KUNINGAN (MASS) – Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu Kitab yang berisi do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Nama Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi bernama Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji. Beliau dilahirkan pada tahun 1126 H di Madinah dan wafat 1177 H di Madinah.
Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, senatiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah, dan pemurah.
Semasa kecilnya beliau belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So’idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri. Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah: Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syeikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi.
Sayid Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, di antaranya: Sharaf, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usulul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadits, Usul Hadits, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qira’at, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, dan Mustholah.
Selain sebagai Mufti, beliau juga menjadi Khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam Masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdo’a untuk hujan pada musim-musim kemarau.
Sejarah Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad saw untuk yang pertama kali.
Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja.
Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan/ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.
Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi yang dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengenal hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub, setingkat Gubernur.
Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.
Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H / 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580/1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi adalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.
Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari pasukan Salib dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Tujuan dan Ringkasan Kitab Maulid Barzanji
Tujuan Utama
Kitab Al-Barzanji adalah untuk meningkatkan cinta dan penghormatan umat Islam terhadap Nabi Muhammad, menanamkan rasa kagum dan syukur atas risalah yang dibawa beliau, serta memperkuat hubungan spiritual antara umat dengan teladan hidup Nabi.
Adapun isi kitab ini bisa diringkas sebagai berikut:
- Pembukaan
Kitab ini dimulai dengan pujian kepada Allah SWT dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai bentuk pengagungan kepada beliau sebagai rahmat bagi seluruh alam.
- Kelahiran Nabi Muhammad
Bagian ini menceritakan kejadian-kejadian luar biasa seputar kelahiran Nabi Muhammad, termasuk tanda-tanda keajaiban di alam semesta, kebahagiaan keluarga beliau, serta keberkahan yang dirasakan oleh dunia ketika beliau lahir.
- Kehidupan Nabi
Kitab Al-Barzanji mengisahkan tentang masa kecil, remaja, hingga dewasa Nabi Muhammad SAW. Kisah-kisah ini mencakup peristiwa penting dalam hidup beliau, seperti pengangkatan menjadi nabi, wahyu pertama, serta tantangan-tantangan yang dihadapi dalam menyebarkan Islam.
- Mukjizat Nabi
Terdapat penjelasan tentang berbagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad, baik yang terjadi sebelum maupun sesudah beliau menjadi nabi. Mukjizat ini diuraikan untuk menunjukkan kebesaran beliau sebagai utusan Allah.
- Akhlak dan Sifat Mulia Nabi
Bagian ini menekankan kepribadian luhur Nabi Muhammad SAW, seperti sifat sabar, adil, penyayang, serta bijaksana dalam memimpin umat. Kitab ini menggambarkan Nabi sebagai contoh sempurna bagi umat manusia.
- Perjuangan Nabi dalam Menyebarkan Islam
Al-Barzanji juga mengisahkan perjuangan Nabi Muhammad dalam menghadapi berbagai rintangan dari kaum Quraisy dan musuh-musuh Islam. Ditekankan pula bagaimana beliau menyebarkan agama Islam dengan penuh kebijaksanaan dan kesabaran.
- Wafatnya Nabi Muhammad dan Warisan Spiritualnya
Kitab ini diakhiri dengan kisah tentang wafatnya Nabi Muhammad SAW dan dampaknya terhadap umat Islam. Syair-syairnya mengungkapkan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh para sahabat dan umat Islam pada saat itu, serta dorongan untuk tetap mengikuti ajaran beliau.
Kontribusi Maulid Barzanji bagi Pembebasan Palestina
Syair Barzanji, yang dikenal sebagai karya yang menyanjung kelahiran dan kehidupan Nabi Muhammad SAW, memiliki pengaruh yang signifikan dalam menyatukan umat Islam melalui perayaan maulid. Meski syair ini tidak secara langsung ditulis untuk mendorong semangat jihad dalam konteks Perang Salib, peranannya dalam membangun ikatan spiritual, kecintaan terhadap Nabi, serta kebersamaan umat Islam memiliki dampak psikologis yang lebih luas.
Berikut adalah beberapa cara bagaimana Barzanji yang dibacakan dalam peringatan maulid berkontribusi terhadap persatuan dan, secara tidak langsung, semangat jihad:
- Penguatan Identitas Keagamaan dan Kultural
Perayaan Maulid dengan pembacaan syair Barzanji memperkuat identitas keislaman dengan mengingatkan umat pada teladan hidup Nabi Muhammad. Identitas yang kuat ini menjadi landasan penting dalam memupuk kesadaran kolektif dan persatuan, yang diperlukan dalam menghadapi ancaman eksternal, seperti Perang Salib.
- Cinta pada Nabi Muhammad dan Peneladanan Sikapnya
Syair Barzanji menggambarkan kehidupan Nabi Muhammad sebagai tokoh teladan yang penuh cinta, kesabaran, keberanian, dan keadilan. Kecintaan pada Nabi ini mendorong umat untuk meneladani sifat-sifat beliau, termasuk semangat dalam membela agama, yang kemudian bisa berkembang menjadi motivasi untuk berjihad membela tanah suci seperti Palestina.
- Menghidupkan Spiritualitas dan Moralitas
Syair Barzanji memiliki unsur spiritualitas yang tinggi. Ketika dibacakan, umat tergerak secara emosional dan moral untuk memperbaiki diri, meningkatkan iman, dan memperkokoh kesadaran akan pentingnya menjaga agama dan masyarakat Muslim. Ini memberikan dorongan bagi mereka untuk berperan aktif dalam mempertahankan agama, yang dalam konteks Perang Salib berarti turut serta dalam perjuangan fisik dan spiritual.
- Menjadi Momen Persatuan Umat Islam
Peringatan Maulid Nabi dengan pembacaan syair Barzanji menjadi momentum sosial yang menyatukan berbagai lapisan masyarakat. Dalam suasana kebersamaan tersebut, pesan-pesan persatuan dan kebangkitan mudah diterima. Hal ini berfungsi sebagai sarana mobilisasi sosial dalam konteks perjuangan menghadapi musuh eksternal seperti pasukan Salib.
- Menyalurkan Energi Kebangkitan dan Kesucian
Meski syair Barzanji tidak secara langsung berisi seruan jihad, keberadaannya di tengah-tengah perayaan keagamaan berfungsi sebagai penyalur semangat kebangkitan. Energi spiritual dari peringatan Maulid sering kali diterjemahkan menjadi energi fisik dalam bentuk aksi nyata, termasuk partisipasi dalam jihad dan pembelaan terhadap tempat-tempat suci, terutana Tanah Suci Palestina.
Refleksi
Jika sejarah awal lahirnya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dimaksudkan dan telah berfungsi sebagai momen untuk memperkuat solidaritas dalam rangka mempersatukan umat Islam di seluruh dunia, ironisnya kini setiap momen Maulid Nabi selalu muncul sebagai penyebab perselisihan di antara umat Islam.
Di tengah perjuangan rakyat Palestina yang sangat membutuhkan solidaritas sesama Muslim dalam menghadapi serangan membabi buta dari kaum Yahudi Israel saat ini, maka pertanyaannya adalah, siapakah yang berkepentingan dan diuntungkan oleh perselisihan yang terus menerus dan semakin meruncing di antara umat Islam karena masalah-masalah khilafiyah?
والله اعلم
Maman Supriatman (Akademisi/Penulis Buku Eskatologi Islam)
MS 29/09/24