KUNINGAN (Mass) – Ketua ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se Indonesia) Orda Kuningan, Dr H Iskandar Hasan MM, tidak mau organisasi yang dipimpinnya masuk kategori latah. Dia juga tidak mau ICMI Kuningan dijadikan alat politik oleh siapapun jelang suksesi Pilkada 2018.
Pernyataan tersebut dilontarkannya usai pelantikan pengurus ICMI Orda Kuningan 2017-2022 di Student Center UNIKU, Jumat (16/6/2017). Ia berbicara di hadapan Ketua ICMI Orwil Jabar, Prof Dr H Moh Najib MAg, serta para ketua Ormas/OKP se Kuningan.
“Mulanya saya khawatir teman-teman yang mendorong saya jadi ketua masuk kategori latah. Tapi energi besar ini perlu mendapat saluran. Sehingga saya katakana mari kita bentuk ICMI di Kuningan dengan syarat keinginan itu tumbuh dari bawah,” ucapnya.
Melihat jumlah pengurus yang mencapai 70 orang, mantan rektor UNIKU itu merasa bersyukur. Ini menandakan dorongan tersebut betul-betul muncul dari bawah. Personil pengurusnya pun benar-benar ‘berwarna’ dengan latarbelakang yang berbeda-beda.
“Saya ingin hindari narasi besar. Program yang akan digulirkan lebih baik yang konkrit-konkrit saja. Yang jelas ICMI harus menjadi organisasi independen, mandiri, berkeberpihakan pada ummat. Mari kita luruskan niatan kita dalam rangka beramal soleh dan bagaimana memberi manfaat bagi ummat, bukan karena latah,” ajaknya.
Bupati H Acep Purnama MH yang berhalangan hadir diwakili oleh Staf Ahli Bupati, H Dodi Nurohmatudin MP. Ia menyampaikan sambutan setelah Ketua ICMI Orwil Jabar, Prof Dr H Moh Najib MAg bercerita sejarah berdirinya ICMI tahun 1990 silam.
“Inisiatif wadah ICMI ini muncul dari aktivis mahasiswa masjid waktu itu. Setelah dilakukan kajian dan bersilaturahmi ke BJ Habibi dan Presiden Soeharto, ICMI terbentuk tahun 1990 di Unbraw Malang,” terang Moh Najib.
Sambil menunggu beduk magrib, acara diisi tausiyah dengan menghadirkan Prof Dr H Cecep Sumarna. Poin utama yang disampaikannya, ICMI harus tampil menjadi katalisator organisasi-organisasi yang ada.
“ICMI itu berwarna, jadi tidak bisa dibawa ke salah satu gerbong. Kemudian, setiap aktivitasnya mulai berdiri, duduk dan berbaring, seorang cendikia itu berpikir untuk memberikan kontribusi kepada ummat,” pesannya. (deden)