KUNINGAN (MASS) – Seorang yang terkenal dengan buku Confession on Economical Hitman, ialah John Perkins. Ia menulis pada sekitar tahun 1982, dengan awal judulnya yaitu “suara hati seorang Economic Hit Man”. Korelasi teori dependensi dapat kita lacak dalam buku tersebut, karena sebagai contoh, apa yang telah dia lakukan terhadap Panama dan Ekuador.
Lalu apa yang disebut dengan dependensi itu? Pencarian term paling mudah itu bisa kita lakukan di KBBI, bahwasanya dependensi adalah keadaan bergantung pada orang yang lain kemudian keadaan tidak merdeka, dibawah kuasa atau pengaruh orang lain.
Untuk mengetahui seperti apa dependensi itu, penulis mencoba mendalaminya melalui buku tersebut. Buku tersebut bisa dikatakan hampir mirip dengan kisah biografi seseorang semasa hidupnya. Buku yang memiliki ketebalan kurang dari tiga ratus lembar tersebut menyebutkan paling banyak tentang istilah Corporatocracy.
Gambaran tentang korporatokrasi tersebut adalah, system korporasi atau ekonomi yang hanya dikendalikan oleh beberapa orang. Ini melibatkan antara payung kekuasaan global Negara adidaya dan poros dunia ketiga yang sedang berkembang.
Maka sudah jelas di pendahuluan, yang menjadi tujuannya adalah untuk menjadi penguasa dan membuat Negara lain tunduk atas korporatokrasi itu. Dengan jelas tujuannya pun dapat kita ketahui bahwa upaya tersebut adalah untuk menghindari krisis energi pada tahun 1929.
Orang-orang yang terlibat dalam EHM tersebut merupakan orang yang telah melalui pelatihan untuk dapat menjelajah ke berbagai belahan dunia, keuntungannya adalah untuk memperbesar imperium Amerika. Mereka berusaha, setidaknya negara-negara yang dibidik itu rela mengambil hutang yang cukup besar. Sehingga dikemudian waktu, hal tersebut bisa digunakan untuk menjadi statemen politis dalam rangka mengintervensi atau keberpihakan.
Kondisi atas keterlibatan negara poros dunia ketiga yang memiliki posisi sebagai negara berkembang (seperti Indonesia, Panama dan Ekuador, yang harus diselamatkan dari bahaya komunis). Hutang tersebut dialokasikan kepada pembangunan infrastruktur semacam pembangunan listrik dan lain-lain. Kemudian di sinilah tugas John Perkins untuk memproyeksikan keuntungan yang akan didapatkan dalam jangka waktu 20 atau 25 tahun kemudian.
Skenarionya adalah, uang pinjaman tersebut mau tidak mau diberi syarat yakni perusahaan atau kontraktor dari Amerikalah yang mengerjakan proyek tersebut. Contohnya seperti di Negara Ekuador. Mereka gagal membayar hutang tersebut karena Ekuador harus membayar 70% di atas Budget mereka. Sehingga pada akhirnya di sini mereka bebas untuk mengeksploitasi minyak yang Ekuador miliki.
Dapat kita ketahui, dependensi merupakan wujud hutang seorang yang otomatis tergadaikan hidupnya, secara tidak langsung kita tunduk terhadapnya. Dan menerjemahkan hutang bukan hanya pada hutang yang bentuknya nominal. Tapi dalam bentuk hutang budi, jasa atau apapun itu yang melekat di otak kita.
Oleh karena itu nilai tersebut yang dapat kita ambil mungkin bisa sedikit membuka cakrawala berpikir kita terhadap dependensi. Tapi dependensi tidak selamanya buruk. Namun terkadang mengandung sisi positif. Seperti ketergantungan pada yang suatu yang benar, dan benar ini memang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.***
Inggil Abdul Kafi
Penulis adalah seorang Mahasiswa semester lima IAIN Syekh Nurjati Cirebon, jurusan Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. Selain itu penulis juga banyak belajar dalam malam rabu bersama buku aksi dua jam membaca tanpa gadget atau gawai bisa dicek dalam Instagram: @mrbb_cirebon.