Penguasa politik
Penguasa pikiran rakyat
Arah angin, arah jiwa, segala arah, penguasa tau celah
Katanya program untuk rakyat,
Katanya pemilu itu untuk rakyat,
Tapi coba kita sejenak bertanya kepada rakyat
Jangan tanyakan kepada rakyat yang dekat dengan penguasa rakyat.
Coba Tanya kepada rakyat yang sedang melarat,
Menjerit, terhimpit, beban hidup yang terus berbelit.
Apa artinya bagi mu wahai penguasa?
Duduk di ruangan, terus menimbang keuntungan, kepada rakyat terus perhitungan.
Rakyat ingin dekat, rakyat tidak ingin tersesat, tapi ingin berjabat tangan saja rasanya sangat berat.
Kami memilih, bukan untuk merintih, mengharap janji yang tak kunjung datang,
Kami tidak harus tertatih untuk menjemput janjimu.
Itu tugas mu…
Kami menuntut, kami menagih, kami meminta.
Lucunya kami rakyat jelata, mengemis kepada penguasa yang kami pilih dulu.
Kami tidak mengerti filosofi politik
Kami tidak mengerti ontologi penguasa
Kami tidak mengerti esensi kekuasaan
Tolong, ajarkan kami semua itu.
Jangan ajarkan kami berbohong, jangan ajarkan kami mengelak, jangan ajarkan kami bersikut.
Kami tau kalian punya kepentingan, tapi lihatlah ladang kami kekeringan.
Kami tau kalian punya siasat, tapi lihatlah ekonomi kami melarat.
Kami tau kalian punya wewenang, tapi apakah rakyatmu terlihat senang?
Didalam pemilu ini,
Didalam kesempatan ini,
Kami siap berdiri, mendengarkan semua janji, walaupun sebagian hanya utopi
Kami siap berkhayal, untuk kekuasaan politik yang tidak kekal, dan tidak masuk akal.
Rasanya lucu ketika kami tidak memiliki pemimpin,
Memilih atau tidak memilih apakah itu hak kami ?
Tapi entah kenapa seolah-oleh kami terpaksa
Bukan karena ketidak pedulian,
Tapi kami tidak ingin, luka dihati terus berulang.
Selamat tinggal penguasa lama
Selamat datang penguasa baru,
Jangan ukir kesakitan dihati dan benak kami
Tunjukkan….
Buktikan……
Pikirkan……
Kerjakan…….
Oleh: Muhammad Firdaus (Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas)