KUNINGAN (MASS) – Alhamdulillah, segala pujian dan pujaan hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Rasa syukur ini menandai, selama bulan Ramadhan penulis membiasakan diri untuk menuliskan ringkasan materi Kultum Ramadhan yang penulis sampaikan kepada jamaah.
Agar ringkasan itu dapat dinikmati pula oleh para pembaca Kuninganmass maka melalui mimbar ini penulis sajikan ringkasan ringan tersebut. Harapannya, semoga bermanfaat untuk kita semua, karena sebaik-baiknya orang adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain.
Ramadhan, bulan yang selalu dirindukan kehadirannya bagi pencintanya. Karena pintu surga dibuka sehingga peluang untuk berbuat kebaikan semakin terbuka. Pintu neraka ditutup sehingga kesempatan berbuat buruk tercegah. Tangan setan dibelenggu sehingga terbebas dari pengganggu. Dan, pahala ibadah dilipatgandakan hingga tak terhingga.
Puasa membentuk ketakwaan. Apabila ketakwaan penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kefakiran. Kefakiran itu menyengsarakan, maka jangan pernah berfikir menjadi fakir. Kefakiran bisa dicegah dengan ketakwaan.
Puasa melahirkan keikhlasan. Apabila amal dakwah dilandasi niat ikhlas karena Allah semata dan motivasi berkhidmat untuk umat, maka seorang penyeru kebaikan akan istikamah di jalan dakwah hingga akhir hayat. Sehingga, tidak akan berjatuhan di jalan dakwah.
Puasa itu menyadarkan. Orang yang berpuasa akan selalu menyadari diri atas segala kesalahan yang diperbuat, sehingga membuatnya terus bertaubat. Ingat di antara hukuman yang kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya sedang dihukum adalah dicabutnya rasa nikmat dalam ketaatan.
Puasa melahirkan kewaspadaan diri. Apabila kita melihat seseorang yang bergelimang dengan kemaksiatan dan dosa, tetapi rezekinya tampak lancar-lancar saja, kita harus waspada dan menyadari bahwa hal itu adalah bagian dari istidraj.
Puasa melahirkan kesungguhan. Beramal di jalan dakwah sungguh tidak mudah. Apabila bukan karena Allah, pastilah akan gampang menyerah. Apabila tidak memegang teguh janjinya, pastilah mudah kalah. Apabila tidak ikhlas, pastilah susah, lemah dan goyah hingga mundur dari medan dakwah.
Puasa membentuk tekad. Orang yang berpuasa memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Tekad orang yang berpuasa menjadi pendorong untuk melakukan kebaikan.
Puasa membentuk ketenangan jiwa. Orang yang berpuasa jiwanya akan selalu tenang karena disirami air keimanan, sehingga hidupnya selalu tumakninah, sakinah, dan istikamah hingga ke Jannah.
Puasa membentuk solidaritas. Rasa lapar dan dahaga memberi pengalaman berharga kepada orang yang berpuasa. Pengalaman ini akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir.
Puasa membentuk kedisiplinan. Orang yang berpuasa akan berbuka pada waktu yang tepat. Ia tidak akan berbuka sebelum benar-benar telah masuk waktu berbuka. Pun, orang yang akan berpuasa benar-benar berhenti makan sahur saat waktu memulai berpuasa tiba.
Puasa membentuk produktivitas. Orang yang berpuasa tidak akan membiarkan waktunya berlalu begitu saja kecuali diisi dengan berbagai amalan. Hal ini sebagai bukti, ia benar-benar telah melakukan yang terbaik untuk balasan yang istimewa dari-Nya.
Puasa membentuk kreativitas. Hal ini diakui oleh para ahli Homeopati dan spiritualis serta praktisi pengobatan holistic bahwa orang yang berpuasa akan mengalami peningkatan dalam konsentrasi dan kemampuan berfikir kreatif.
Puasa membentuk jiwa penyabar. Orang yang berpuasa akan selalu sabar menunggu hadirnya waktu berbuka dengan diisi berbagai amalan yang pahalanya berlipatganda. Karena puasa itu sendiri setengah dari kesabaran (HR Tirmidzi).
Puasa membentuk kejujuran. Meskipun tidak ada orang yang melihatnya, ketika ada kesempatan untuk membatalkan puasa, orang yang berpuasa tidak berani membatalkannya karena ia meyakini ada yang selalu melihatnya, yaitu Allah SWT.
Puasa itu membahagiakan. Orang yang berpuasa akan merasakan kebahagiaan. Yaitu bahagia ketika berbuka karena ia telah sanggup menyelesaikan ibadah puasa dengan penuh keimanan, serta puncak kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.
Puasa itu menyehatkan. Orang yang berpuasa dengan penuh kesadaran keimanan dan hanya mengharapkan ridha Allah, maka akan sehat jasmaninya, rohaninya, dan fikirannya.
Puasa itu membentuk kepercayaan diri. Karena orang yang berpuasa selalu memiliki kemampuan dan keyakinan untuk menyelesaikan ibadah puasa hingga batas waktu yang ditentukan.
Puasa mengokohkan ketahanan keluarga. Banyak momen yang dapat mempertemukan anggota keluarga secara lengkap melalui berbagai kegiatan yang hal itu sulit didapatkan di luar Ramadhan.
Puasa membentuk manusia baru. Orang yang berpuasa karena berpondasikan iman dan hanya mengharapkan ridha Allah maka dosa-dosanya diampuni hingga seperti bayi yang baru dilahirkan.
Puasa melapangkan hati. Orang yang berpuasa memiliki hubungan yang kuat dengan Ilahi sehingga hatinya bersih dari noda iri dan dengki. Bersihnya hati mengantarkan kepada seakan berada di taman surgawi.
Puasa membentuk konsistensi diri. Orang yang berpuasa akan konsisten beribadah meskipun Ramadhan telah berakhir. Karena ia beribadah hanya karena Allah, bukan karena Ramadhan.
Dan, begitu seterusnya. Puasa memang benar-benar keren, karena mampu membentuk manusia unggul, manusia bervisi surgawi, dan manusia paripurna, sehingga mengantarkan kepada kebahagiaan hakiki, yaitu bahagia di dunia hingga masuk surga.
Imam Nur Suharno
(Penceramah)