KUNINGAN (MASS) – Ada perbedaan mencolok antara Kabupaten Jepara Provinsi Jateng dengan Kabupaten Kuningan Provinsi Jabar. Di daerah yang dikenal dengan “Kota Ukir” tersebut jarang menemukan toko modern brand besar yang diakui telah merambah kemana-mana.
Meski memang ada, namun eksistensinya terbatas. Toko modern yang dijumpai hanya di titik tertentu yang di sekitarnya tidak ada toko kelontongan/sembako. Apalagi dekat pasar tradisional.
“Betul, kalo di sini (Jepara, red) itu jarang (toko modern, red). Karena memang perijinannya sangat ketat. Kalo ijinnya mudah, kasihan toko-toko sembako kecil milik warga lokal, banyak yang gulung tikar,” ungkap Bagus, warga setempat, Senin (23/12/2024).
Pantauan kuninganmass.com, warung-warung kecil dan toko-toko lokal di Jepara memiliki dorongan dari pemimpinnya untuk tetap survive. Bahkan Desa atau Kades diberikan kewenangan cukup besar dalam pemberian perijinan.
“Toko modern yang mau dibuka harus punya ijin dari Desa setempat terlebih dulu. Kalau gak ada ijin dari desa, ya gak bakal buka-buka,” ujar Bagus.
Jepara ini merupakan kabupaten yang populer dengan kayu jati ukir dan juga kayu karet. Kendati begitu, mata pencahariannya beragam, termasuk adanya profesi nelayan mengingat punya pantai.
Beda halnya dengan Kabupaten Kuningan. Meski ada zonasi namun eksistensi toko modern cukup melesat. Hingga muncul seloroh “Toko modern masuk ke desa-desa” seolah tak menghiraukan nasib warung-warung kecil.
Nampaknya diperlukan sebuah kajian serius kaitan dengan keberadaan toko modern ini agar ada kesimpulan yang bersifat ilmiah. Sehingga positif atau negatifnya dapat diketahui.
Namun sayang belum mendengar ada penelitian ilmiah yang betul-betul independent, yang mengkaji dampak keberadaan toko modern tersebut. Padahal di Kuningan banyak perguruan tinggi dan lembaga pendidikan, bahkan kerap menggaungkan diri sebagai “Kabupaten Pendidikan”. (deden)