KUNINGAN (MASS) – Pada berita sebelumnya, diskominfo Kuningan, merilis titik blankspot yang tersebar di 28 Desa dari 11 Kecamatan se-Kabupaten Kuningan.
Hal itu disoroti aktivis GMNI Zio Rahaden Rane. Zio menyoroti kinerja Diskominfo yang dianggapnya tidak optimal, padahal jaringan internet di masa pandemi yang sudah hampir 2 tahunan ini, sangat perlu.
Dikatakan, perkembangan teknologi pada saat ini bisa dibilang sangat cepat semuanya terasa sangat mudah dengan adanya internet.
Seakan lanjut dia, akan semuanya bisa dilakukan dengan satu genggaman semuanya bisa dilakukan dengan tidak terhalang oleh jarak dan waktu, berbagai Informasi bisa kita dapatkan dengan mudah dan cepat.
“Ini kan Pandemi sudah melanda hampir 2 tahun, tapi masih saja ada desa yang blankspot. Ini kan artinya, kinerja diskominfo kabupaten tidak optimal,” sebutnya beberapa waktu lalu.
Padahal, kata Zio, di masa pandemi ini banyak sektor yang bergantng pada jaringan internet. Termasuk pembelajaran dari SD sampai perguruan tinggi. Terlebih, Kuningan pernah mencanangkan kabupaten pendidikan.
“Terus, selama ini kerja Diskominfo apa? Kalo masih banyak desa yang termasuk kedalam kategori blankspot. 28 Desa itu bukan jumlah yang sedikit lantas bagaimana nasib para peserta didik di 28 desa itu? Apakah mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak dimasa pandemi seperti ini?” kata Ewo, panggilannya, mempertanyakan.
Seharusnya, saran Ewo, ada langkah-langkah ekstra yang harus dilakukan diskominfo. Jangan sampai, hanya menunggu bantuan dari provinsi untuk bangun tower.
Jangan sampai keadaan ini berkepanjangan, selain bantuan dari pemerintah provinsi, pemda-pun harus mengambil peran lebih ekstra mencari alternatif yang terbaik bagi 28 Desa yang blankspot itu.
Sehingga semua dapat menikmati akses internet baik untuk pendidikan, ekonomi maupun informasi yang cepat dan factual apalagi sekarang sedang masa Pandemi. (eki)