KUNINGAN (MASS) – Masyarakat Kampung Bubulak Blok Puhun RT 11–12 Desa Sidaraja Kecamatan Ciawigebang kembali menghidupkan budaya Mungkur sejak tahun 2021 lalu. Budaya yang sempat padam di tahun 2009 lalu itu, dihidupkan kembali atas kesepakatan masyarakat dengan dipimpin Kang Rafly Zulfikar. Dulunya, adat ini biasa dipimpin almarhum Abah Duki Bubulak.
Mungkur sendiri merupakan adat budaya yang berisikan syukuran bumi tatanan, pertanian. Dalam kegiatan Mungkur, ada yang disebut mapag beuti (nganter benih), dan ngais pare (bawa padi) dari sawah ke warga atau ke palemburan. Di dalamnya, ada juga doa tolak bala dari marabahaya dan biar para petani tidak terkena hama di sawah.
“Adat budaya Mungkur ini lebih tepatnya adalah doa tolak bala, dan syukuran tatanen masyarakat dikarenakan Kampung Bubulak Desa Sidaraja yang bermayoritaskan petani,” kata Zulfikar, Minggu (5/5/2024) kemarin.
Dengan menghidupkan budaya Mungkur ini, lanjut Zulfikar, tujuannya untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Allah SWT dengan cara budaya dan menguatkan pondasi-pondasi Sunda di era globalisasi.
“Poin di dalam Mungkur adalah rasa berterima kasih kepada leluhur telah mempersiapkan ilmu tatanan, ilmu menanam padi, ilmu menjaga kampung, ilmu menjaga sawah, dan ilmu berkebun yang diajarkan oleh para leluhur kita kepada masyarakat, berterima kasih kepada leluhur dengan cara syukuran Mungkur,” ujarnya.
“Giliran nu ngora nu nga-budaya. Giliran nu ngora mimpin nagara. Lamun teu ku urang rek kusaha? Leutik ngaraji, ngora ngaraja, kolot ngarejo (Giliran yang muda yang berbudaya, giliran yang muda mimpin Negara. Kalo tidak oleh kita, siapa lagi?),” imbuhnya di akhir. (eki)