masalah lain yang dikeluhkan. Ia tampil secara emosional. Ibarat ditinggal kekasih hati.
Sebagai petani, Doris dan teman-temannya dituntut untuk mendorong kinerja pemerintah kabupaten dan provinsi dalam rangka mencapai swasembada pangan. Namun menurutnya tidak difasilitasi oleh siapapun. Termasuk ketiadaan anggaran untuk modal bertani.
Menjelang turunnya bantuan alat mesin pertanian dari pemerintah, banyak bermunculan kelompok tani fiktif. Sehingga penerima manfaat alat tersebut, bukanlah yang berhak. Doris hanya bisa gigit jari.
Petugas dari Dinas Pertanian pun jarang hadir memberikan penyuluhan dan pendampingan ketika terjadi persoalan. Doris ibarat petani autopilot. Semuanya berjalan sendiri tanpa adanya pengawasan dan pengendalian.
Menyimak segala persoalan kaum pinggiran yang terpinggirkan tersebut, Toto dengan lugas dan tegas menyampaikan wacana solusinya. Yaitu dengan membentuk koperasi. Agar petani tidak perlu lagi berhutang kepada tengkulak. Transaksi bersifat pinjaman lunak dengan manfaat bagi hasil. Bukan atas dasar riba.
Dokter Toto pun mewacanakan agar ahli pertanian yang putra daerah tidak perlu ke luar Kuningan untuk mencari nafkah. Tapi mengabdikan keahliannya untuk Kuningan. Tentunya dengan pendapatan yang memadai dan sebanding dengan prestasinya.
Mendengarkan uraian singkat padat tersebut, spontan Doris dan teman-temannya bersorak gembira, bertakbir dan berpelukan. “Inilah sosok pemimpin yang kami harapkan,” tegasnya. (deden)