KUNINGAN (MASS) – Gunung Ciremai, sebagai gunung tertinggi di Jawa Barat, tetap menjadi magnet bagi para pecinta alam dan pendaki dari berbagai daerah. Keindahan alamnya yang memukau, udara segar pegunungan, serta pengalaman mendaki yang menantang menjadi alasan utama mereka datang.
Namun, tarif masuk yang dinilai cukup tinggi kini menjadi sorotan. Para pendaki harus merogoh kocek sekitar Rp120.000 untuk bisa mendaki, termasuk biaya parkir.
Meskipun terbilang tinggi untuk ukuran aktivitas outdoor, banyak pendaki tetap membayar tanpa ragu karena keindahan Gunung Ciremai dianggap sepadan. Panorama spektakuler dari puncak, keanekaragaman hayati, hingga sensasi menaklukan medan terjal menjadikan pengalaman yang sangat berkesan.
Salah satu pendaki asli Kuningan Adi Dimyati, mengatakan di balik kekaguman terhadap pesona alam Ciremai, muncul pertanyaan dari kalangan pendaki soal pengelolaan dan transparansi dana yang masuk dari tiket tersebut.
“Dengan jumlah pendaki yang cukup banyak setiap bulannya, tentu akumulasi dana dari tiket ini sangat besar. Kami berharap ada transparansi dan peningkatan fasilitas,” ujarnya, Minggu (29/6/2025).
Adi berharap, dana yang diperoleh dari tiket tidak hanya digunakan untuk operasional, tetapi juga dialokasikan untuk pemeliharaan jalur pendakian, peningkatan fasilitas umum, seperti toilet, pos pendakian, serta program konservasi dan edukasi lingkungan.
Di sisi lain, kata Adi pengelola kawasan konservasi Gunung Ciremai diharapkan lebih aktif memberikan laporan berkala terkait penggunaan dana, serta membuka ruang dialog dengan komunitas pecinta alam agar tercipta pengelolaan yang lebih partisipatif dan berkelanjutan.
Gunung Ciremai memang menawarkan pengalaman yang luar biasa, namun agar daya tariknya tetap terjaga, pengelolaan yang transparan, profesional, dan ramah terhadap lingkungan harus menjadi prioritas bersama, salam lestari. (rizal/mgg)
