CILIMUS (MASS) – Pelayanan liar di wilayah Kecamatan Cilimus nampaknya bisa dicegah. Pasalnya, sudah cukup lama di kecamatan tersebut menerapkan Silandak yaitu Sistem Terintegrasi Pelayanan Desa dan Kecamatan berbasis online.
“Berbagai pelayanan yang tentu sudah jadi kewajiban kami baik pemerintah desa maupun pemerintah kecamatan di Cilimus, sudah terintegrasi. Tujuannya tiada lain untuk menghindari pelayanan liar,” ujar Camat Cilimus, Dra Hj Eny Sukarsih MSi, Kamis (3/10/2019).
Ia menjelaskan, ketika ada satu warga meminta pelayanan di sebuah desa maka akan langsung diketahui kecamatan. Sebaliknya ketika satu warga meminta pelayanan dari kecamatan tapi belum masuk sistem maka warga tersebut dipinta untuk kembali ke desa.
“Jadi tidak ada pelayanan liar. Kalau ternyata belum masuk sistem, kami akan meminta orang tersebut untuk kembali lagi ke desa,” jelasnya.
Di Kecamatan Cilimus terdapat 13 desa. Masing-masing desa terdapat operator yang mengoperasikan sistem. Antar desa dan kecamatan saling terhubung sehingga mampu mencegah oknum pemberi layanan liar.
“Contoh kalau ada yang meminta layanan kaitan perizinan misalnya, kita tinggal klik aja di komputer, semua akan ketahuan apakah sudah teregistrasi di desa atau belum,” terangnya.
Selama tiga tahun menjabat camat di Cilimus, cukup banyak kegiatan menonjol di wilayah Kecamatan Cilimus yang dilakukan Eny. Selain menerapkan Silandak yang kemungkinan hanya di Cilimus, ia pun melakukan penataan kantor mulai aula sampai ruang rapat terbatas.
“Aulanya kami tata supaya pertemuan dengan para kades terasa nyaman. Ruang rapat terbatas pun sama,” sebut pejabat perempuan yang hendak memasuki masa pensiun satu tahun lagi itu.
Bukan hanya itu, pihaknya baru saja menyelesaikan pembangunan mushola di lingkungan tempat kerjanya. Mushola yang diberi nama Al Hidayah itu didesain secara simpel namun cukup unik.
“Alhamdulillah setelah 3 bulan dibangun, sekarang sudah selesai dan bisa membuat nyaman pegawai kecamatan dalam beribadah,” tuturnya.
Eny menyebutkan, pembangunan mushola tersebut menelan biaya sekitar Rp150 juta tapi bukan dari anggaran pemerintah kecamatan. Ia bersyukur banyak donatur yang ikhlas mendermakan hartanya. (deden)