KUNINGAN (MASS) – Kelompok mahasiswa LLDikti 4 di Desa Bayuning Kecamatan Kadugede, mengajak masyarakat untuk mengolah sampah, agar tidak hanya jadi masalah.
Salah satunya, mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk organik cair menggunakan komposter. Hal itulah yang terus disosialisasikan ke masyarakat sejak awal Agustus ini.
Melalui salah satu anggotanya, Muhammad Za’a Rahmat mengatakan bahwa sampah ini merupakan permasalahan yang menjadi sorotan di semua kalangan. Dan sampah, akan terus bertambah.
“Peningkatan volume sampah diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan masyarakat yang berimplikasi pada meningkatnya volume sampah dan menurunkan kualitas kehidupan, jika dalam pengelolaan sampah kurang tepat,” ucapnya mengutip sebuah tulisan (Christy, et al., 2022).
Sampah, lanjutnya, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan penyebab dari pemanasan global. Rahmat menerangkan, sampah sendiri bisa dikelompokan menjadi tiga sifat yakni organik, anorganik, dan sampah beracun atau sampah B3.
“Pengelolaan sampah akan lebih mudah jika dimulai dari volume sampah kecil, pengelolaan sampah berskala kecil akan lebih mudah dan tingkat keberhasilan yang besar,” jelasnya.
Sasaran dari pengelolaan sampah berskala kecil yang dimaksudnya, adalah pada tingkat sampah rumah tangga dengan sifat sampah organik (sampah Biodegrable).
Sampah organik, akan mudah terurai oleh organisme hidup seperti bakteri, jamur, larva, cacing, dan organisme pengurai lainnya. Pengelolaan sampah organik ini kata Rahmat, akan meningkatkan nilai guna dari sampah menjadi hal yang lebih bermanfaat. Pupuk organis, nantinya bisa menunjang kegiatan pertanian.
“Pada tanggal 3 Agustus 2022, kami memiliki inovasi komposter untuk memanfaatan limbah organik rumah tangga menjadi pupuk organik cair (POC),” terangnya.
Lebih lanjut, Rahmat menerangkan bahwa komposter tersebut berguna untuk menampung sampah organik rumah tangga, yang kemudian disemprot dengan EM4 sebagai dekomposer atau pengurai bahan organik, dan produk akhir dari hasil penguraian bahan organik tersebut ialah pupuk organik cair dan pupuk organik padat.
Mahasiswa KKN, lanjutnya, melakukan penyuluhan pada masyarakatdi Masjid Nurul Iman setempat, dengan dihadiri oleh perwakilan setiap dusun di Desa Bayuning, KWT (Kelompok Wanita Tani), PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), dan Raksabumi.
“Pembuatan instalasi komposter ini, diperlukan alat seperti solder, tang, kawat, selotip, cutter dibutuhkan juga ember, baskom saring, dan kran. Dan bahannya, menggunakan sesuatu yang mudah diurai dan mudah busuk seperti sisa makanan, sayuran, dedaunan kering, dan buah-buahan,” tuturnya.
Setelah melakukan penyuluhan terkait komposter, mahasiswa KKN juga melakukan pembagian instalasi komposter kepada peserta yang hadir pada saat penyuluhan.
“Setelah itu, kami mengontrol ke setiap rumah peserta yang menerima komposter. Tujuannya, untuk mengamati perkembangan dari pembuatan pupuk organik cari dari sampah organik rumah tangga. Kontrol komposter ke setiap rumah dilakukan dengan dengan rentang waktu satu minggu satu kali,” terangnya.
Rahmat berkata, pihaknya sangat berharap hal ini bisa membantu mengurangi sampah organik rumah tangga dan meningkatkan kesadaran, terutama di Desa Bayuning. (eki/rls)