KUNINGAN (MASS) – Hiruk pikuk menjelang pesta demokrasi mulai terasa. Dari mulai banner, spanduk, sampai baliho-baliho raksasa calon kontestan pilkada sudah bertebaran di sepanjang jalan dan sudut-sudut strategis dari pusat kota sampai pelosok pedesaan.
Sederet rencana program kerja gencar disosialisasikan oleh para tim sukses masing-masing calon kontestan. Banyak janji-janji manis yang senantiasa “dipasarkan” ke masyarakat.
Mulai dari sekolah gratis, perbaikan pelayanan kesehatan, pembangunan infrastruktur pedesaan dan lain sebagainya. Tentu ini menjadi sesuatu yang sangat menarik dan membahagiakan JIKA semua itu terlakasana.
“Semoga semua itu bukanlah janji semata yang manis di bibir tapi pahit di kenyataan “.
Hal lain yang menandakan semakin dekatnya pelaksanaan pesta demokrasi adalah banyaknya kegiatan yang melibatkan para calon kontestan terutama bagi para calon incumbent. Mulai dari acara peresmian, pembagian sembako dan pasar murah, pengobatan gratis, dll.
Entah ini memang sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat sebelumnya atau jadwal yang sengaja disesuaikan. Yang perlu menjadi catatan kita semua adalah, jangan sampai ada kegiatan yang bernuansa “promosi” kontestan tapi menggunakan anggaran pemerintah.
Berikutnya yang menandakan pilkada semakin dekat adalah bermunculannya orang-orang “sholeh dan sholehah”. Tidak dipungkiri kalau masyarakat Indonesia 70% lebih adalah ummat Islam.
Sehingga menjadi hal yang wajib bagi para kontestan dan pendukungnga untuk menunjukan kedekatan dengan ummat Islam dalam rangka meraih simpati dengan harapan ummat Islam memberikan pilihan pada jagoan-jagoannya.
Menjadi orang yang lebih soleh/sholehah tentu sesuatu yang sangat baik. Yang tidak baik adalah yang sok menjadi sholeh/sholehah yang tujuannya hanya untuk mengelabui pemilih dari kalangan ummat Islam. Semoga masyarakat kita bisa menentukan pilihan secara cerdas sesuai hati dan nuraninya.***
***Penulis: Slamet, warga Kuningan timur