Bismillah
BAHWA SESUNGGUHNYA, Gambaran masa depan umat Islam telah dijanjikan dalam Q.S. al-Nur ayat 55:
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا ۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـئًــا ۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰ لِكَ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini mengutip hadits Imam Ahmad berikut:
“Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Salamah, dari Ar-Rabi’ ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka’b yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: ‘Umat ini akan mendapat berita gembira memperoleh ketenaran, kedudukan yang tinggi, agama, kemenangan, dan kekuasaan yang mapan di muka bumi. Maka barang siapa di antara mereka yang mengerjakan amal akhirat untuk dunia(nya), maka tiada bagian baginya kelak di akhirat.”
Prediksi Beberapa Filosof Barat tentang Masa Depan Islam
Beberapa Pernyataan tokoh Filsafat Barat yang memprediksi masa depan Islam telah dikutip oleh Yakusai sebagai berikut:
1. Leo Tolstoy (1828-1910):
“Islam akan Menguasai Dunia suatu saat nanti, sebab Islam menggabungkan antara ilmu pengetahuan dan hikmah.”
2. Herbert Wells (1846-1946):
“Hingga akhirnya Islam kembali lagi, betapa banyak generasi yang akan merasakan kesengsaraan kemudian suatu waktu nanti dunia seluruhnya akan tunduk pada Islam. Pada saat itu Kedamaian akan terwujud dan kembali menjadi tenang.”
3. Albert Einstein (1879-1955):
“Saya memahami bahwa kaum muslimin melakukan itu semua dikarenakan kecerdasan dan kesadaran mereka, sesuatu yang tidak mungkin mampu dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Dalam Islam ada kekuatan dan hikmah yang akan Membawa Kepada Kedamaian.”
4. Houston Smith (1919):
“Ada yang lebih baik daripada keimanan yang kita anut sekarang ini, dialah Islam. Jika kita Mau Membuka Hati dan Akal kita, itu akan sangat baik bagi kita.”
5. Michael Nostrodamus (1566-1503):
“Islam akan menjadi agama yang Berkuasa Di Eropa, dan salah satu kota terkenal di Eropa akan menjadi Ibu Kota Negara Islami.”
6. Bertrand Russell (1872-1970):
“Saya telah membaca tentang Islam dan saya akhirnya tahu bahwa Islamlah agama yang akan Menjadi Agama Seluruh Dunia dan semua manusia. Islam akan menyebar di seluruh sudut-sudut Eropa, dan akan datang waktunya Islam menjadi penggerak hakiki dunia ini.”
7. Gustaf Lebon (1841-1931):
“Islam Adalah Agama Satu Satunya Yang Berbicara Tentang Perdamaian dan Perbaikan serta Ajakan kepada orang-orang Nasrani untuk menghargai keimanan yang Membawa Kebaikan. Persoalan Ini menjadi menarik karena partai politik peserta pemilu 2019 adalah Partai yang mencintai perdamaian dalam konteks persatuan indonesia
Seperti Pengakuan Tokoh Nasrani Ilmuwan – Cendekiawan Kaliber Dunia Tersebut Diatas.
Oleh sebab itu pada point ke 7 tsb diatas perlu ditarik garis lurus bahwa : Orang Muslim dan Non Muslim di Indonesia memiliki kewajiban yang sama untuk sepakat komitmen DAMAI DIHATI DAMAI DI BUMI, DAMAI ITU INDAH DI BUMI NKRI
Kemudian, “Jalin kemitraan yang Legal Formal Dengan Institusi Polri, Ajak Komponen Bangsa Indonesia semuanya!
Fahamilah derap Langkah Operasional Institusi Polri dlm Konteks Tupoksi Kepolisian Negara Republik Indonesia Mewujudkan Kamtibmas dari Sabang Sampai Merauke dalam Kepemimpinan Jenderal Tito Karnavian, Tanpa Reserve !
Ketika kemudian tidak difahami, tentu akan merugi
SEKALI LAGI MERUGI!
Oleh sebab, NKRI dihantui AGHT (Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan) dalam berbagai macam bentuknya, baik dari dalam negeri sendiri dan lebih berbahaya dari negara diluar NKRI!
In Shaa Allah, Stabilitas Nasional Terwujud Dalam Spektrum ”Wadah NKRI “. Untuk Itu , Pendapat Saya pribadi ini berkenan kiranya Institusi Intelijen Negara ( BIN ) dan Badan Intelijen Strategis ( BAIS ) – Satuan Intelijen Strategis ( SIS ) Mengambil langkah pro aktif profesional menjaga keutuhan dan kokoh kuatnya ” NKRI ”, dlm waktu dekat adalah ” Suksesi Pileg Dan Pilpres 2019 – Tanpa Ekses ! Termasuk ”Pantau dan Monitor Mahkamah Konstitusi” Jgn sampai persoalan Presidential Threshold – Dan Ambang batas Parlemen Berlarut dan Putusannya ”In Konstitusional”.
Jangan Berikan Jalan Kepada Intelijen Asing ZIONIS Amerika : CIA Zionis Israel : MOSAD, Baik bersipat Contra Intelijen ataupun Berbentuk ”Intelijen Contra”.
Kenapa?
Perhatikan pertarungan USD vs CINA dan Gigihnya Satuan Tugas Intelijen Cina : MSS : Ministry State Security Dan Khusus Utk Persiapan Kebangkitan Indochina , 2025.
8. Bernard Shaw IAWAN (1856-1950):
“Suatu hari dunia keseluruhan akan menerima Islam sebagai satu-satunya agama. Seandainya mereka tidak menerima dengan namanya yang sebenarnya, pasti mereka akan meminjam subtansi ajaran Islam. Tapi pasti barat akan menerima Islam suatu hari. Dan ” Islam adalah satu-satunya agama yang akan memimpin dunia.”
9. Yohan Jits (1749-1832):
“Wajib bagi kita semua menerima Islam cepat atau lambat. Dialah agama yang sebenar-benarnya. Andai saya diajak masuk Islam saya tidak akan merasa sebagai sebuah keburukan, bahkan itu saya anggap sebagai sebuah kenyataan.”
(Diterjemahkan oleh Ahsanur Ahmad, dari status Dr. Ali Asshallaby, Ahli Sejarah dan Penulis Ensiklopedi Sejarah Islam).
Fakta dan Analisis
Beberapa kutipan di atas menunjukkan adanya koherensi yang kuat dan konsisten, baik antar dalil naqli dan antar dalil aqli, maupun antara dalil naqli (ayat dan hadits) dengan dalil aqli dari beberapa pemikir terkemuka, tentang gambaran masa depan Islam.
Teori koherensi adalah satu dari tiga teori kebenaran dalam filsafat ilmu, selain teori korespondensi dan teori pragmatisme. Menurut teori koherensi, sesuatu harus dianggap benar bila antar pernyataan sejenis bersifat koheren (sesuai, cocok, saling melengkapi dan saling memperkuat).
Perhatikan pemikiran kontemplatif yang dikutip di muka, khususnya mereka yang hidup pada pergantian abad XX, ketika tanda-tanda keruntuhan peradaban barat mulai muncul: Tolstoy (1828-1910), Lebon (1841-1931), Wells (1846-1946), Shaw (1856-1950), dan Russell (1872-1970); hasil pemikiran mereka semuanya sangat koheren satu sama lain; mereka sedang mencari kandidat baru pemimpin peradaban dunia.
Apa yang difikirkan para filosof itu adalah apa yang mereka tangkap sebagai hukum alam, Sunnatullah yang mengatur setiap makhluk, baik yang nyata maupun yang ghaib, yang besar maupun yang kecil; semua sudah tertulis dalam Lauhul Mahfudz, Kitab Blue-print yang mencatat skenario dan semua yang terjadi di alam semesta (al-An’am: 59). Hasil upaya manusia dalam memahami Sunnatullah inilah yang kemudian menjadi pengetahuan, objek dan isi pemikiran manusia sepanjang sejarah.
Bumi ini hanya sebuah titik kecil di tengah sejumlah trilyunan, bilyunan bintang-bintang, yang sampai saat ini belum ada seorang pun yang tahu jumlah persisnya. Padahal bintang-bintang itu barulah di langit pertama, dan langit pertama hanyalah bagian kecil saja dari tujuh lapis langit, dan keseluruhan langit hanyalah bagian kecil dari keseluruhan alam semesta (al-Baqarah: 255). Sedangkan kita manusia, hanyalah bagian titik kecil saja dari keseluruhan isi bumi.
Bila alam semesta ini sudah ada sejak lebih dari 18 milyar tahun yang lalu, selama itu pula semuanya tentu telah berjalan sesuai pada taqdir
Sejarahnya, sesuai dengan Kehendak Sang Pembuat Skenario Alam. Sedangkan tentang kehidupan di bulan saja, planet (terdekat dari) bumi, belum ada cara untuk memahaminya, apalagi sejarahnya. Bagaimana pula dengan seluruh bintang dan alam semesta? Padahal Allah sendiri menegaskan bahwa semua itu dibuat tidak ada yang sia-sia (Ali Imran: 191-192).
Alam semesta terbentuk lewat sebuah Ledakan Besar, Big Bang. Bukti ilmiah adanya ledakan besar telah dipaparkan oleh Nasa. Pada 1989, George Smoot bersama Tim Nasa meluncurkan satelit untuk meneliti asal mula alam semesta.
Dari berbagai fakta ilmiah, akhirnya teori Big Bang mendapatkan persetujuan dunia ilmiah. Dalam sebuah artikel yang dimuat pada Oktober 2014, Scientific American menuliskan bahwa teori Big Bang adalah satu-satunya teori yang dapat menjelaskan asal mula alam semesta.
Jauh sebelum teori Big Bang dikemukakan ilmuwan : Al-Qur’an telah menjelaskan terkait terbentuknya alam semesta.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (al-Anbiya: 30).
Dari ayat tersebut terlihat jelas kesesuaian antara ayat Al-Qur’an dan teori Big Bang. Persamaan keduanya tidak bisa dihindari.
Grup Facebook The Origin of Meaning mencoba menghitung umur alam semesta sejak terjadinya Ledakan Besar, Big Bang.
Angka-angka yang diperoleh dianalisis dari petunjuk yang diberikan Al-Qur’an Surat Fushshilat ayat 9-14, bahwa bumi diciptakan dalam 2 hari dari 6 hari jumlah keseluruhan waktu penciptaan, dikali perbandingan satu hari dunia dibandingkan satu hari di Sisi Allah.
Bumi tercipta bersamaan dengan matahari dan planet tetangga yang lain yang disebut solar system dalam 4,567 milyar tahun yang lalu. Dibandingkan dengan usia universe 13,701 milyar tahun, maka 4,567/13,701 = 1/3 = 2/6.
Dua masa penciptaan bumi = 4,567 milyar tahun, ini umur bumi; Dua masa sisa penciptaan langit = 4,567 milyar tahun. Jadi, 13,701 + 4,567 sisa usia = 18,262 milyar tahun. Maka 50.000 x 1000 (ini perbandingan satu hari dunia dengan satu hari di Sisi Allah) x 365,2422 (days in human year) = 18.262.110.000 atau 18,262 milyar tahun. (Sumber: kanzunqalam.com).
Berapa umur manusia sejak Nabi Adam AS. sampai hari ini?
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam European Journal of Human Genetics, sebagaimana dikutip Liputan6.com dari Situs Nature World News oleh Elin Yunita Kristanti pada 30 Januari 2014, menyimpulkan bahwa Nabi Adam AS hidup 209 ribu tahun yang lalu.
Pendapat para ulama konvensional berdasarkan usia para Nabi, sejak Nabi Adam AS sampai hari ini, menyimpulkan bahwa usia umat manusia modern belum genap 6000 tahun.
Ada juga pendapat lain berdasarkan jumlah 124.000 Nabi : menurut Ibnu Murduwaiyah dengan asumsi satu tahun diturunkan seorang Nabi, maka umur umat manusia sampai saat ini adalah 124.000 tahun.
Dan berapa usia kita? Empat puluh, lima puluh, enam bulan puluh, tujuh puluh? Bandingkan dengan 6000 atau 209 ribu tahun usia manusia, lalu bandingkan dengan 4,567 milyar tahun usia bumi, kemudian bandingkanlah dengan 18,262 milyar tahun usia alam semesta.
Uraian singkat di atas kiranya cukup untuk menjelaskan betapa sangat luasnya cakupan Pengaturan dan tentu saja Pengetahuan Sang Maha Pengatur (Rabb), dan betapa sangat sedikitnya pengetahuan kita tentang nilai luhur ajaran Islam
Selain sangat komprehensif, ternyata PengetahuanNya juga sangat detil; kapan setiap helai daun harus gugur dan dengan cara bagaimana, semuanya sudah diatur (al-An’am: 59). Bahkan bagaimana kelanjutan perjalanan taqdir sejarah setiap helai daun, fungsi dan kontribusinya terhadap keseimbangan ekosistem dan mata rantai kehidupan di bumi, sudah ada ukuran taqdirnya sendiri-sendiri (al-Thalaq: 3).
Bagaimana mungkin kehidupan manusia yang adalah khalifahNya di muka bumi (al-Baqarah: 30-34), serta perjalanan sejarah peradabannya akan dibiarkan berjalan dengan sendirinya tanpa campur TanganNya?
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (al-Hadid: 22-23).
Inilah bedanya world-view Islam dengan pandangan dunia kaum sekuler; bila semua yang kita peroleh dan kita alami sepenuhnya disandarkan pada ikhtiyar kita manusia, lalu dimanakah Allah? “Dan sekiranya di langit dan di bumi ada tuhan selain Allah, niscaya keduanya telah hancur binasa.” (al-Anbiya: 22).
Manusia, peradaban, bumi dan seluruh alam semesta ternyata tidak mungkin mampu mengatur dirinya sendiri tanpa keterlibatan Sang Maha Kreator Sejarah.
Maka tidak ada seorang pun atau kekuatan mana pun yang bisa mengelak apalagi membelokkan arah taqdir sejarah. Manusia boleh membuat rencana, manusia boleh merencanakan makar, tapi Allah sebaik-baik Pembuat Rencana (Ali Imran: 54).
FirmanNya dalam Surat al-Hadid ayat 22-23 di atas, bahwa janganlah terlalu berbangga diri dengan apa yang kalian ikhtiarkan, dan jangan terlalu risau dengan apa yang luput atau menimpa kalian, adalah sebuah filosofi tentang harmoni dan koherensi antara ikhtiar manusia dengan Taqdir Sejarah
Hadanallahu Waiyyakum Ajma’in
Awang Dadang Hermawan.
*)Pemerhati intelijen , sosial politik dan SARA.
———–
9 Juni 2018
———-
Itu 👆tulisan sdh lama…”
Andai saja dibaca umat islam dengan seksama, diteliti, di fahami sejak 9 Juni 2018 …..
MUNGKIN saja hal hal yg membuat RUMITNYA umat islam seperti sekarang ini TDK TERJADI !
Dan……semua itu yaqinlah
Memang sdh tertulis di Lauhul Mahfudz…”.
##########
Saya share kembali 18 Juni
tahun 2022.
Semoga ada manfa’atnya utk umat/masyarakat luas.
##########