KUNINGAN (MASS) – Ancaman Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal study tour, membuat banyak sekolah buru-buru mengambil sikap membatalkan rencana tersebut. Meski belum ada surat intruksi resmi, ancaman dan contoh pencopotan salah satu kepala sekolah, membuat banyak sekolah “takut”.
Meski begitu, ternyata masalahnya tidak sesederhana kelihatannya. Banyak yang sudah merencanakan agenda kegiatan study tour dari tahun ajaran sebelumnya bersama komite sekolah. Bahkan, beberapa sekolah juga sudah mengumpulkan iuran dari siswa, sampai membayar DP (Down Payment atau Uang Muka) ke vendor.
Seperti yang juga terjadi di SMAN 1 Kuningan. Dimana agenda yang sudah direncanakan sejak tahun ajaran sebelumnya itu, dibatalkan. Dan sekitar 161 siswa, sudah bayar DP sampai pelunasan. Sontak saja pembatalan study tour ini memicu reaksi siswa dan orangtua/wali. Bahkan, sempat ada siswa yang menempelkan tulisan protes di kaca, meminta uang kembali 100%.
Kala dikonfirmasi, pihak sekolah melalui bagian kesiswaan Karsim S Pd, Senin (17/2/2025), membenarkan bahwa agenda study tour yang sudah direncanakan sejak sebelumnya, batal. Pembatalan itu sudah diinformasikan ke semua siswa dan orang tua/wali, yang sudah bayar DP atau full. Meski dibatalkan, Karsim mengamini bahwa pihak sekolah sudah bayar DP ke vendor.
Soal masih ada yang membagikan tulisan protes, Karsim menyebut ada kemungkinan siswa atau orang tua tersebut tidak ikut rapat teranyar (bagi yang sudah membayar) sehingga duduk perkara dan kesepakatan yang akhirnya diambil, tidak diketahui dengan rinci. Rapat itu digelar pada 7 Maret 2025 di Masjid. Keputusannya menghasilkan beberapa poin.
“Keputusan yang pertama, kegiatan study tour kampus SMA 1 Kuningan resmi dibatalkan,” ujarnya menyebutkan poin awal hasil rapat.
Yang kedua, diinformasikan juga di rapat tersebut bahwa pihak sekolah sudah membayar DP vendor sebesar Rp 30juta. Oleh vendor, DP yang sudah dibayar hanya bisa dikembalikan ke pihak sekolah setelah dipotong 30% sekitar Rp 9 juta (Rp 21 juta dikembalikan ke sekolah), mengingat manajemen vendor juga sudah bekerja dan membayar DP ke para pihak lain, seperti armada perjalanan dan hotel.
Akhirnya, biaya Rp 9 juta yang sudah kadung dibayarkan itulah yang tidak bisa dikembalikan ke para siswa. Atau persiswanya hanya berkurang Rp 56ribu saja dari jumlah yang sudah dibayarkan untuk study tour.
“Maka saat itu, orang tua setuju bahwa uang (yang akan dikembalikan) itu berkurang Rp 56.000,-“ terangnya.
Poin selanjutnya, masih kata Karsim, uang study tour akan dikembalikan setelah Idul Fitri sambil menunggu pengembalian dari vendor. Adapun teknis pengembalian ke para siswa, sudah disampaikan ke orang tua akan dibuatkan jadwal berkelas demi ketertiban, serta agar tidak bergerombol dan membuat bendahara kewalahan.
Adapun SMAN 1 Kuningan sendiri di tahun ajar sebelumnya mengagendakan study tour selama 5 hari ke Bromo, Malang dan Jogja. Kabarnya, biaya bagi siswa yang ingin ikut study tour (tidak semua diwajibkan ikut), mencapai Rp 2,5 juta.
Selain SMAN 1 Kuningan, wacana study tour di sekolah lain juga banyak yang dilaporkan batal. Beberapa sudah pengumpulan DP, beberapa belum. SMAN 3 Kuningan misalnya, yang sempat muncul wacana study ke Bromo dengan estimasi biaya mencapai Rp 1,5 juta, batal.
Kepala SMAN 3 Kuningan, H Chaery, kala dikonfirmasi wacana tersebut tegas membantah ada jadwal agenda study tour dengan biaya tersebut.
“Rapat komite sekolah mah sosialisasi program sekolah. Memang ada usulan obrolan study tour dan perpisahan mah, tapi hnteu (tidak) ditindaklanjuti,” jawab Kepsek Smantika baru-baru ini. (eki)
