CILIMUS (MASS) – Sudah setahunan lebih Ir H Jajat Sudrajat MSi tidak lagi menjalankan tugas sebagai abdi negara. Namun keinginannya untuk memberikan pelayanan publik masih melekat pada diri seorang pensiunan ini. Terbukti sekarang, ia tetap berkiprah dengan mendirikan sebuah lembaga pengembangan SDM yang dapat mengurangi angka pengangguran.
“Saya punya 2 lembaga pendidikan kursus. Pertama LPK MIM (Mencetak Insan Mandiri) dan kedua LPK Yuuki Training Center Indonesia. Untuk Yuuki, izinnya sudah meningkat menjadi Sending Organizing (SO) atau lembaga pengirim tenaga kerja ke Jepang,” sebut pria yang akrab disapa Ajat itu, Minggu (27/10/2019).
Dikatakan, kiprahnya itu bukan untuk gagah-gagahan. Tapi lebih kepada sebuah kepedulian atas permasalahan masyarakat, khususnya berkaitan dengan angka pengangguran. Kebetulan pernah menjabat kepala Dinas Tenaga Kerja, Ajat tahu persis bagaimana tingkat pengangguran khususnya di Kabupaten Kuningan.
“Lebih jauh lagi, dalam rangka meningkatkan SDM yang berkualitas. Kebetulan ada peluang bagi masyarakat yang ingin bekerja di Jepang. Karena kawan-kawan yang dulu sewaktu saya masih kepala dinas, pada datang ke sini. Baik dari kedutaan Jepang maupun lainnya. Mereka meminta untuk mendirikan sebuah LPK Bahasa Jepang,” paparnya.
Yuuki Training Center, jelas Ajat, mulanya hanya sekadar LPK. Namun karena mendapat kepercayaan dari pemerintah Indonesia dan Jepang, izinnya ditingkatkan bukan hanya LPK melainkan pula lembaga pengirim. Kementerian Tenaga Kerja memberikan izin sebagai lembaga yang menyalurkan tenaga kerja.
“Nah karena pengirim, pasti ada lembaga penerima. Kami sudah bermitra dengan beberapa industri dan 10 rumah sakit di Jepang. Pada hari Jumat saya kedatangan tamu 6 orang dari Jepang. Beberapa bulan sebelumnya pun ada 8 orang yang datang ke sini,” tutur pembina Yuuki yang bertempat di samping rumahnya, Desa Bojong Kecamatan Cilimus itu.
Bukan hanya itu, beberapa waktu lalu dia pun kedatangan seorang profesor dari Jepang. Selama sebulan profesor tersebut menginap untuk mengajar para trainer (Training of Trainer) di LPK Yuuki.
Pihaknya bersyukur permintaan tenaga kerja dari Jepang terus mengalir. Tinggal bagaimana kesiapan LPK Yuuki dalam menyiapkan SDM terutama fasih berbahasa Jepang. Beberapa bulan lalu ia baru bisa mengirimkan 20 orang, dan sekarang akan segera mengirimkan 10 orang.
Harapan terhadap Pemkab Kuningan
Ajat mengungkapkan, untuk bisa berbahasa Jepang itu membutuhkan biaya cukup mahal. Dalam konteks pelayanan publik, dirinya berharap agar pemda menyiapkan anggaran untuk kursus Bahasa Jepang di BLK (Balai Latihan Kerja).
“Nanti lembaga kami yang menyiapkan guru-gurunya untuk mengajar di sana. Karena supaya bisa legal ke Jepang itu harus ujian dulu di Universitas Indonesia (UI) semacam toefl. Harus lulus N4 dan N5. Susah untuk bisa lulus. Dan sekali ujian itu membutuhkan biaya sekitar Rp450 ribu,” ungkapnya.
Ajat menegaskan bahwa dirinya bukan meminta anggaran. Ia mempersilakan penyelenggaraan kursus Bahasa Jepang dilaksanakan di BLK. Nanti Yuuki siap memberangkatkan lantaran telah memiliki mitra lembaga penerima di Jepang cukup banyak. Bahkan setelah lulus di UI, testing bisa dilaksanakan di LPK Yuuki, Desa Bojong Kecamatan Cilimus.
“Testingnya bukan di mana-mana, tapi di sini. Orang Jepangnya yang ke sini karena kita rutin 4 bulan sekali kedatangan mereka ke sini untuk meninjau sejauhmana kesiapan kita dalam menyiapkan SDM,” ucapnya.
Jika sudah seperti itu maka terjadi sinergitas antara pemerintah dan masyarakat. Sebab menurut Ajat, pemerintah memiliki fungsi pelayanan, perlindungan, pemberdayaan dan menyejahterakan. Dalam konteks perlindungan dan pelayanan, pemerintah dapat mengajari masyarakat karena tidak semua punya kemampuan untuk menutupi biaya tersebut. (deden)