KUNINGAN (MASS) – Kemeriahan perayaan maulid merupakan wujud dari kegembiraan dan kecintaan kepada Rasulullah. Sosok yang menjadi uswatun hasanah (teladan terbaik) bagi seluruh umat. Di dalam surat al-Ahzab ayat 21, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw adalah panutan terbaik bagi orang yang ingin mendapatkan ridha Allah ta’ala serta menggapai kebahagiaan akhirat.
Imam Ibnu Katsir (774 H) dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat di atas merupakan pijakan utama untuk mencontoh dan mengikuti Nabi Muhammad saw. Karena itu, peringatan maulid menjadi momen untuk meneguhkan sikap dan komitmen kita bersama mengikuti akhlak mulia baginda Nabi. Baik dalam rangka beribadah kepada Allah ta’ala, ataupun akhlak berhubungan dengan sesama makhluk-Nya.
Bagi generasi millenial, pesan mulia Nabi Muhammad saw beserta laku hidup beliau adalah sumber inspirasi yang tak pernah kering digali. Wasiat-wasiat kenabian dapat menjadi petunjuk hidup di tengah masyarakat mutakhir saat ini. Terlebih di tengah kepungan kemajuan teknologi dan media sosial.
Teladan Akhlak Mulia
Tidak sedikit kita temui, terlebih di media sosial, perbedaan pandangan dan pemahaman agama dapat menyulut kebencian dan permusuhan. Bahkan, oleh sebagian kalangan, teror disebar luaskan atas nama agama. Radikalisme dan kekerasan yang diusung oleh ISIS merupakan nestapa yang harus menjadi pelajaran bersama. Dakwah harus disampaikan dengan hikmah dan akhlak. Sebagaimana dakwah Nabi Muhammad saw, sahabat, dan generasi setelahnya.
Dalam berdakwah, Rasulullah saw mendahulukan prinsip kasih sayang. Tidak lain karena, Nabi Muhammad diutus ke muka bumi ini sebagai rahmat bagi semesta alam. Dengan cara ini, dakwah berjalan efektif. Berhasil memberikan kesadaran dan pencerahan umat. Hakikatnya, dakwah adalah menyeru dan mengajak umat manusia untuk menjadi lebih baik. Maka dari itu, dalam penyampaiannya juga harus dengan cara yang bijak dan bermartabat. Allah ta’ala berfirman:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S. al-Nahl: 125)
Ayat di atas merupakan dasar berdakwah dengan menggunakan hikmah dan kebijakan. Antara lisan dan perbuatan harus seirama dan tidak bertolak belakang. Islam tidak mengajarkan dakwah yang kasar karena justeru akan bertolak belakang dengan esensi dakwah. Lemah lembut merupakan salah satu akhlak yang diajarkan oleh Islam. Sebagaimana termaktub dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (202-275 H) dalam kitab Sunan Abi Dawud:
Artinya: Diriwayatkan dari Sayidah ‘Aisyah ra, Rasulullah saw berkata: “Wahai ‘Aisyah, bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah lemah lembut. Sesungguhnya lemah lembut tidak berada pada sesuatu perkara kecuali menghiasinya. Dan tidaklah tercabut darinya, kecuali akan membuat sesuatu itu menjadi buruk.” (H.R. Abu Dawud)
Karakter dan kepribadian Nabi Muhammad saw tak diragukan lagi. Nabi merupakan sosok ideal yang menjadi panutan, tak terkecuali dalam mensyiarkan kebenaran Islam. Dalam banyak riwayat hadis, Nabi Muhammad saw menegaskan bahwa tujuan kerisalahan beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak. Dengan sikapnya yang ramah dan penuh kasih sayang, Nabi mampu memikat orang-orang di sekitarnya, baik kawan maupun lawan.
Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw dapat kita rasakan hingga hari ini, di mana Islam mampu menembus seluruh pelosok dunia. Dakwah Rasulullah dengan menggunakan akhlak mulia, bukan dengan pemaksaan dan kekerasan. Generasi muda muslim sebagai salah satu penentu wajah Islam di masa yang akan datang mesti memahami hal ini. Wajah Islam akan terpancar jika didakwahkan dengan akhlak mulia.
Saleh Bermedia Sosial
Derasnya arus informasi menuntut kita lebih giat menyuarakan kebenaran dan waspada atas berbagai efek negatif era global. Teknologi ibaratnya sebuah pisau tajam, bisa memberikan manfaat bagi penggunanya dan sekaligus bisa memberikan mudharat jika tidak dimanfaatkan secara baik. Tidak sedikit, sebagian kita menggunakan media untuk menebarkan kebencian, adu domba, dan memprovokasi umat. Ditambah lagi dengan maraknya berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech).
Fenomena yang beberapa dekade terakhir terjadi di sekitar kita adalah munculnya gerakan radikalisme dan terorisme atas nama agama. Media sosial dan kemajuan teknologi menjadi salah satu piranti dakwah bagi kelompok Islam radikal. Dalam berdakwah, mereka bukan mengedepankan toleransi dan kasih sayang, akan tetapi malah menggunkan cara-cara yang provokatif dan menyerang sana sini karena dianggap tidak sesuai dengan tuntunan Islam.
Nyaris umat Islam digiring untuk membenci perbedaan dan memberikan stigma terhadap kelompok-kelompok yang berlawanan. Jika fenomena ini dibiarkan, tentu akan menjadi kerugian sendiri bagi umat Islam. Bahkan keberagaman yang telah kita bina, bisa tercabik-cabik karena kebencian dan permusuhan.
Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia harus mampu menjadi contoh. Menyuarakan dan menampilkan wajah Islam yang ramah. Islam yang menjadi rahmat bagi alam semesta. Bukan wajah Islam yang penuh kemarahan.
Di sinilah relevansi sikap Rasulullah saw harus diteladani. Sikap Rasulullah saw dalam mendakwahkan Islam harus kita jadikan rujukan. Demi keharmonisan dan keutuhan umat Islam dan umat beragama lain, dakwah persuasif yang mendahulukan keluhuran budi pekerti mesti kita tonjolkan. Jangan sampai umat terkoyak-koyak dengan berbagai hasutan yang mengarah pada kebencian. Apa jadinya bangsa Indonesia ini jika umat beragama hidup dalam ketidak harmonisan.
Oleh karena itu, generasi muda muslim harus berada di garda terdepan. Momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad saw harus dijadikan titik pijak untuk meneguhkan kembali komitmen mencontoh perilaku Nabi. Dengan semangat ini, kita berharap dapat menebar dakwah Islam dengan penuh kedamaian. Keluhuran akhlak Rasulullah saw mesti tercermin dalam sikap genersi muda. Baik di media sosial, atapun dalam kehidupan nyata bermasyarakat. Dengan upaya ini, kita berharap Islam menjadi rahmat bagi semesta alam.
Kemeriahan perayaan maulid merupakan wujud dari kegembiraan dan kecintaan kepada Rasulullah. Sosok yang menjadi uswatun hasanah (teladan terbaik) bagi seluruh umat. Di dalam surat al-Ahzab ayat 21, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw adalah panutan terbaik bagi orang yang ingin mendapatkan ridha Allah ta’ala serta menggapai kebahagiaan akhirat.
Imam Ibnu Katsir (774 H) dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat di atas merupakan pijakan utama untuk mencontoh dan mengikuti Nabi Muhammad saw. Karena itu, peringatan maulid menjadi momen untuk meneguhkan sikap dan komitmen kita bersama mengikuti akhlak mulia baginda Nabi. Baik dalam rangka beribadah kepada Allah ta’ala, ataupun akhlak berhubungan dengan sesama makhluk-Nya.
Bagi generasi millenial, pesan mulia Nabi Muhammad saw beserta laku hidup beliau adalah sumber inspirasi yang tak pernah kering digali. Wasiat-wasiat kenabian dapat menjadi petunjuk hidup di tengah masyarakat mutakhir saat ini. Terlebih di tengah kepungan kemajuan teknologi dan media sosial.
Teladan Akhlak Mulia
Tidak sedikit kita temui, terlebih di media sosial, perbedaan pandangan dan pemahaman agama dapat menyulut kebencian dan permusuhan. Bahkan, oleh sebagian kalangan, teror disebar luaskan atas nama agama. Radikalisme dan kekerasan yang diusung oleh ISIS merupakan nestapa yang harus menjadi pelajaran bersama. Dakwah harus disampaikan dengan hikmah dan akhlak. Sebagaimana dakwah Nabi Muhammad saw, sahabat, dan generasi setelahnya.
Dalam berdakwah, Rasulullah saw mendahulukan prinsip kasih sayang. Tidak lain karena, Nabi Muhammad diutus ke muka bumi ini sebagai rahmat bagi semesta alam. Dengan cara ini, dakwah berjalan efektif. Berhasil memberikan kesadaran dan pencerahan umat. Hakikatnya, dakwah adalah menyeru dan mengajak umat manusia untuk menjadi lebih baik. Maka dari itu, dalam penyampaiannya juga harus dengan cara yang bijak dan bermartabat. Allah ta’ala berfirman:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S. al-Nahl: 125)
Ayat di atas merupakan dasar berdakwah dengan menggunakan hikmah dan kebijakan. Antara lisan dan perbuatan harus seirama dan tidak bertolak belakang. Islam tidak mengajarkan dakwah yang kasar karena justeru akan bertolak belakang dengan esensi dakwah. Lemah lembut merupakan salah satu akhlak yang diajarkan oleh Islam. Sebagaimana termaktub dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (202-275 H) dalam kitab Sunan Abi Dawud:
Artinya: Diriwayatkan dari Sayidah ‘Aisyah ra, Rasulullah saw berkata: “Wahai ‘Aisyah, bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah lemah lembut. Sesungguhnya lemah lembut tidak berada pada sesuatu perkara kecuali menghiasinya. Dan tidaklah tercabut darinya, kecuali akan membuat sesuatu itu menjadi buruk.” (H.R. Abu Dawud)
Karakter dan kepribadian Nabi Muhammad saw tak diragukan lagi. Nabi merupakan sosok ideal yang menjadi panutan, tak terkecuali dalam mensyiarkan kebenaran Islam. Dalam banyak riwayat hadis, Nabi Muhammad saw menegaskan bahwa tujuan kerisalahan beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak. Dengan sikapnya yang ramah dan penuh kasih sayang, Nabi mampu memikat orang-orang di sekitarnya, baik kawan maupun lawan.
Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw dapat kita rasakan hingga hari ini, di mana Islam mampu menembus seluruh pelosok dunia. Dakwah Rasulullah dengan menggunakan akhlak mulia, bukan dengan pemaksaan dan kekerasan. Generasi muda muslim sebagai salah satu penentu wajah Islam di masa yang akan datang mesti memahami hal ini. Wajah Islam akan terpancar jika didakwahkan dengan akhlak mulia.
Saleh Bermedia Sosial
Derasnya arus informasi menuntut kita lebih giat menyuarakan kebenaran dan waspada atas berbagai efek negatif era global. Teknologi ibaratnya sebuah pisau tajam, bisa memberikan manfaat bagi penggunanya dan sekaligus bisa memberikan mudharat jika tidak dimanfaatkan secara baik. Tidak sedikit, sebagian kita menggunakan media untuk menebarkan kebencian, adu domba, dan memprovokasi umat. Ditambah lagi dengan maraknya berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech).
Fenomena yang beberapa dekade terakhir terjadi di sekitar kita adalah munculnya gerakan radikalisme dan terorisme atas nama agama. Media sosial dan kemajuan teknologi menjadi salah satu piranti dakwah bagi kelompok Islam radikal. Dalam berdakwah, mereka bukan mengedepankan toleransi dan kasih sayang, akan tetapi malah menggunkan cara-cara yang provokatif dan menyerang sana sini karena dianggap tidak sesuai dengan tuntunan Islam.
Nyaris umat Islam digiring untuk membenci perbedaan dan memberikan stigma terhadap kelompok-kelompok yang berlawanan. Jika fenomena ini dibiarkan, tentu akan menjadi kerugian sendiri bagi umat Islam. Bahkan keberagaman yang telah kita bina, bisa tercabik-cabik karena kebencian dan permusuhan.
Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia harus mampu menjadi contoh. Menyuarakan dan menampilkan wajah Islam yang ramah. Islam yang menjadi rahmat bagi alam semesta. Bukan wajah Islam yang penuh kemarahan.
Di sinilah relevansi sikap Rasulullah saw harus diteladani. Sikap Rasulullah saw dalam mendakwahkan Islam harus kita jadikan rujukan. Demi keharmonisan dan keutuhan umat Islam dan umat beragama lain, dakwah persuasif yang mendahulukan keluhuran budi pekerti mesti kita tonjolkan. Jangan sampai umat terkoyak-koyak dengan berbagai hasutan yang mengarah pada kebencian. Apa jadinya bangsa Indonesia ini jika umat beragama hidup dalam ketidak harmonisan.
Oleh karena itu, generasi muda muslim harus berada di garda terdepan. Momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad saw harus dijadikan titik pijak untuk meneguhkan kembali komitmen mencontoh perilaku Nabi. Dengan semangat ini, kita berharap dapat menebar dakwah Islam dengan penuh kedamaian. Keluhuran akhlak Rasulullah saw mesti tercermin dalam sikap genersi muda. Baik di media sosial, atapun dalam kehidupan nyata bermasyarakat. Dengan upaya ini, kita berharap Islam menjadi rahmat bagi semesta alam.
Oleh: Asep Kamaludin, S.IP