Kenangan untuk saudara-saudaraku jamaah haji
A. Iftitah
Tulisan ini adalah sebagai ungkap apresisasi untuk para tamu Allah SWT. jamaah haji yang berjuang melalui ibadah dalam level tinggi menunaikan rukun Islam ke-5 yang memadukan perjuangan lahir batin melintasi napak tilasnya para Rasul Allah, yang awal perintah ibadahnya di masa Nabi Ibrahim di Jabal Abi Qubais setelah merampungkan pembangunan Ka’bah atas perintah dari Allah swt. Selanjutnya perintah tersebut disempurnakan dalam syariat Rasulullah saw setelah berhijrah dari Makkah ke Madinah (Q.S. Ali Imran, 3: 97)
Ungkapan perintah berhaji dalam Al Quran tidak menggunakan kata dalam bentuk fi’il amar (kata perintah), melainkan didahului oleh frasa sybhul jumlah, frasa syarthi, atau fi’il madhi. Hal ini memberikan informasi terkait sulitnya ibadah haji untuk dilaksanakan, karena melibatkan kemampuan secara fisik, materi, keamanan, kesehatan, dan lainnya (Q.S. al Hajj, 22: 27).
Kalangan ulama menegaskan bahwa ibadah haji langsung wajib dikerjakan begitu seseorang dianggap telah memenuhi syarat wajib, tidak boleh ditunda-tunda. Sebab, menunda berangkat haji termasuk dosa yang harus dihindari dan masuk dalam perbuatan terlarang. Dalam ajaran Islam, ibadah haji merupakan puncak peraihan status keislaman seorang muslim. Yakni menyempurnakan ajaran inti lainnya berupa pengucapan syahadatain, menjalankan shalat lima waktu, menunaikan zakat, dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Di dalamnya terdapat pendidikan berakhlak mulia, pendidikan untuk menahan syahwat, pendidikan untuk berinteraksi sosial dengan baik, pendidikan untuk berserah diri dan pasrah hanya kepada Allah, pendidikan agar gigih dalam berbuat dan memperkuat ketaatan.
Ali Syari’ati memberikan pengertian haji sebagai ibadah yang sarat dengan simbol-simbol. Makna esoterik rukun demi rukun ibadah haji tersebut diinterpretasikan ke dalam wacana sosiologi, sehingga menjadi sangat hidup dan akrab dengan fenomena dan sejarah manusia. Menunaikan haji adalah bertamu ke baitullah pada bulan tertentu, dengan maksud untuk melaksanakan serangkaian ibadah ritual yang dipersembahkan kaum muslimin kepada Allah, yang semua kemanfataannya adalah untuk kepentingan manusia, bukan untuk Allah Swt. Sebab hakikatnya Allah tidak membutuhkan apa-apa. Setiap ritual manasik ibadah haji yang dilaksanakan oleh jamaah haji mempunyai makna membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah yang disimbolkan dengan pelaksanaan tawaf. Amar ma’ruf nahi munkar yang disimbolkan dengan melempar jumroh, mempunyai prinsip dan usaha yang kuat yang disimbolkan dengan niat dan sa’i, dan saling menghormati antar sesama manusia yang disimbolkan dengan ihram. Oleh karena itu, agar haji dapat berpengaruh dalam kehidupan perlu dipahami bahwa haji bukan sekedar ibadah ritual, melainkan terkandung di dalamnya nilai-nilai rabbaniyah dalam akidah, ibadah, sosial, maupun politik. Haji juga sebagai bentuk refleksi puncaknya ketundukan dan merendahkan diri seorang hamba di hadapan Sang Khaliqnya, yang disertai dengan puncaknya cinta, harapan, dan rasa takut kepada Allah swt.
Atas gambaran di atas, program ibadah haji yang mendesain kualitas SDM muslim melalui perjuangan mewujudkan haji mabrur, melalui sekilas tulisan ini semoga dapat menjadi spirit dan energi, khususnya bagai para tamu Allah jamaah haji dalam lintas perjuangan ibadahnya senantiasa terbanguan semangat, bergerak optimal sejalan dengan kemampuan yang dimiliki untuk berhasil mewujudkan harapan haji mabrur.
B. Dalil Perintah ibadah haji
“… mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. …” (QS. Ali Imran; 97)
Di balik perintah berhaji ini, tentunya menjadi peringatan bagi hamba-hamba Allah yang sudah mendapat limpahan rizkiNya serta memiliki daya dukung kemampuan-kemampuan lainnya, nabi memberi tahu pada kita semua sebagaimana dalam sabdanya;
Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa tidak menghalanginya hajat yang nyata atau sakit yang bisa mencegah atau karena pemimpin yang zalim lalu ia tidak berhaji maka silakan ia mati dalam keadaan Yahudi atau jika Nasrani. (HR Baihaqi)
Berdasarkan QS. Ali Imran; 97, hukum melaksanakan ibadah haji adalah wajib bagi umat Muslim yang mampu, dengan 6 rukun haji yang harus dilaksanakan, antara lain;
1. Ihram, yaitu berniat untuk memulai menunaikan segala rangkaian ibadah haji dan menjauhi larangannya dengan memakai pakaian yang serba putih dan tidak dijahit. Lalu berniat, “Labbaikallumma hajjan” (Ya Allah, kami penuhi undangan haji-Mu).
2. Wukuf, yaitu berdiam di padang Arafah pada 9 Zulhijah yang dimulai dari waktu dzuhur hingga terbit fajar pada 10 Zulhijah.
3. Thawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah 7 kali, dimana Ka’bah selalu berada di sebelah kiri jamaah haji yang dimulai dan diakhiri pada arah sejajar dari hajar aswad dengan kondisi suci dari hadas dan najis.
4. Sa’i, ialah berlari-lari pelan selama 7 kali antara bukit shafa dan marwah.
5. Tahalul, yaitu mencukur rambut kepala minimal 3 helai. Terdapat dua jenis dari tahalul, yaitu apabila seseorang telah menunaikan jumrah aqabah, maka ia diperbolehkan untuk melepaskan pakaian ihramnya. Kemudian tahalul tsani yaitu apabila seseorang menunaikan jumrah aqabah, bercukur, dan thawaf ifadlah, ia boleh untuk mengerjakan semua larangan dalam ibadah haji.
6. Tertib.
C. Program Persiapan
1. Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik
2. Menyelesdaikan urusan keluarga
3. Bimbingan Manasik Haji tata cara ibadah haji dan umrah.
4. Mempersiapkan Perlengkapan Ibadah da Bekal Materi
5. Perkuat Iman dan Takwa
“…Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.”(QS. Al Baqarah 197)
D. Memahami Keistimewaan ibadah haji
1. Menunaikan rukun Islam ke-5 berdasar perintah Allah QS. Ali Imran; 97
2. At Thariqu Ilallah sejalan Napak tilas jejak Rasulullah
3. Melintasi syariat ibadah mahdhah untuk ghaer mahdah (tekstual untuk kontekstual)
4. Pengalaman menapaki Mekah sebagai pusat bumi.
Penelitian Prof Hussain Kamel di Kairo, Sumber: Republika online, Ahad , 17 Sep 2023, 16:35 WIB
5. Bermunajat dari masjid ke masjid
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406
6. Pertemuan dengan saudara sedunia
7. Bagi haji Mabrur disiapkan hadiah Syurga
“Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR Bukhari).
Untaian doa untuk terwujudnya harapan tersebut; “Ya Allah, jadikan haji ini sebagai haji yang mabrur, sa’i yang penuh berkah, dan pengampun bagi dosa”.
4. Tujuh Tempat Mustajab untuk Berdoa di Makkah dan Madinah
Ibadah fisik yang mengaresiasi spiritual terkait dengan sejumlah tempat mustazab, para tamu Allah sangatlah penting untuk fokus dalam penguatan ruhani, melalui kekhidmatan berdoa, sebagaimana tempat-tempat mustazab bverikut ini:
a. Multazam
Multazam merupakan tempat yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Kakbah dengan jarak kurang lebih dua meter. Hajar Aswad adalah batu hitam yang terletak di salah satu sudut Kakbah, tepatnya di Rukun Yamani.
“Maka disunahkan berdoa sambil menempelkan tangan, dada, dan pipi ke Multazam sesuai dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan sunan Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash,”
b. Hijir Ismail
Hijir Ismail terletak di sebelah utara Ka’bah, bentuknya setengah lingkaran.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Wahai Abu Hurairah, di pintu Hijr Ismail ada malaikat yang selalu mengatakan kepada setiap orang yang masuk dan sholat dua rakaat di Hijr Ismail, ‘Kamu telah diampuni dosa-dosamu. Maka mulailah dengan amalanmu yang baru.”
c. Rukun Yamani
Rukun Yamani memiliki tinggi kurang lebih 10,25 meter yang terletak di sisi sebelah barat daya Ka’bah, tepatnya sebelum Hajar Aswad dari arah dilakukannya tawaf.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Ubaid bin Umari, dari ayahnya, ia berkata, “Sesungguhnya Ibnu Umar pernah berebut berdesak-desakan untuk mendekati dua rukun (Hajar Aswad dan Rukun Yamani). Sebelumnya, aku tidak pernah melihat seorang pun sahabat Rasulullah SAW yang berdesakan seperti itu. Lantas aku berucap, Abdurrahman “Aku melakukannya karena mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani bisa menghapus dosa.”
d. Maqam Nabi Ibrahim
Maqam Ibrahim adalah sebongkah batu bekas telapak kaki Nabi Ibrahim. Lokasinya berada di dalam Masjidil Haram dan berdekatan dengan Ka’bah. Di atas batu ini, Nabi Ibrahim berdiri dan meletakkan batu pertama pembangunan Ka’bah bersama Ismail.
e. Muzdalifah dan Mina
Mina terletak dalam kawasan Tanah Haram antara Makkah dan Muzdalifah. Terletak sekitar 7 km dari Muzdalifah dan 4 km dari Masjidil Haram. Dalam bahasa Arab, Mina memiliki arti harapan atau cita-cita.
f. Raudhah
Raudhah disebut sebagai tempat paling mustajab untuk berdoa di dalam Masjid Nabawi. Rasulullah SAW menyebut Raudhah sebagai taman surga.
“Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga.” (HR Bukhari dan Muslim)
g. Dalam Ka’bah
Meskipun menjadi tempat mustajab, namun tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam Ka’bah. Bahkan, beberapa sahabat ada yang tidak diizinkan oleh Rasulullah SAW masuk ke dalam Kakbah dan melakukan salat di dalamnya. Bahkan Aisyah RA, istri Rasulullah juga dilarang. Dalam sebuah hadits, dari Aisyah Radhiyallahu’anha berkata: “Saya dahulu ingin masuk ke dalam Baitullah dan salat di dalamnya, maka Rasulullah SAW menggandeng tangan dan membawaku masuk ke dalam Hijir lalu bersabda, ‘Salatlah di dalam Hijir jika engkau ingin masuk ke dalam Baitullah, karena sesungguhnya Hijir itu adalah bagian dari Baitullah. Akan tetapi kaummu (Quraisy) kekurangan biaya ketika membangun Ka’bah (merenovasinya) sehingga mereka terpaksa mengeluarkannya dari Baitullah.’” (HR Abu Dawud)
5. Makna Simbolik Sukses Ber-Haji Mabrur
Mabrur adalah tujuan dan suksesnya ibadah haji. Rasulullah SAW menjelaskan, Allah SWT telah menjanjikan balasan nyata bagi mereka yang mendapat Mabrur, yakni surga yang abadi: “Umrah ke umrah berikutnya merupakan pelebur dosa antara keduanya. Dan, tiada balasan bagi haji mabrur, melainkan surga” (HR Bukhari: 1683, Muslim: 1349).
Mabrur berasal dari bahasa Arab, yaitu “barra-yaburru-barran”, yang artinya taat berbakti. Dalam kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Mabrur berarti ibadah haji yang diterima pahalanya oleh Allah SWT.
Menurut ulama ahli tafsir Alquran Profesor Quraish Shihab, definisi haji mabrur bukan sekadar sah perihal pelaksanaan ibadah haji. Namun, makna mabrur adalah ketika jamaah haji telah pulang dari Tanah Suci dan ia tetap menaati janji-janji yang telah ia buat sewaktu di Mekkah untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Itu sesuai dengan asal kata dasarnya yaitu barra yaburru.
Haji mabrur adalah haji yang maqbul atau diterima dan diberi balasan berupa al-birr yang berarti kebaikan atau pahala. Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, salah satu bukti bahwa seseorang telah berhasil meraih haji mabrur adalah ketika ia kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan terus berusaha mengurangi perbuatan maksiat.
Atas uraian di atas, maka upaya bagian mewujudkan haji mabrur, antara lain:
1. Luruskan niat beribadah.
Dengan meluruskan niat, kamu dapat menjaga kemurnian tujuan berhaji. Jauhkan pikiran dari hasrat untuk menaikkan status sosial atau sekadar pamer kesalehan.
2. Memahami filosofi di balik rukun haji dan wajib haji. Selain itu, kuasai bacaan-bacaan doa dalam tahapan-tahapan ibadah haji.
3. Fokus pada hal yang substantif selama berhaji.
Hal prinsip sebagai fokus pikiran dan energi, yakni terkait denga rukun haji; ihram (niat), wukuf di Arafah, thawaf ifadah, sa’i, bercukur (tahalul) dan tertib., wajib haji yang enam, yaitu ihram haji dari mīqāt, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melontar jumrah, menghindari perbuatan yang terlarang dalam keadaan berihram, dan thawaf wada’ bagi yang akan meninggalkan Makkah.
4. Memaknai simbolik ibadah haji untuk implementasi perilaku;
a. Miqat, simbol pelepasan diri dari sifat egoisme
b. Ihram, simbol kesucian dan kesetaraan.
c. Thawaf, simbol rotasi lingkaran Tuhan
d. Ka’bah, simbol ketetapan dan keabadian Allah
e. Maqam Ibrahim, simbol realitas Sejarah
f. Sa’i, perjuangan fisik untuk sukses hidup dunia dan akhirat
g. Wukuf di Arafah, gambaran berhenti dari kesenangan dunia agar mengerti hakikat hidup sesuai ketentuan Allah, perenungan, membuka diri dengan penuh kejujuran di hadapan Allah dari perihal perjalanan hidupnya untuk meraih kasih sang-Nya, untuk menemukan ma’rifat (pengetahuan) sejati tentang jati dirinya dan akhir perjalanan hidupnya.
h. Masy’aril Haram (Muzdalifah), simbol kesadaran dan intuisi
i. Mina, simbol cinta dan kesyahidan
j. Melempar Jumroh, simbol jihad terhadap trinitas kabilisme
k. Mina adalah front pertempuran dan tiga monumen jamarat adalah tiga berhala yang melambangkan setan yang berusaha menggoda manusia. Berhala pertama merupakan ketamakan yang disimbolkan oleh fir’aun, berhala kedua adalah mementingkan diri sendiri yang dilambangkan oleh sifatnya qarun, dan berhala yang ketika adalah ketidakikhlasan yang disimbolkan oleh sifatnya Bal’am
l. Memotong Rambut (tahallul), simbol syukur manusia
m. Kurban, simbol kepasrahan mutlak dan peleburan sifat hayawaniyah
Demikian, uruaian support untuk diperolehnya haji yang mabrur, haji yang diterima, haji yang dirasakan manfaatnya untuk kehidupan umat dan bangsa, membutuhkan perjuangan totalitas fisik melalui kendali hati/batin yang suci, steril dari penyakit hati dari rafats, berbuat fasik dan jidal (berbantah-bantahan) dengan berbekal takwa, sebagaimana Allah SWT menegaskan dalam QS. Al Baqarah 197, baik semasa berlangsungnya ibadah haji, maupun dalam wujud perilaku berkelanjutan.
Semoga…
Penulis : Dr. Ugin Lugina, M.Pd. (Ketua DMI Kab. Kuningan)