LURAGUNG (MASS) – Namanya Muhammad Aidan Atalah, bayi usia satu bulan yang merupakan putra ketiga dari pasangan Wiwin dan Nanang ini, divonis mengidap Hidrosefalus sejak dalam kandungan.
Ya, nasib memang siapa yang tahu. Aidan, sejak USG dalam kandungan Wiwin di bulan ke-5, harus sudah berjuang melawan penyakitnya. Begitupun sang ibu, harus kuat, sabar dan punya semangat yang luas, demi Adian.
Orang tua Adian, Wiwin dan Nanang, merupakan pasangan suami istri yang tinggal di Dusun Babakan Rt 16 Rw 08 Desa Cirahayu Kecamatan Luragung.
Saat ditemui kuninganmass.com beberapa hari yang lalu. Keduanya nampak tegar dan sabar mengurus buah hati mereka yang sama-sama sedang berjuang.
“Hidrosefalus (dari mulai kandungan 5 bulan-6bulan). Sempat operasi pas awal lahiran, si ibunya juga operasi kan harus sesar,” ujar sang bapak, Nanang dibenarkan Wiwin.
Diceritakan Nanang dan Wiwin, waktu itu dirinya melahirkan di tanggal 15 Februari kemarin di RS Waled Kabupaten Cirebon. Hingga saat ini, selain melahirkan, operasi, hingga kontrol, mereka akan membawa si buah hati kesana.
Perjalanan dari Luragung ke Waled, tidak bisa dikatakan sederhana begitu saja. Nanang dan Wiwin, tidak bisa pergi sendiri. Tidak bisa juga menggunakan motor agar operasionalnya murah, mereka harus sewa mobil ke tetangga atau orang lain. Maklum, di tempatnya belum ada mobil siaga.
Sekali jalan, setidaknya ratusan ribu harus keluar untuk operasional. Hal yang mungkin tak pernah dihitung oleh asuransi kesehatan saat ini.
Kebutuhan-kebutuhan itulah, yang dirasanya cukup berat belakangan, apalagi, Nanang adalah buruh lepas, yang belakangan tidak bekerja.
“Nanti lagi bulan April pas puasa a,” ujar Nanang menyebut kapan lagi jadwal kontrol setelah minggu kemarin berangkat.
Perjuangan untuk putra ketiganya ini, tidak hanya sampai disitu. Aidan yang saat ini hanya bisa berbaring dan sesekali menangis itu juga perlu susu khusus. Belum lagi kebutuhan lainnya seperti tisu dan pampers.
“Tos diselang a dipengkerna (dari kepala). Sekarang minum susu juga pake selang juga (ke mulut, red),” tuturnya.
Tanpa menurunkan semangat dan kesabarannya, baik Nanang maupun Wiwin tetap merawat ikhlas Aidan. Harapan demi harapan untuk Aidan bisa berjuang, terus menyala.
Aidan, tak apa sesekali menangis. Tapi tersenyumlah saat berjuang. Mungkin kata itu yang bisa menggambarkan ekspresi dari Nanang dan Wiwin.
Diluar semua semangat itu, baik Nanang maupun Wiwin tak bisa keras kepala mandiri. Untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang berjalan, keduanya tak akan menolak jika dibantu.
Nanang yang terus menua, dan sang istri yang harus mengurus rumah tangga, tentu akan sumringah, saat ada tangan-tangan pihak lain menguatkan perjuangan Aidan. Ya, Aidan, buah hati tercinta. (eki)