KUNINGAN (MASS) – Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Serasa baru kemarin bulan Ramadhan datang menyapa kini akan kembali meninggalkan kita kaum Muslimin, dan akan hadir hari kemenangan yaitu Hari Raya Idul Fitri.
Hari Raya Idul Fitri menjadi ajang untuk silaturrahmi bagi kaum Muslimin. Namun dalam kondisi tertentu kegiatan silaturrahmi tidak dapat dilakukan secara langsung dengan berbagai sebab. Jika demikian, maka silaturrahmi dapat dilakukan secara virtual.
Dengan demikian, tidak ada alasan lagi bagi kaum Muslimin untuk tidak melakukan silaturrahmi. Jika sudah ada niat dalam hati, silaturrahmi itu akan dapat terlaksana meskipun secara virtual.
Kini kaum muslimin bernafas lega setelah pemerintah mengizinkan melakukan mudik lebaran. Artinya semarak silaturrahmi di kampung halaman akan semakin hangat setelah penantian selama dua tahun tidak mudik karena pandemik. Mudik sebagai ajang silaturrahmi.
Dalam Alquran surat an-Nisa [4] ayat 36, setelah diperintahkan untuk menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, kaum Muslimin diperintahkan untuk melakukan silaturrahmi kepada ke dua orangtua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, Ibnu sabil, dan hamba sahaya.
Saking pentingnya silaturrahmi, banyak keutamaan yang akan didapatkan bagi orang-orang yang dapat melakukan kegiatan silaturrahmi meskipun secara virtual. Dan, jika kondisi sudah memungkinkan maka silaturrahmi hendaknya dilakukan secara langsung.
Pertama, merupakan konsekuensi iman. Silaturrahmi merupakan tuntutan keimanan, orang yang beriman mesti melakukan silaturrahmi sebagai salah satu buktinya. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung tali silaturrahmi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kedua, dipanjangkan umur dan dilapangkan rezeki. Dengan silaturrahmi umur dan rezeki akan berkah. Meski tidak panjang umur, namun berkualitas dan berisi amal kebajikan. Pun dengan rezeki, meski tidak banyak namun bermanfaat dan bertambah ketaatan kepada-Nya. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahmi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, terhubung dengan Allah. Dengan silaturrahmi, seseorang akan merasakan kebersamaan dengan-Nya. Dari Aisyah RA berkata, Nabi SAW bersabda, “Silaturrahmi itu tergantung di Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: “Barang siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barang siapa yang memutuskanku, Allah akan memutuskan hubungan dengannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Keempat, sebab masuk surga. Dengan silaturrahmi, seseorang akan semakin mudah mendapatkan surga-Nya. Dari Abu Ayyub al-Anshari RA, sesungguhnya seorang laki-laki berkata: Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka. Maka, Nabi SAW bersabda: “Engkau menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kelima, bukti ketaatan kepada Allah. Menyambung silaturrahmi adalah salah satu yang diperintahkan oleh Allah, dengan menjalankan perintah-Nya seseorang taat kepada-Nya. (Q.S. Ar-Ra’d [13] :21).
Keenam, pahalanya seperti memerdekakan budak. Dari Ummul Mukminin Maimunah binti Harits RA, bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi SAW sebelumnya, tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: “Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku?” Beliau bertanya: “Apakah sudah engkau lakukan?” Dia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya untukmu.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan bagi orang yang memutus silaturrahmi diancam tidak akan dapat masuk surga. Dari Jubair bin Muth’im RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidak akan masuk surge orang yang memutus silaturrahmi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, ancaman bagi pemutus silaturrahmi adalah hukumannya akan disegerakan di dunia sebelum di akhirat. Rasul SAW bersabda, “Tidak ada satu dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukuman bagi pelakunya di dunia bersamaan dengan hukuman yang Allah siapkan baginya di akhirat daripada baghyu (kedzaliman dan berbuat buruk kepada orang lain) dan memutuskan silaturrahmi.” (H.R. Bukhari, Tirmidzi, Abu Dawud, dan al-Hakim).
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat melakukan silaturrahmi dan meraih keutamaan yang telah dijanjikan. Amin.
Penulis : H. Imam Nur Suharno, M.Pd.I.
Kepala Divisi HRD dan Personalia Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat