CIREBON (MASS) – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Roempoet Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) menggelar pentas produksi yang akan dihelat secara berturut-turut mulai Bulai Mei hingga Juli mendatang.
Pementasan yang akan dimulai sejak akhir Mei mendatang itu, akan digelar di beberapa tempat. Pertama, pada Rabu (25/5/2022) dihelat di Gedung Kesenian Raksawacana Kuningan. Lalu, pada Minggu (29/5/2022), pementasan rencananya akan digelar di auditorium Universitas Wiralodra Indramayu.
Selanjutnya, pada Sabtu (4/6/2022) akan dilakukan di auditorium Universitas Pancasakti Tegal, lalu pada Sabtu (11/6/2022) akan dihelat di auditorium IAIN Pekalongan, serta pada Kamis (16/6/2022) bertempat di SMK 17 Magelang.
Kemudian, pada Sabtu (25/6/2022) juga akan digelar di auditorium Universitas Ahmad Dahlan, terakhir, pasa Sabtu (2/7/2022) pun akan dihelat dengan tempat tentatif.
Ketua umum yang juga sutradara, Agung Gumelar mengaku akan menggelar pentas produksi ini di tengah merebaknya wabah dengan cepat seperti virus: Antipati.
Dijelaskan Agung, pentas produksi dalam kegiatan refleksi sebagai media kajian bersama teater ini, adalah pembacaan serta hasil dari menakar pertunjukan hari demi hari selama masa pandemi berlangsung di dua tahun terakhir.
“Sebuah pembacaan tergelar dengan gamblang: Antipati, bergeser ke segala lini, ke segala ruang, ke tiap relung sampai ke ruang-ruang sempit pertunjukan. Ketidakpedulian ini seringnya berbahasa, seringnya nyaring seperti bunyi lolongan kesepian, menyayat ke tulang-tulang di tiang gantungan tengah berdebu seperti hantu. Seperti pujian kepada Tuhan yang terang dan sembunyi. Setidaknya itu yang diajarkan kakak-kakak saya,” kata Agung.
Lebih lanjut, dijelaskannya, proses refleksi panggung digelar juga sebagai usaha pembelajaran serta pencarian makna estetis untuk penggalian lebih lanjut mengenai potret batin masyarakat tertuang dalam ruang-ruang pertunjukkan.
“Kami terilhami seperti Saini K.M. menuliskan naskah berjudul Ben Go Tun, atau teori Brecht bersama realisme epiknya yang begitu revolusioner, kadang dimulai dengan sesuatu nan begitu sederhana. Seperti spirit atau barangkali lebih tepat disebut premis di karya keduanya, mempertanyakan otoritas kebenaran selama kelindan psikologis dan mengkritisi krisis moralitas sebagai upaya menggugat diri menuju kerja kolektif,” sebutnya.
Sehasta upaya eksternalisasi diri, juga kesatuan utuh UKM Teater Roempoet, kata Agung, dalam lorong tradisi menghormati sesama, perlawanan serta bantahan-bantahan tak henti-hentinya diungkap pada tindakan kerja-kerja teater, yang juga adalah kerja-kerja sosial.
“Mengapa kemasan panggung? Menurut Toton Sulistio, aktor, naskah Korinop sendiri menuliskan rupa-rupa jawaban sedikit banyak seringkali menipu sebagai pertanyaan. Sebuah pertanyaan juga kritik: Apakah kita, masih sama, masih sepi dan tidak sadar dalam dada ataukah kita bukan kita, tapi kita siapa pada ambang perlawanan kita yang tanpa henti, begitu sibuk mencanggihkan diri di wajah busuk. Menipu dengan aroma begitu wangi, membelot seperti kupu-kupu dalam perut yang sering berbunyi serupa kelaparan. Barangkali jawaban seringkali pertanyaan menggelitik juga mengusik ruang sadar kita yang begitu tidak sadar,” tuturnya.
Kegiatan ini, lanjutnya, dilakukan juga sebagai ajang silaturahmi teater kampus dan seniman di wilayah tercakup. Agung mengaku, pihaknya didukung Teater Tjaroeban, MeSTi Cirebon, UKM Teater Seni Lan Budaya 45 UNTAG, Teater Rantai Biru FKIP UGJ, UKM Teater Awal IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Didukung juga UKM Seni Dan Budaya UGJ, TUDGAM Kuningan, FKIP Teater Akar Universitas Pancasakti Tegal, Teater Zenith IAIN Pekalongan, Teater Unique Universitas Pekalongan, Teater Fajar Magelang, Jaringan Anak Bangsa Universitas Ahmad Dahlan, dan Teater Perisai Universitas Muhammadiyah Purwokerto. (eki/rls)