KUNINGAN (MASS) – Muhammad Sayffulloh Rohman, mahasiswa Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, turut memberikan tanggapannya terkait narasi mahasiswa sebagai agent of change, social control dan moral force yang sudah lama menjadi identitas gerakan mahasiswa.
Mahasiswa memiliki sejarah sebagai garda terdepan dalam menyuarakan ketidakadilan, mengkritisi kekuasaan, serta membela kepentingan rakyat. Namun di era digital narasi tersebut mulai dipertanyakan.
Menurutnya, banyak kegelisahan terhadap kondisi mahasiswa sekarang. Sayffullah menilai bahwa mahasiswa saat ini terlalu banyak berbicara di media sosial, namun minim implementasi nyata.
Ia mengungkapkan, kritik, saran dan opini mahasiswa masih terdengar ramai, namun mengenai aksi nyata ataupun solusi konkret mereka mayoritas bungkam.
“Kalau hanya bicara di Instagram, TikTok, atau media berita, semua orang juga bisa. Tapi persoalan kontrol sosial itu butuh tindakan yang berdampak. Mahasiswa sekarang lebih suka komentar ketimbang kerja nyata,” ungkapnya, Rabu (23/7/2025).
Ia juga beranggapan bahwa mahasiswa saat ini cenderung hadir saat isu sedang viral, namun menghilang begitu perhatian publik mereda. Sayffullah mempertanyakan peran mahasiswa sebagai agen kontrol sosial.
“Mahasiswa hari ini perlu upgrade cara berpikir dan bertindak. Jangan hanya reaktif, bersuara saat ada kepentingan politik yang menunggangi,” jelasnya.
Sayffullah menegaskan, sebagai mahasiswa kontrol sosial bukan hanya tentang bersikap kritis, namun juga harus mampu menyusun strategi advokasi dan membangun solusi strategis, dan terlibat langsung dalam pemberdayaan masyarakat.
“Jika ini tidak dilakukan, maka narasi mahasiswa sebagai agen sosial kontrol hanya akan menjadi slogan klise yang kehilangan makna suara keras, tapi tak berdampak,” tutupnya. (didin)
