KUNINGAN (MASS) – Dari sudut desa kecil di Kabupaten Kuningan, hadir sosok penulis muda yang mulai menarik perhatian lewat karya-karya sastra yang sarat makna. Dzulfahmi Fadhilah, pemuda asal Desa Cipedes, Kecamatan Ciniru, membuktikan bahwa keterbatasan geografis tidak menghalangi seseorang untuk berkarya dan menginspirasi.
Meski lahir dan besar di pelosok, Dzulfahmi telah menerbitkan tiga buku puisi, yakni “Lambusinasi Berkedok Puisi”, “Siuman”, dan karya terbarunya “Salatri”. Melalui tulisan tersebut, ia ingin membangkitkan kesadaran kolektif dan mendorong perubahan sosial.
“Menulis bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga untuk menyampaikan suara, harapan, dan kegelisahan,” Ucap Dzulfahmi
Selaku mahasiswa Biologi, Dzulfahmi sering menulis dengan memadukan logika ilmiah dengan kepekaan artistik. Ia mempercayai di balik fakta-fakta ilmiah, terdapat keindahan puitis yang mampu menyentuh sisi terdalam manusia.
Menurutnya, buku “Salatri” merupakan simbol kekosongan yang bermakna dalam. Kata tersebut kemudian berkembang menjadi metafora luas tentang kehidupan, asmara, bahkan politik.
“Buku itu menyimpulkan, bahwa suara-suara dari desa pun bisa bergema luas. Konsistensinya dalam menulis dan membangun literasi di daerah menjadi inspirasi nyata bagi generasi muda Kuningan,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mempercayai melalui budaya literasi yang kuat, dapat menjadikan anak-anak muda Kuningan sebagai generasi yang kreatif, kritis, dan berdaya saing.
“Jadi, jangan malas-malasan, mari berkarya, karena dari tulisan-tulisan kecil bisa lahir perubahan besar,” ajaknya.
Ia berharap, generasi muda di Kuningan dapat tumbuh menjadi pribadi yang gemar membaca dan memiliki kecintaan terhadap dunia tulis-menulis.
“Membaca bukan hanya soal memahami kata-kata, tetapi membuka jendela dunia dan memperluas wawasan. Sementara menulis adalah cara untuk menuangkan gagasan, merawat ingatan, dan memberi suara pada pikiran,” pungkasnya. (didin)
