KUNINGAN (MASS) – Sebagai bupati yang melanjutkan kepemimpinan dari periode sebelumnya, duet H Acep Purnama-M Ridho Suganda seharusnya tidak perlu memberi target 100 hari. Yang ditunggu masyarakat justru bagaimana melanjutkan berbagai program yang belum terlaksana.
“Dalam melanjutkan duet kepemimpinan dengan Wabup M Ridho periode 2018-2023 yang ditunggu masyarakat bukan target dalam 100 hari (kerja?), tapi melanjutkan berbagai program yang belum terlaksana pada periode sebelumnya serta meningkatkan hasil yang sudah dicapai,” kata Ketua F-Tekkad, Soejarwo, Minggu (31/3/2019).
Guna memenuhi harapan masyarakat, tentunya juga dibutuhkan keberadaan birokrat yang ‘tangguh’ dan tak terkesan ‘compang camping’. Munculnya kesan jajaran birokrat yang ‘kurang tangguh’ secara kasat mata dapat terlihat dengan adanya pembiaran kekosongan jabatan pada ratusan posisi dari seluruh tingkatan eselon (2,3 dan 4).
“Kekosongn jabatan yang hanya dipercayakan pada sosok PLT dengan tenggat waktu yang terlalu lama, tentunya akan berdampak kurang optimalnya hasil kerja dari SKPD tersebut. Terlebih muncul kesan, seorang pimpinan dengan status PLT kurang memiliki tanggung jawab moril,” paparnya.
Membiarkan kekosongan jabatan tersebut, juga tidak mustahil akan memunculkan penilaian bahwa duet Acep-Edo penuh keraguan dalam melahirkan sebuah kebijakan termasuk kebijakan penataan birokrasi melalur rotasi, mutasi dan promosi. Padahal seluruh tahapan untuk segera melakukan kebijakan penataan birokrat sudah dijalani.
baca juga: https://kuninganmass.com/anything/editorial/100-hari-kerja-apa-yang-menonjol-dari-duet-acep-ridho/
“Terakhir dengan digelarnya uji kompetensi untuk seluruh eselon 2 B. Artinya tak ada alasan lagi untuk menundanya, kecuali memang adanya ‘tarik ulur’ yang sangat alot dari duet Acep-Edo terkait penataan dan pengisian kekosongan jabatan,” tukasnya. (deden)