KUNINGAN (MASS) – Nampaknya hari patah hati sedunia akan jatuh pada hari ini. Ai ai, apa pasal ? Tentu saja kerana di hari yang cerah untuk jiwa yang sepi ini telah terjadi peristiwa besar, kehilangan berjamaah dan kesedihan akbar mangkatnya sang maestro campursari, The Lord of Broken Heart Kang Mas Didi Kempot.
Seluruh timeline, status kawan, story mantan, bahkan trending tagar twit tetangga pun tak lebih hangat seperti sedia kala. Sungguh memang benar adanya, kematian itu pasti dan akan menyasar siapa saja, tak kenal masa, tak melihat rupa dan tak pernah bercanda.
Sungguh menakjubkan pria berKTP Surakarta itu semasa hidupnya. Dalam hitungan matematika, Ia berhasil meciptakan karya lebih dari 700 judul lagu yang mendunia. Dalam setiap masterpiecenya Ia mampu membuat manusia patah hati tanpa harus jatuh cinta.
Pun sebaliknya, ia bisa membuat manusia bahagia, berjingkrak ria saat dirinya gundah gulana. Itulah kharismanya yang tak mengenal batas usia. Petuahnya yang paling mengena adalah “Patah hati rasah ditangisi, tapi nek perlu justru dijogeti”.
Memiliki nama panggung yang cukup jenaka, Kempot bukan berarti pipinya berlesung pipi, Kempot itu merupakan singkatan dari kelompok penyanyi trotoar. Sebelum terkenal, beliau mengawali karir sebagai pengamen jalanan.
Bermodalkan gitar sederhana yang dibeli dari hasil menjual sepeda pemberian Ayahnya, beliau mulai berkarya di dunianya sebagai pelantun dan pencipta deretan kata bertangga nada.
Karakter senimanya memang tergaransi nyata. Hanya dengan tatanan kata cendol dawet limangatusan ra pake ketan, semuanya terkesima manut larut berdendang ria bersama. Mendengarkan tembang Cidro meski tak tahu pasti artinya semuanya bisa nangis ora eling – eling seperti sebelah hati yang berpaling.
Bagi kebanyakan, Lord Didi Kempot dan karyanya ialah tempat berpulang, petunjuk jalan, puri peraduan atau bahkan tempat pelarian. Ia adalah segalanya dari rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata – kata.
Selamat jalan Lord, engkau kembali kepadaNya dengan sebuah nama. Jika sempat Engkau berpesan sebelum pulang, mungkin ini yang akan disampaikan “Kelak, jika Aku mati jangan cari di kuburan, Carilah di Hati Orang – orang”.
Saya menulis sambil mewek nikmatin Sworo angin angin sing ngeridu ati, Ngelingake sliramu sing tak tresnani, Pingin nangis ngetoke eluh neng pipi. benar – benar merasa kehilangan meski tak pernah memiliki. Inilah sakit tak berdarah dalam sebuah sejarah. Ambyar blas !!! Kerasa kan sayang?
Ageng Sutrisno Wisanggeni Wicaksono
Pengagum Berat Banyu Langit