KUNINGAN (MASS) – Tidak terasa sudah dua minggu bahkan memasuki minggu ketiga kegiatan awal ajaran baru atau proses belajar mengajar di sekolah yang dimulai sejak tanggal 13 juli 2020 telah berjalan di masa pandemi covid 19 ini.
Tentunya ini wajah baru dalam dunia pendidikan negara kesatuan republik Indonesia pada umumnya ataupun secara khusus di Kabupaten Kuningan yang kita cintai ini.
Biasanya peserta didik mulai ramai dan disibukan dengan kegiatan Masa Pengenalan Linkungan Sekolah (MPLS) atau dulu dikenal dengan istilah MOS dengan keunikan dan ciri khas serta berbagai macam intriknya di setiap sekolah pada masa pandemi ini seolah terhapus bahkan sepi dari kabar pemberitaan baik itu melalui media ataupun lainnya.
Begitu pula dalam proses pembelajaran, walaupun selama tiga bulan kebelakang sudah memulai kegiatan belajar di rumah semenjak pandemi covid 19 mulai masuk ke Indonesia sebagai wabah namun sangat terasa berbeda ketika mengawali ajaran baru di sekolah dengan tidak bertatap muka secara langsung dengan peserta didik.
Itulah yang penulis secara langsung rasakan, yang mana hal ini menjadi sesuatu yang sangat diluar dari kebiasaan pada umumnya di masa masa awal ajaran dipenuhi wajah baru peserta didik yang baru masuk, dengan dilanjutkannya program belajar di rumah di awal ajaran baru ini.
Sehingga dalam mempersiapkan pembelajaran penulis beserta para pendidik yang lain berupaya semaksimal mungkin membuat strategi-startegi pembelajaran yang efektif serta efisien karena sebagai pendidik harus tetap mampu membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi sesuai amanat Undang Undang No 14 Tahun 2005Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1, melalui proses belajar mengajar di masa pandemi covid 19 ini.
Namun harus pula memperhatikan kondisi psikologis peserta didik agar tidak merasa jenuh belajar di rumah agar tetap merasa terbimbing dan terarahkan. Walaupun berbagai macam kebijakan untuk mempermudah kegiatan belajar telah dikeluarkan oleh pemerintah khususnya kementrian pendidikan dan kebudayaan dimulai dari penyederhanaan proses Pembelajaran yang tentunya tanpa menghilangkan esensi dari setiap pelajaran.
Tentunya dengan kegiatan belajar yang sekarang dilaksanakan di rumah untuk menarik dan meningkatkan motivasi peserta didik diperlukan media pembelajaran yang tepat. Menurut Gagne (1975) media pembelajaran merupakan segala sesuatu meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, selain sebagai alat untuk menyampaikan isi materi media pembelajaran juga harus dibuat secara menarik agar peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran, apalagi ditengah kejenuhan di rumah karena pandemi covid 19.
Selain media pembelajaran yang dapat menarik dan meningkatkan motivasi peserta didik pada masa pandemi covid 19 ini harus ditunjang pula dengan Learning Management System (biasa disingkat LMS) yaitu sebuah program pembelajaran elektronik (e-learning program) yang tepat dan mudah untuk di akses oleh semua peserta disik serta mudah pula di operasikan oleh pendidik.
Banyak LMS yang bisa digunakan bahkan sebetulnya sudah sering digunakan, dimulai dari yang gratis bahkan sampe yang mengharuskan untuk berlangganan, seperti yang sudah sangat lazim digunakan di negara negara lain seperti google classroom, schoology, moodle, dan masih banyak lagi LMS yang lainnya.
Tapi kembali lagi diawal dikatakan LMS yang digunakan harus berlandaskan kepada kemudahan akses dan kemudahan pengoperasian jangan sampai pada akhirnya yang kita anggap LMS ini adalah solusi malah menjadi masalah baru yang menambah keruwetan pembelajaran di masa Pandemi covid 19 ini.
Sehingga dengan pertimabangan tersebut penulis melihat tidak sedikit pada akhirnya penggunaan aplikasi media sosial umum yang sudah familiar dalam kegiatan sehari hari baik itu bagi peserta didik maupun pendidik itu sendiri menjadi solusi alternative, dalam hal ini aplikasi whatsaap contoh yang paling sering ditemuakan berubah fungsi menjadi semacam Learning Management System agar peserta didik mampu mengakses pembelajaran.
Tentunya walaupun penggunaan dan pemanfaatan media sosial diatas sebagian besar sudah dianggap yang paling tepat guna dan efektif, tentunya bukan tanpa keluhan dan kendala dimulai dari adanya beberapa sekolah dengan kondisi geografis yang kurang mendukung seperti susahnya signal sampai kepada keterbatasan tidak mempunyai kuota bahkan tidak adanya perangkat yang support untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Sehingga setelah alternative media pembelajaran guna memfasilitasi agar peserta didik tetap bisa belajar di rumah keluahan baru itu pun muncul.
Dengan munculnya keluhan keluhan tersebut, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak peserta didik pun kembali harus memikirkan langkah strategis lain agar hak peserta didik mendapatkan pembelajaran bisa tetap dipenuhi dengan baik.
Hampir semua sekolah mengalokasikan anggaran untuk memberikan subsidi dalam hal pemenuhan kebutuhan kuota internet untuk memfasilitasi keluhan keterbatasan kuota bagi para peserta didik, bahkan di beberapa wilayah ada pula sekolah yang membagikan DVD pembelajaran agar tidak membuat kuota internet peserta didik jebol.
Selain itu kini kita ada istilah baru GULING (guru keliling) yaitu para guru berkeliling melayani peserta didik yang tidak bisa mengakses kegiatan pembelajaran secara daring.
Sekali lagi inilah totalitas dari para pendidik tidak semata mata hal ini dilakukan sebagai pemenuhan kewajiban tapi semua ini dilakukan agar terlayaninya hak peserta didik untuk mendapat pembelajara secara penuh, dan tentunya para pendidik pun jangan sampai menganggap ini sebagai bentuk beban baru, tapi ini menjadi bagian dari tugas yang harus dilaksanakan.
Dengan berbagai macam lika liku permasalahan yang terjadi, kembali lagi tentu banyak hal yang mampu kita pelajari dari kejadian pandemi covid 19 ini, banyak hal baru yang tentunya kita harus melihatnya dari sudut pandang positivenya.
Seperti yang pernah penulis tulis dalam artikel Pendidikan dalam Pandemi Covid 19 (https://kuninganmass.com/anything/netizen-mass/pendidikan-dalam-pandemi-covid-19/) pandemi ini dapat kita jadikan momentum menghadapi revolusi industri 4.0, yang mana memang seharusnya kita mempersiapkan peserta didik untuk dapat bersaing dimasa tersebut sehingga disparitas yang selama ini terjadi di pendidikan negara kita bisa terselesaikan.
Walaupun terkesan perubahan ini dipaksa karena pandemi covid 19 namun inilah memang yang seharusnya kita lakukan sehingga besar harapan setelah pandemi selesai penggunaan LMS dan adaptasi teknologi dalam pembelajaran bisa menjadi pelengkap yang dan perlahan merubah model pembelajaran konvensional yang selama ini terasa sangat sulit untuk ditunggalkan.***
Penulis: Diki Septiawan, S.Pd (Pendidik SMA Negeri 1 Subang Kab. Kuningan)