KUNINGAN (MASS) – Kalo kalian pernah dengar guyonan ‘sisi langit rabig’, mungkin kalian harus merasakannya langsung.
Biasanya, istilah tadi disematkan untuk daerah ujung Kuningan, yang berada di ketinggian seperti Kecamatan Cilebak.
Ungkapan seperti tadi memang hanyalah guyonan belaka. Hanya menggambarkan, bagaimana jauhnya desa tersehut dari pusat kota Kuningan.
Kuninganmass.com sendiri untuk beberapa hal melakukan perjalanan ke Kecamatan Cilebak, Kuningan.
Lebih tepatnya ke Desa Legokherang. Desa yang satu ini, memang berada di ujung selatan Kuningan, dan berbatasan langsung dengan Jawa Tengah.
Banyak hal menarik yang bisa ditemukan disana. Selain medan akses yang berat, berliku serta nanjak, hal lainnya bisa kita nikmati selepas sampai di atas.
Desa yang satu ini memang berada di lereng perbukitan. Ada beberapa bukit disana yang seolah mengelilingi desa, masyarakat menyebutnya dengan Gunung Bongkok dan Gunung Subang.
Tentu saja, pemandangan pegunungan tak pernah mengecewakan. Langit dan ornamen awan, selalu terasa lebih dekat dari perbukitan.
Belum lagi masyarakatnya yang ramah dan sopan. Budaya saling menyapa, saling sejyum masih sangat erat disana. Apalagi pada ‘semah’ (tamu).
Lagi-lagi khas daratan tinggi, disana cuacanya memang cukup dingin. Bahkan di jam-jam yang beranjak siang pun, suasana masih sangat sejuk. Kadang embun masih terlihat padahal hari beranjak siang.
Hal menarik lainnya adalah banyaknya mitos yang masih berkembang disana. Terlepas percaya atau tidak, masyarakat disana memang masih mengistimewakan hal-hal tersebut.
Sebut saja situ kabuyutan, batu kahuripan, gentong, serta mata air taman yang ada di perbukitan, juga pesta dadung.
Banyak sekali cerita dibaliknya yang berkembang dari mulut ke mulut. Akan sangat banyak tentunya, jika ditulis disini.
Masyarakat disana notabene bergerak di pertanian dan perkebunan. Dengan tanah yang subur dan air yang melimpah, tentu disana sangat baik untuk bercocok tanam.
Ah iya, gula aren (gula beureum ) disana sangat terkenal. Beberapa lalapan juga konon, tumbuh subur disana padahal di tempat lain tidak, seperti reundeu dan poh-pohan.
Sayang seribu sayang, tempat seindah itu tak terlalu menarik banyak orang untuk datang, berkunjung atau bertransaksi di sana .
Akses dan medan jalan di sana memang tak terlalu nyaman dilalui. Belum lagi jalan yang membentang ke Cilebaknya. (Eki)