KUNINGAN (MASS) – Suhu menjelang pemilihan Ketua KONI Kuningan yang akan digelar Senin (30/6/2025) di Grage Resort Sangkan, nampaknya mulai mendidih. Setelah Yayan Olly sebagai salah satu kandidat menarik diri dari bursa pencalonan, kini politisi senior PDIP, Rana Suparman ikut angkat bicara.
“Saya merasa bangga melihat banyaknya ketua cabor yang punya eselon di struktur pemerintahan (pejabat pemda). Itu berarti mereka memiliki ketajaman analisa untuk kemajuan KONI,” ucapnya mengawali pernyataan, Minggu (29/6/2025).
Rana meyakini mereka juga akan mempertimbangkan aspek keilmuan baik dibidang organisasi, pemahaman potensi olahraga, dan bagaimana meningkatkan prestasi olahraga di Kuningan.
“Bukan malah jadi instruktif (bersifat intruksi), sehingga memutus kemampuan berpikir, ketajaman analisis, dan hanya untuk kepentingan positioning di struktural pemerintahan. Tapi justru sebaliknya, lebih mengedepankan ke penyelamatan cabor,” tuturnya.
Jika memang bukan ke arah penyelamatan, menurut Rana akan jadi aneh karena itu merupakan forum ilmiah. Seluruh utusan cabor dipastikan akan melakukan pertimbangan tajam agar ketua dan pengurus KONI nanti bisa melahirkan prestasi.
“Bukan dijadikan jalan untuk kepentingan pribadi. Besok itu ruang yang paling tepat. Kalau ketua cabor (birokrat) tidak hadir, pasti memandatkan berdasarkan kemampuan berpikir, bukan karena tak sanggup untuk menentukan pilihan,” tandasnya.
Rana berharap besok itu jadi ruang penilaian publik kepada para cabor untuk menentukan ketua KONI yang berkualitas. Yaitu ketua yang mampu memenej organisasi dengan baik, memanfaatkan anggaran menuju prestasi dan membawa prestise yang baik.
Selain itu, mampu membangkitkan minat olahraga masyarakat karena berpikiran KONI-nya juga sudah baik. Semangatnya harus menular dan terasa ke bawah sehingga olahraga akan selalu hidup dimasyarakat.
“Olahraga juga bisa jadi ruang ideologis. Seperti contoh, anak-anak yang mau berlatih voli misal, mencium tangan dulu ke pelatihnya, itu kan karakter. Kalo semua cabor begitu, maka berarti kembali ke jati diri bangsa,” paparnya.
Rana mengulang, diharapkan memilih seseorang bukan karena kepentingan pribadi semisal pengamanan jabatan. Ia meminta agar hal itu dipisahkan demi kepentingan yang lebih besar.
Ketua cabor yang punya eselon, sambungnya, bisa jadi diintervensi atau bisa jadi juga tidak. “Dilihatnya besok. Apakah ketua cabor bereselon tidak datangnya itu karena kesibukan atao kekakuan kondisi. Tapi orang yang dimandatkan, pasti akan mengkaaji matang-matang karena buat kemajuan. Tidak berkarakter kalau ketua cabor tak datang karena kepentingannya,” kata Rana.
Adapun alasan mendorong Lena Herlina untuk ketua KONI kedepan, Rana menerangkan karena ia dan Lena satu organisasi politik. Dikatakan, PDIP pernah berkuasa sehingga ingin melihat dampak dari kekuasaan dari masa lalu, apakah meninggalkan nilai-nilai berkarakter atau tidak. Jangan sampai karena berbeda kekuasaan, malah secara drastis meninggalkan nilai-nilai masa lalu.
Dia tahu betul kelebihan Lena. Punya pengalaman di partai maupun luar partai dan mampu mengorganisir program pemerintah seperti program UMKM. Lena juga dinilai mampu menyampaikan arah bagi kemajuan.
“Satu keinginan mampu dipresentasikan olehnya sehingga bisa dianalisis bagi kemajuan. Kita belum melihat dari yang lain,” ungkapnya.
Bicara anggaran, Rana menegaskan, negara sudah mengalokasikannya. Soal terhambat, tertunda atau tersumbat, menurut dia bisa dibicarakan. Bukan berarti seseorang dianggap sukses karena akan mengganti anggaran yang dibutuhkan.
“Memberi sumbangsih materi, tak harus jadi pengurus atau ketua. Masyarakat biasa yang tak ada keterikatan struktural pun kalau peduli olahraga, dia akan bantu kok. Banyak contohnya, orang nyupport, membantu untuk tim kebanggaannya atau cabor kebanggaannya. Bukan sumbangsih memberi uang untuk kegiatan, terus nuntut ganti rugi nantinya. Itu bukan membantu namanya,” ketus Rana.
APBD sekarang lagi dinormalkan. Ditambah Lena jagoannya punya akses ke pusat dan provinsi serta mampu berkomunikasi dengan baik.
Rana mengaku tidak melihat pemilihan KONI sebagai peperangan politis pilkada. “Emang pilkada kemarin tidak melahirkan kekecewaan? Yang saya baca, yang kecewa oleh kemenangan dan kekalahan, kumpul dimana saya tau. Kalau mau ngaitkan ke situ ya. Maka saya tidak mengaitkan ke situ. Justru mengajak secara jernih, mari kita startingnya obyektif,” serunya.
Ditanya harapan ke Bupati Dr Dian Rachmat Yanuar, dia meyakini pasti netral. Bupati akan mencari potensi terbaik, sumber daya terbaik untuk kemajuan kuningan lewat ruang lingkup musyawarah ini. Kalau musyawarah sudah diintervensi maka menurut Rana, bupati sedang membuat ketidakbaikan.
Seandainya bupati tidak netral dan mengondisikan, maka akan jadi penilaian tidak baik dari masyarakat.
“Penilaian bahwa, oooh yang kayak gini aja dikondisiin. Berarti hal yang lebih dari ini kondisikan lebih gila. Percayakan deh bahwa semua pihak yang terlibat dalam musyawarah akan melahirkan yang terbaik bagi KONI. Tapi kalau diintervensi, direkayasa, dipolarisasi maka tidak sadar sedang melakukan pencorengan nilai-nilai kebaikan,” tandasnya.
Kalau ternyata bupati mendukung timsesnya sewaktu pilkada, Rana berujar, berarti bupati sendiri yang mengawali KONI ditarik ke ranah pilkada. (deden)
