KUNINGAN (MASS) – Penyebaran Covid-19 bisa dibilang cukup mengkhawatirkan. Sudah cukup banyak korban yang terpapapr virus, meski banyak yang kembali sembuh. Namun tetap saja angka kematiannya masih lebih tinggi.
Tentu saja, fenomena ini tidak bisa dihindari lagi. Namun sebetulnya, di saat krisis seperti inilah, kita harus mulai mendinginkan kepala dan secara gambling bisa melihat, mana saja para pejuang, dan mana para pecundang, terutama soal informasi.
Secara pribadi, tentu saya angkat topi pada semua profesi petugas kesehatan. Dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada, mereka sudah pasti berjuang mati-matian menyelamatkan warga. Mulai dari sosialisasi pencegahan, hingga ke pengobatan.
Soal kebijakan dan alat Negara, saya tidak akan banyak bicara. Tentu bisa saja pemerintah melalui kebijakannya mengunakan ASN dan alat Negara lainya, Polisi, TNI, Damkar, BNPB, untuk terus bergerak. Semua tergantung kebijakan.
Dan sekali lagi, soa kebijakan kita tak bisa menilainya sepihak, yang pasti niat mereka menyelamatkan nyawa semua warga, serta laju ekonomi yang ada. Itu rumit. MAri berdoa semoga bisa menghasilkan kebijakan terbaik saja.
Dan inilah pejuang lainnya yang saya tak bisa lepaskan. Rekan-rekan jurnalis. Mereka terus menyampaikan informasi di tengah kekacauan dan kegentingan ini. Bukan tanpa masalah, lawan mereka bukan hanya resiko penyebaran karena tetap di lapangan, tapi juga melawan hoax-hoax yang makin lama makin menjengkelkan.
Bayangkan saja, hanya melalui satu forward, atau bagikan di media massa, kita dibuat saing curiga dan saling khawatir. Pean berantai yang dkirm dari satu gruf ke gruf lainnya, dari gadget satu ke gadget lainnya, membuat kegaduhan yang tak karu-karuan. Polusi informasi.
Brengseknya dari kekeliruan informasi adalah kita banyak salah sangka. Lebih brengsek lagi, kadang informasi yang diedarkan dibuat serapih mungkin menyerupai jurnalisme di portal berita. Sontak saja, kebingungan terjadi dimana-mana.
Apakah ada dampaknya ? tentu saja, kebingungan di masyarakat akan membuat kepanikan yang luar biasa. Bukannya waspada, masyarakat akan sembrono dalam menentukan sikap. Bisa saja, paniknya membuat dia curiga pada semua orang, atau sebaliknya, tidak lagi percaya pada semua informasi, keduanya adalah hal yang berbahaya.
Apakah Kabupaten Kuningan sering mendapat informasi palsu ? Kita sudah banyak rasakan, terutama soal corona.
Apakah mungkin ada yang sengaja membuat informasi palsu ? diuntungkan dari kepanikan ? sangat mungkin. Jadi, waspadalah dengan tetap tenang.
Meski saya bukan siapa-saiapa, saya ingin saing mengingatkan pada rekan rekan sesama awam seperti saya, alangkah lebih baiknya jika menerima pesan berantai seperti itu, tak lagi disebarkan. Berhentilah pada gadgetmu. Jangan buat kegaduhan. Meski pengirimnya adalah keluarga terdekat, berhentilah menyebar informasi menyesatkan.
Kalau memang perlu informasi yang benar, mulailah akses portal berita terpercaya. Meski mungkin saja tidak selalu akurat, setidaknya portal berita resmi memiliki filter dalam mengolah informasi. Setidaknya, proses jurnalisme adalah disiplin konfirmasi, itu penting agar kita bisa mengukur kewaspadaan kita tanpa kepanikan tidak jelas.
Dan untuk rekan jurnalis. Saya hanya bisa berdoa dari rumah, selain untuk kesehatan para pejuang berita, semoga setiap kekeliruan informasi yang berbedar, bisa segera diluruskan. Semua informasi yang masih samar, bisa jelas. Semua informasi yang tak berarah, bisa cepat tercurah.***
Penulis adalah Eki Nurhuda Almutaqin