KUNINGAN (MASS) – Keterampilan berpikir tingkat tinggi dipelajari oleh para guru Ponpes Husnul Khotimah. Mereka mempelajarinya dalam workshop “perangkat pembelajaran terpadu berbasis HOTS dan Literasi” di Aula Raja Seafood Kuningan, kemarin (18-19/7).
Workshop berbasis HOTS (Higher Order Thingking Skill) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi ini diikuti oleh ratusan guru dari MTs dan MA Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat dengan pemateri praktisi pendidikan dan ketua JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu) Dr. Sukro Muhab, M.Si. dan Abdul Hakim, S.Kom, MM.
Menurut Kepala Madrasah Aliyah Husnul Khotimah, Ustadz Mulyadin, Lc tujuan pelatihan adalah agar para guru dapat menerapkan kurikulum 2013 revisi 2017 dengan metode HOTS dan Literasi.
Dalam paparannya, pemateri menyampaikan metode HOTS ini sedang tren di Indonesia. “Pembelajaran hots ini sekarang lagi tren di Indonesia karena kita melihat ada beberapa masalah, anak-anak kita ini lemah dalam mengerjakan soal-soal terutama yang berkaitan dengan fenomena, data, fakta, itu kurang bisa menghubungkan soal-soal itu,” jelasnya.
Selain itu, imbuh dia, hots bukan hanya metode untuk mengerjakan soal tapi juga bagiamana metode dalam memecahkan problem-problem dalam kehidupan ini.
Dampak dari metode HOTS ini, menurut Sukro sangat besar untuk siswa dan guru. Dampak untuk siswa, mereka tidak hanya sekadar menerima dari guru tapi juga akan kreatif dalam belajar.
“Disamping itu mereka juga diberikan ruang untuk mengkreasikan ide-ide dan gagasan itu jadi lebih luas, sehingga dapat mengantarkan siswa-siswa berpikir kritis, berpirkir analis, kreatif. Selain itu pula mereka memiliki wawasan-wawasan yang lebih sesuai dengan yang diharapkan kurikulum 2013 ini,” ungkapnya.
Sedangkan dampak untuk guru, lanjut Sukro, mereka akan menjadi lebih kreatif dalam menyiapkan pembelajaran. “Setelah pelatihan ini guru akan menjadi lebih kreatif, memiliki ruh dan semangat dalam menyusun perangkat pembelajaran sehingga RPP tidak hanya sekedar copy paste sebagai syarat administrasi,” terangnya.
Selama dua hari, peserta dibekali berbagai materi seperti analisa Kompetensi Dasar (KD) hingga menyusun RPP berbasis HOTS dan Literasi.
“Hari pertama kami ingin guru-guru paham, tentang metodologi pembelajarannya kami juga menyampaikan tentang model-model pembelajaran berbasis informasi, berbasis problem, koloborasi, komunikasi juga thingking skill. Hari kedua kita jelaskan tentang menyusun rencana pembelajaran tapi diawali dengan analisa kompetensi dasar dan merancang skenario pembelajaran,” imbuhnya.
Pemateri diakhir workshop mengingatkan tentang profesi guru. Ditandaskan, profesi sebagai guru adalah pilihan, pilihan jiwa, bukan sekadar mencari maisyah atau penghasilan.
“Pilihan jiwa kita, bukan sekadar mencari maisyah. Bisa jadi karena profesi ini keberkahan mengalir dalam kehidupan kita,” ungkapnya. (deden)