KUNINGAN (MASS) – Setiap tanggal 1 September, bagi warga Kuningan merupakan hari bersejarah karena ditetapkan sebagai Hari Jadi Kuningan.
Diulang tahun kuningan ke 522 tentunya harapan besar terhadap tanah kelahiran Kuningan cukup besar.
Menjadi sebuah kebanggaan bisa lahir dan dibesarkan di sebuah kota kecil dengan kekayaan dan potensi alam serta masyarakatnya yang damai dan memiliki nilai kekeluargaan yang sangat tinggi.
Kelahiran adalah momen memaknai kefitrahan, kefitrahan asal kemerdekaan
Teringat dalam sebuah hadis nabi, “kullu mauludin yuladuna ‘alal fitrah”, bahwa setiap yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah disini umumnya mengartikan dengan suci, bersih.
Tapi jika menyimak firman allah swt , “fa akim wajhaka lidini hanifah, fitrotallohi lati fatoronnasa ‘alaiha”, fitrah disini yang saya pahami adalah keadaan asal yang otentik dan asli. Tidak tercemar, tidak terkikis apalagi terkooptasi dengan yang lain.
Itulah fitrah Allah swt, yang ditanamkan kepada diri manusia, fitrah ini bukan milik manusia, tapi fitrah Allah yang tertanamkan.
Tugas kita mengingat dan menemukan kembali fitrah itu, yang mungkin telah tertimbun dalam dalam karena kelalaian, kelupaan dan kealfaan kita sehari-hari, karena hanya dengan kefitrahan itu, apa yang disebut kedaulatan, keberdayaan dan kemerdekaan berasal, tanpa itu yang ada hanyalah kelupaan, kealfaan, kebisingan dalam gelap.
Keadaan inilah yang menimbulkan keterbelengguan diri dan pada akhirnya menjadi keterjajahan politik dan kemandegan kebudayaan kita.
Maka memperingati momen kelahiran sejatinya membuka hati, memaknai kembali kefitrahan diri kita yang asal dan otentik, kembali kepada keadaan asal yang fitrah, maka inilah yang saya maksud dengan fitrah diri.
Maka dalam konteks memperingati hari kelahiran Kabupaten Kuningan adalah bagaimana kita mengingat, mengenali dan memahami kembali, momen kefitrahan diri dan negeri Kuningan ini. Tanpa itu peringatan ini akan tanpa makna dan sia-sia.
Maka pertanyaan kita adalah, “pada momen waktu yang mana, alur waktu sejarah di tanah air Kuningan ini, kita dapat menemukan fitrah diri dan fitrah negeri itu..?” Maka, disinilah betapa pentingnya mengkaji sejarah kemanusiaan kita.
Saat dimana fitrah diri dan fitrah negeri Kuningan ini mewujud, dalam struktur sosial politik pemerintahan di Kuningan dalam fase waktu tertentu, itulah tradisi kita sesungguhnya, tradisi dimana tempat kita merujuk, berpijak, menggali hikmah dan menyepakatinya hari ini.
Maka tersadarlah kita bahwa membangun tradisi aman, sehat, rindang indah di Kuningan, tidak lepas dari peran pendahulu kita yang telah menjaga alam ini tanpa mengedepankan kepentingan sesaat. Itulah salah satu makna hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, dimana masa lalu yang telah gemilang harus hadir, hari ini, disini.
Dengan mengenali tanah kelahiran dan menciptakan rasa memiliki secara bersama-sama terhadap daerahnya. Kuningan akan menjadi kebanggaan bersama, hingga akhirnya menumbuhkan sikap untuk berlomba memberikan kontribusi yang terbaik untuk Kuningan.
Selamat hari jadi kuningan yang ke 522 Jayalah Kota kuningan tercinta. “Bangga Jadi Urang Kuningan”. Kuningan Bersatu melangkah Maju, baldatun toyyibatun warobbun gofur.***
Penulis: Dendy Mochamad Fauzan (Presiden Mahasiswa STIS HUSNUL KHOTIMAH Kabupaten Kuningan)