KUNINGAN (MASS) – AKBP Mayendra Eka Wardhana, Kasubdit Kontra Naratif Direktorat Pencegahan Densus 88 Antiteror Polri, datang ke STKIP Muhammadiyyah, Jumat (23/7/2022) kemarin.
Selain Eka Wardhana, datang juga Direktur Eksekutif Jaringan Indonesia Moderat Islah Bahrawi atau yang dikenal Cak Islah, pemilir islam yang dikenal moderat bahkan “liar” dan bebas.
Keduanya, datang ke STKIP Muhammadiyyah untuk mengisi Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Bersama, dalam opening Rakerwil Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) Zona III meliputi Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Dalam dialog kebangsaan tersebut, mengusung tema “Menangkal Paham Radikalisme, Intoleransi, Terorisme dan Ekstrimisme di Dalam Kampus Wilayah Perguruan Tinggi Muhammadiyyah Zona III” itu, AKBP Mayendra Eka Wardhana menyampaikan narasi-narasi penguatan kebangsaan dan pencegahan radikalisme.
Begitupula dengan Cak Islah, dalam orasinya di hadapan mahasiswa, Cak Islah Bahrowi menceritakan sejarah panjang perkembangan islam. Menurutnya, Islam pernah maju pesat berkat perkembangannya di bidang pengetahuan.
“Dulu, para ulama saling berbalas pendapat melalui bukunya,” tuturnya sembari menyebut beberapa contoh, seperti pertentangan Al Ghazali dan Ibnu Rusd, terpotret dalam kitab Tahafut Al Falasafah dan Tahafut At Tahafut.
Cak Islah mengingatkan, beragama haruslah berakal. Islah dengan cukup keras mengkritisi tokoh yang dianggapnya, terlalu kental dengan politik. Syahwat politik praktis, lanjut Cak Islah, justru banyak memberi contoh sejarah yang tidak baik.
“Siapa yang membunuh Sayyidina Usman, Sayyidina Ali ?,” ujarnya menjelaskan, bahwa karena politik, penghafal quran pun bisa terdorong untuk membunuh sesama.
Sementara, Ketua BEM STKIP Muhammadiyyah Handika, mengaku seminar tersebut sengaja menghadirkan narasumber narasumber tadi, sebagai wujud kolerasi dari tema yang diusungnya “Merajut Kebhinekaan”.
“Bukti nyata bahwa BEM dan segenap cigitas akademika STKIP serta segenap keluarga besar BEM PTM Zona 3 menolak segala paham intoleransi, radikalisme, dan ekstrimisme yang membahayakan kedaulatan bangsa,” ujarnya.
Setelah dialog kebangsaan tersebut, dilakukan pula deklarasi bersama merajut kebhinekaan yang diikuti peserta yang terdari dari berbagai kampus Muhammadiyyah zona III. (eki)