CILEBAK (MASS) – Masakan Sunda memang dikenal dengan sambal dan lalapannya. Pasalnya, di beberapa tempat mengkonsumsi tanaman segar tanpa dimasak terlebih dahulu adalah hal yang tidak lumrah.
Berbeda dengan kebiasaan di tanah sunda. Jenis lalaban sendiri sangat banyak dan beragam. Muai dari daun-daun, hingga buah sayur yang biasanya dipadukan dengan sambal.
Daun-daun seperti daun singkong, daun papaya, serta buah seperti timun dan terong adalah hal yang paling lumrah. Tapi, ada jenis lalapan yang tidak tumbuh di sembarang tempat. Bahkan, orang yang terbiasa mengkonsumi lapan juga tidak semua tahu.
Namanya adalah Reundeu, jenis lalapan berupa daun ini banyak terdapat di daerah dengan suhu rendah dan pegunungan, salah satunya seperti Desa Legokherang Kecamatan Cilebak.
Di Legokherang sendiri, selain memiliki jenis lalapan Reundeu, ada juga lalapan yang tak kalah jarannya, namanya adalah poh-pohan. Jenis lalapan yang satu ini juga termasuk dedaunan.
Keduanya sama-sama hidup di jenis tanah dan suhu yang sama. Bahkan, di Kuningan selatan, kedua jenis lalapan ini sangat identik dengan Legok.
Salah satu warga setempat, Sarlan menyebut kedua jenis lalapan tersebut banyak tumbuh di daerahnya. Bahkan di pekarangan rumahnya pun, banyak tumbuh kedua daun tersebut.
“Tapi ya emang harus dibersihin dari rumput yang lain, jadi tumbuhnya bagus,” ujarnya pada kuninganmass.com Senin (17/3/2020) siang.
Menurutnya, penikmat lalapan kedua daun tersebut memang tidak sebanyak lalapan lainnya. Namun, karena dua jenis daun tersebut tidak hidup di sembarang tempat, dari Legok banyak yang menjualnya ke luar daerah. Apalagi, selain menjadi lalapan, kadang daun tersebut juga dijadikan bahan pembuatan bala-bala.
“Poh-pohan enakna sareng sambel kemiri, reundeu mah sareng sambel tarasi,” ujarnya dalam Bahasa Sunda. (eki)