KUNINGAN (MASS) – Tanggal 6 Juni merupakan hari bersejarah bagi Uniku karena merupakan hari lahirnya universitas kebanggaan warga Kuningan dan tahun ini merupakan tahun ke 17.
Bagi saya Uniku merupakan bagian perjalanan hidup yang tentu tidak akan dihapus dari sejarah. Saya bisa menjadi sekarang karena Uniku, Kok bisa?
Yah, karena saya melamar pekerjaan menggunakan ijazah Uniku. Begitu juga mendapatkan jodoh dari Uniku yang merupakan adik angkatan (curhat ha.. ha.. ha).
Bahkan, adik ipar saya juga merupakan alumni karena menikah dengan adik istri. Namun sayangnya dia (adik istri-red) bukan dari Uniku.
Tapi Mertua saya dari Uniku meskipun hanya melanjutkan. Bahkan, kini ponakan saya dari SMK Bandung memilih kuliah di sini, sehingga lengkaplah keluarga saya menjadi Uniku lovers.
Saya tertarik menulis karena tidak banyak yang mengetahui bagaimana Uniku dulu. Saya masuk tahun 1999 kala itu namanya STIE yang kampusnya di Jalan Pramuka atau Lembur Sukun.
Dulu yang kuliah hanya puluhan beda dengan dengan sekarang yang jumlah sudah 6.000-an. Saya termasuk generasi perintis.
Perkuliahan kala itu dari jam 13.00 hingga jam 18.00 WIB. Sabtu dan Minggu jadwal full dari pagi hingga sore karena ada dosen Bandung.
Saat itu kalau tidak salah ada 40 orang yang terbagi dua jurusan Manajemen dan Akuntansi. STKIP sendiri yang kampusnya bersebelahan jumlah mahasiswa cukup banyak karena ada beberapa jurusan.
Sedangkan Sekolah Tinggi Komputer dan Sekolah Tinggi Kehutanan menyusul kemudian. Mahasiswa pun jumlahnya hanya belasan sehingga tidak akan yang menyangka seperti sekarng ini Uniku.
Yang membuat saya senang kala itu adalah teman-teman kuliah kebanyakan sebaya. Padahal, sebelumnya banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang hanya sekadar melanjutkan.
Singkat cerita tahun 2003 berdirilah Uniku setelah penggabungan empat sekolah tinggi yakni STKIP, STIE, Stikom dan Sekolah Tinggi Kehutanan.
Saya sendiri merupakan lulusan pertama Uniku. Jujur masa-masa kuliah di Uniku banyak kenangan dan perjuangan.
Bagaimana tidak saya kuliah Uniku selain dibantu oleh kakak ipar yang kala itu bertugas di Kuningan, juga saya berjuang sendiri karena tahun 2001 awal kakak pindah dan saya harus mandiri.
Saya bisa membayar kuliah dengan berjualan koran dan menjadi penulis lepas dibeberapa media terutama untuk berita wisata dan UMKM.
Saya bangga bisa lulus karena ada keringat saya yang mengalir dan tentu selain itu ada doa dari keluarga dan sahabat.
Masa ingat kebaikan Pak Warsija (almarhum) dan Pa Adang Sutrisno (sudah pensiun). Mereka bagian TU, selalu memahami kondisi saya ketika tidak punya uang.
Baca berita sebelumnya:https://kuninganmass.com/government/education/mengabdi-23-tahun-terima-kasih-pak-adang/
Ketika menjelang ujian atau uang semester tentu harus bayar. Sedangkan uang belum ada karena uang tagihan koran belum cair dan juga uang dari tulisan tidak cukup karena untuk makan dan kosan (saya asli dari Garut he..he. he).
Mereka hanya memberikan secarik kertas perjanjian dan itu sangat membantu. Sekali lagi nuhun pak, alfatihah untuk almarhum Pak Warsija.
Pasca saya lulus tidak sulit mencari kerja sudah punya pengalaman menulis. Sedangkan teman saya banyak mendapatkan perlakuan kurang enak.
Salah satunya ketika mereka melamar pekerjaan di kota-kota besar. Pertanyaan sinis selalu muncul, Uniku itu sih dimana? Ada di peta gak yah?
Tapi teman-teman angkatan pertama saya terus berjuangan membuktikan Uniku itu punya kualitas dan akhirnya dengan kerja keras banyak diantara teman yang kini sudah duduk manis dengan jabatan tinggi di perusaaan besar ibu kota.
“Saya membuktikan Uniku itu punya kualitas meski di daerah. Untuk adik-adik justru sekarang lebih enak karena Uniku sudah dikenal dimana-mana.” pesan teman saya ketika diminta komentar terkait Uniku.
Baca berita sebelumnya:https://kuninganmass.com/government/education/uniku-luar-biasa/
Saya yang mengetahui perkembangan Uniku ikut bangga dengan kondisi sekarang. Apalagi di Jawa Barat sudah masuk jajaran elit yakni peringat 17 PT yang paling dikenal di tatar pasundan
Baca beritnya: https://kuninganmass.com/government/education/hebat-baru-berdiri-17-tahun-uniku-sudah-masuk-jajaran-elit-di-jabar/
Dulu masa kuliah saya nama Uniku banyak dipelesetkan dengan istilah Universitas Keluarga. Memang kondisi ini fakta karena yang bekerja ada bapaknya, anak, suami istri hingga kerabat.
Namun, kini saya yakin Uniku sudah diurus oleh kaum profesional sehingga bisa seperti sekarang ini. Selamat Ulang tahun Uniku, Uniku Jaya!****
Penulis : Agus Sagi
Alumini Tahun 2003