Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Uncategorized

Ujung-ujungnya Desem Bisa Jadi Pendamping Acep Kembali

KUNINGAN (MASS) – Setelah beberapa lama nama Dede Sembada tidak dilirik, kini politisi yang menjabat wakil bupati tersebut diperhitungkan kembali. Ini karena sosok kalem dan tidak neko-neko itu memiliki daya tarik tersendiri untuk dilamar jadi pasangan calon.

“Pasca mencuat wacana poros tengah (PKB-PPP-NasDem) dengan figur H Momon Rochmana-dr Toto Taufikurohman Kosim, nama Dede Sembada kelihatannya mulai diperhitungkan lagi,” ujar Pemerhati Sosial Politik, Adi Rahmat Hidayat ST mengawali statementnya, Kamis (31/8).

Elit politik PDIP, kata dia, kelihatannya agak was-was jika duet Momon-Toto terjadi. Sebab bagaimana pun juga karakter cool Momon diyakini masih disukai masyarakat pemilih. Terlebih pada Pilkada 2013 silam, pasangan Rochmat dengan Momon calon bupatinya mampu meladeni sepak terjang lawan politik.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Meski Rochmat kalah, tapi lihat dulu lawannya. Pak Aang yang saat itu masih manggung, ditambah kekuatan partai yang masih diketuai pak Acep, lalu didukung begitu banyak partai lain, tapi Rochmat mampu meladeni dengan selisih yang tak terlalu jauh,” kata Adi.

Dari situ, imbuhnya, kans Momon dianggap cukup besar. Duet Momon-Robby yang saling bersinergi mampu menggetarkan lawan. Ketika sekarang Momon diwacanakan hendak berpasangan dengan Toto, Adi menilai, kekuatannya akan sama dengan duet Rochmat.

“Nah sekarang kalau PDIP akan mengusung satu paket Acep-Edo misalnya, menurut saya, perlu kerja sangat keras. Mesti diakui, elektabilitas pak Momon masih lebih tinggi dari Dokter Toto. Tapi Dokter Toto punya isitas disamping popularitasnya yang menanjak,” ucapnya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Koalisi Umat pun yang diwacanakan duet Mamat Robby-Udin Kusnaedi atau Udin Kusnaedi-Yosa Octora, diprediksi oleh Adi akan memperhitungkan wacana duet Momon-Toto. Mereka tidak akan menganggap remeh wacana duet tersebut.

“Pak Acep meskipun calon petahana tapi kalau salah pilih pasangan bisa blunder. Justru kalau saya melihat Dede Sembada lah yang layak dilanjutkan untuk berpasangan dengan Acep. Karena sosok Desem (Dede Sembada) ini bisa diterima oleh partai lain,” kata Adi.

Lantaran mampu diterima partai lain, menurut Adi, Desem bisa diusung oleh partai non PDIP. Tapi statusnya tetap sebagai kader PDIP. Ini akan sama dengan Mamat Robby yang ikut fit and propertest Gerindra meski tetap sebagai kader Demokrat.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Efek Pilkada DKI Jakarta itu menurut saya cukup hebat. Ini merembet ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. Kalau PDIP ngotot mengusung satu paket, kerjanya akan berat supaya bisa jadi pemenang,” prediksinya.

Adi bicara seperti itu karena melihat Desem mempunyai kans yang tak boleh dianggap remeh. Ketika dirinya “tertekan” untuk tidak mencalonkan, justru menuai simpati dari partai-partai lain dan juga publik. Tidak menutup kemungkinan, “bulan” yang dapat membuat lautan pasang ini dilamar oleh beberapa bakal calon yang belum punya pasangan akibat PDIP dipaksakan satu paket.

“Saya harus akui kebanyakan bakal calon cenderung ingin menjadi pendamping calon petahana dengan berpikiran pasti menang. Realistis sih. Padahal bola itu bulat. Pada Pilgub Jabar dulu, duet Aher-Dede Yusuf yang awalnya dipandang sebelah mata, justru malah jadi pemenang,” pungkasnya. (deden)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Advertisement
Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement

You May Also Like

Advertisement