KUNINGAN (MASS) – Musibah pandemi covid 19 telah menjadi musibah global yang melanda di berbagai dunia, termasuk melanda negeri kita Indonesia. Sudah lebih dari 1 bulan kita mengikuti berbagai macam kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah, guna memutus mata rantai penyebaran yang sangat dahsyat dari virus tersebut.
Tidak ketinggalan kita sebagai warga Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islami tentunya sudah barang tentu mengikuti segala aturan tersebut, salah satu kebijakan yang kita rasakan sejak tanggal 17 maet 2020 yang lalu yaitu dengan dikembalikannya santri kepada orang tuanya masing-masing. Tentunya bukan hal yang mudah kita mengikuti aturan tersebut, terlebih kejadian ini di penghujung agenda pembelajaran 2019/2020.
“Di balik musibah tentunya ada hikmah”. Itulah kata-kata mutiara yang biasanya sering terdengar di telinga kita atau yang familiar di masyarakat dengan sebutan istilah mantra, apalah istilah-istilah lain yang sering kita dengar yang jelas الحكمة ضلالة للمسلمين hikmah merupakan petunjuk untuk orang-orang muslim, itulah pepatah orang arab dan menjadi kekuatan untuk kita sebagai orang-orang muslim.
Lantas hikmah apa yang dapat kita ambil pelajaran dari musibah ini? Ya tentunya kita lebih memaksimalkan untuk bisa kembali kepada keluarga dan bercengkrama dengan orang tua dan saudara-saudara kita.
Terkadang kita menemukan beberapa kasus santri yang sering merindukan keluarganya (ayah ibunya) bahkan bisa sampai terjadi tidak betah di pondok pesantren, atau bahkan terkadang juga menemukan yang hampir tiap pekan izin dengan alasan yang sama ingin berkumpul dengan keluarga.
Maka kesempatan inilah atau momen inilah yang tentunya harus kita maksimalkan untuk berjumpa serta berkumpul dengan keluarga yang berkualitas, penuh dengan kesopanan, membantu meringankan bebannya serta masih banyak lagi hal-hal yang bisa dikerjakan ketika di rumah saat ini.
Ketahuilah menjadi orang tua bukan mau tidak mau, atau bukan hal kebetulan ataupun pilihan. Kenapa? Karena Allah Swt sudah sangat jelas menggambarkan siklus kehidupan manusia dalam firmannya Al-quran surat ghofir surat ke 40 ayat 67 posisi sebelah kanan atas :
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
67. Dia-lah yang telah menciptakan kalian dari tanah, 48 kemudian dari setetes mani, lalu dari sel benih; kemudian Dia mengeluarkan kalian sebagai anak-anak; lalu [Dia menetapkan] bahwa kalian mencapai kedewasaan, dan selanjutnya kalian menjadi tuameskipun sebagian di antara kalian [Dia sebabkan] meninggal lebih dahulu: dan [semua ini Dia tetapkan] agar kalian dapat mencapai suatu batas-waktu yang telah ditetapkan [oleh-Nya], 49 dan agar kalian dapat [belajar] menggunakan akal kalian.
Mengutip dari taisiir al kariim ar-rohman dalam tafsir kalam al mannan karya Abdur Rohman nashir As sa’dy, beliau menyampaikan : proses penciptaan manusia dari mulai nabi Adam Alaihi salam yang terbuat dari tanah yang kemudian selanjutnya Allah Swt titipkan melalui rahim ibu kita dari proses air mani yang hina kemudian jadi zighot dan seterusnya sehingga menjadi manusia seperti saat ini yang lengkap dengan kesempurnaan akalnya tiada laindan tiada bukan untuk kembali mengenal Allah Swt melalui menyempurnakan penghambaan diri kepadaNya.
Berbuat baik kepada orang tua, merupakan kewajiban kita seorang anak terlebih kita dilahirkan dalam rahim seorang ibu muslimah. Bahkan Allah Swt menegaskan dalam firmanNya berbuat baik kepada orang tua di dudukan dalam posisi kedua setelah disuruh beribadah kepadaNya. Hal tersebut disampaikan dalam firmanNya surat al-baqoroh surat ke 2 ayat 83 posisi sebelah kiri paling bawah.
Oleh karena itu, penulis menyarankan dan menyampaikan kepada semuanya untuk bisa memaksimalkan birrul walidain atau berbuat baik kepada orang tua dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggungjawab serta adab selagi masih ada. Ada rasa penyelasan ketika mereka sudah tiada di dunia ini baik salah satunya, terlebih jika keduanya dan itu pula yang di rasakan penulis saat ini. Betapa tidak anak bungsu dari enam bersaudara yang dulu manja bahkan semua hal yang dia inginkan harus segera di penuhi, mau makan suruh di ambilin, mau pake baju harus rapih dan banyak lagi yang lainnya. Akan tetatp berubah total semenjak di tinggalkan ibu tercinta pada waktu usia 9 tahun.
Penyesalan demi penyesalan dapat di rasakan saat ini yaitu kenapa dulu manja? Kenapa dulu sering merepotkan? Kenapa sering membentak-bentak? Dan akhinya belum bisa berbuat baik semaksimal mungkin.
Adapun kaitannya dengan sukses adalah bagaimana tidak doa restu dari orang tua merupakan salah satu doa yang mustajab, ridhonya senantiasa di harapkan, senyumannya senantiasa di rindukan.
Bahkan dalam sebuah hadist di sebutkan surga pun ada pada telapak kakinya. Saking mulianya seorang ibu di hadapan Allah Swt, meskipun ada yang menyatakan hadist itu palsu akan tetapi buat kita bisa jadi motivasi terbaik sebuah kemulian dan tempat yang di rindukan semua ummat yaitu surga ada pada di bawah telapak kakinya masya Alloh.
Berikut penulis sampaikan beberapa tips bagaimana cara sukses dengan membahagiakan orang tua :
1. Selalu tersenyum dihadapannya dan ucapkan terimakasih
Hal sederhana tapi memiliki dampak yang sangat luar biasa. Senyum adalah bagian ekspresi wajah yang dengannya seseorang akan merasa bahagia dan di hargai dan tentunya adalah karunia Allah Swt melalui mulut. Senyum jadi ibadah dan sedekah manakala di tempatkan pada tempatnya dan itu yang di perintahkan serta di contohkan oleh idola kita nabi Muhammad Saw تبسمك في وجه أخيك صدقة, juga menjadi bagian akhlak terpuji. Kenapa? Karena sebagian orang jarang sekali mengamalkan perintah nabi ini. Lakukanlah kepada orang tua kita selalu memberikan senyuman terindah untuknya pasti akan di balas dengan senyuman dan untaian doa-doa terbaiknya.
Hal sederhana kedua yaitu mengucapkan terima kasih. Ini juga merupakan karakter seorang muslim dan santri untuk bisa mengamalkan dan menyampaikan serta membiasakan mengucapkan terima kasih, karena hal ini wujud tanda kesyukuran kita kepada Allah Swt dan di katakan oleh idola kita nabi Muhammad Saw tidak dikatakan bersyukur kepada Allah Swt orang yang tidak bersyukur kepada manusia.
لايشكر الله من لا يشكر الناس
2. Meminta maaf
Selanjutnya hal sepele untuk bisa sukses dengan membahagiakan orang tua ialah dengan senantiasa mengucapkan permintaan maaf kepadanya meskipun kita tidak berbuat salah apalagi kalau telah berbuat kesalahan. Ilustrasi dalam sebuah contoh realita, misalnya : umi,,, maafkan kakak tadi pagi tidak sempat mengepel lantai karena kakak ada jam daring dengan guru-guru kakak. Betapa bahagianya orang tua yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang terbiasa dengan poin kedua ini.
3. Jadikan orang tuamu menangis karena kesuksesan dan budi pekertimu dan jangan jadikan orang tuamu menangis karena kegagalanmu dan budi pekertimu yang kurang baik.
Agak sedikit panjang memang poin yang ketiga ini, inilah salah satu motto dan pesan penulis yang sering di sampaikan kepada anak didiknya kapan pun dan dimanapun. Betapa tidak orang tua mana yang tidak menangis ketika melihat anaknya sukses, orang tua mana yang tidak mengalir air matanya ketika melihat anaknya setoran terakhir menyelesaikan setoran hafalannya, orang tua mana yang tidak berkaca-kaca air matanya tatkala melihat anaknya menjadi pemimpin yang disenangi masyarakatnya. Tapi ketahuilah bukan pangkat dan jabatan yang di harapkan orang tua, mereka hanya ingin anaknya tau balas budi dan mendoakannya ketika tiada.
Sebaliknya orang tua mana yang tidak nangis ketika anaknya di keluarkan dari pondok, orang tua mana yang tidak menangis ketika anaknya gagal. Maka dari dua contoh gambaran kasus tersebut pilihlah poin pertama jadikan orang tua menangis karena kesuksesanmu dan budi pekertimu yang baik.
Demikian mudah-mudahan ada manfaatnya khususnya buat penulis dan juga buat para pembacanya yang membaca tulisan ini.
Daftar pustaka
Al qurannul karim. 2015. Bandung: syamil quran.
Nashirudin as sa’dy, Abdul Rohman. 2005. Tafsir kalam Al-Mannan. Saudi Arabia:Dar Assunah.
Yunus Muhammad, Prof DR. 1972. Kamus arab-indonesia. Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzuriyah.
Penulis : Devi Imron Rosyadi, S.Pd.I
Amanah : – Kepala Bagian Pembinaan Santri Putra
Kepala Bagian Pembinaan Mahasiswa STIQ
Guru di SMAIT Al-Multazam