KUNINGAN (MASS) – Strategi pemanfaatan teknologi digital dalam mengatasi kebosanan dan meningkatkan minat belajar siswa Generasi Alpha (lahir setelah tahun 2010) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Generasi Alpha merupakan digital native yang tumbuh dengan paparan teknologi intensif dan memiliki gaya belajar yang cenderung interaktif, visual, dan auditori. Pembelajaran IPS tradisional yang bersifat verbalistik dan kurang kontekstual seringkali menimbulkan kebosanan. Pemanfaatan media digital dalam pendidikan mendorong minat belajar siswa dan inovasi Guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS.
Media digital seperti video animasi, educational games, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan e-modul interaktif terbukti efektif dalam memfasilitasi kebutuhan belajar Gen Alpha. Menekankan pentingnya peran guru sebagai fasilitator dan desainer pembelajaran yang mampu mengintegrasikan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar IPS yang bermakna, kontekstual, dan menyenangkan. Dengan begitu adaptasi pedagogi melalui pemanfaatan teknologi digital adalah kunci untuk merevitalisasi pembelajaran IPS agar relevan dan menarik bagi siswa Generasi Alpha di era Society 5.0.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berperan penting dalam membentuk individu yang terdidik secara sosial, memiliki kemampuan berpikir kritis, dan sadar akan isu-isu global. Namun, pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah, IPS sering dipandang sebagai pelajaran yang monoton, teoritis, dan membosankan, yang menyebabkan turunnya minat siswa untuk belajar.
Tantangan ini kian rumit dengan munculnya Generasi Alpha, kelompok pelajar yang sejak lahir telah terbenam dalam ekosistem digital. Generasi Alpha memiliki ciri khas yang berbeda, mereka sangat interaktif, visual, dan cepat tanggap terhadap informasi yang disampaikan dengan cara yang dinamis. Mereka akrab dengan kecepatan informasi, multitasking, dan pengalaman yang disesuaikan. Metode pembelajaran konvensional IPS yang lebih mengutamakan ceramah, mengingat fakta, dan memanfaatkan buku teks tetap tidak mampu terhubung dengan kebutuhan serta cara mereka memproses informasi.
Penyajian materi yang tidak efisien dapat memberikan beban pada kapasitas kognitif siswa dan menimbulkan kebosanan,yang dengan langsung menghalangi proses pembelajaran. Karena itu, perlu dilakukan transformasi pendidikan melalui penerapan teknologi digital. Penggunaan teknologi bukan hanya sebagai alat, tetapi juga sebagai media yang mengintegrasikan materi IPS yang abstrak dan menciptakan suasana belajar yang menarik serta relevan dan meningkatkan minat belajar anak-anak Gen Alpha dalam studi IPS.
Generasi Alpha merupakan iGeneration yang memiliki Gaya Pembelajaran Digital. Mereka memerlukan rangsangan visual dan interaktif yang tinggi. Kebosanan dalam pembelajaran IPS sering kali berasal dari sifat materinya yang luas, konseptual, dan terkadang dianggap kuno atau kurang relevan dengan kehidupan nyata mereka. Bisa dikatakan bahwa bagi Gen Alpha, pembelajaran harus bersifat cepat, mobile-friendly, dan on-demand.
Berikut media pembelajaran digital yang digunakan oleh Guru dalam proses pembelajaran IPS yaitu menggunakan Media Interaktif dan Visual Untuk memenuhi kebutuhan visual generasi Alpha, berbagai media seperti Video Pembelajaran Interaktif (grafik bergerak dan animasi) serta Permainan Edukasi digunakan. Permainan Edukasi atau gamifikasi mampu secara signifikan meningkatkan keterlibatan siswa, mengubah pengalaman belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan.
Memvisualisasikan Konteks Abstrak dengan AR dan VR. Konsep-konsep dalam IPS yang bersifat abstrak, seperti situs sejarah, tempat geografi, atau dinamika sosial dapat divisualisasikan menggunakan Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR). Contohnya, VR memungkinkan siswa untuk melakukan “kunjungan lapangan virtual” ke lokasi bersejarah, menawarkan pengalaman secara langsung yang jauh lebih mendalam dibanding hanya melihat foto di buku teks.
Pembelajaran Personalized dengan E-modul. Generasi Alpha cenderung merespons baik pada pembelajaran yang disesuaikan. E-modul interaktif yang memiliki fitur penilaian mandiri dan tautan ke sumber belajar luar (hyperlinks) memfasilitasi siswa belajar dengan kecepatan dan gaya mereka sendiri. Peran guru adalah sebagai kurator konten serta fasilitator yang membantu mereka menjelajahi informasi di dunia maya.
Project-Based Learning (PBL) Berbasis Digital. Kebosanan ditangani dengan mengalihkan perhatian dari sekadar menghafal menuju menciptakan. Strategi PBL, yang mengharuskan siswa menggunakan media sosial, vlog, atau podcast untuk memproduksi konten yang menjelaskan isu-isu sosial (IPS), sangat relevan bagi generasi Alpha ini tidak hanya memperdalam pemahaman materi tetapi juga mengembangkan keterampilan abad ke-21, seperti literasi digital dan kemampuan komunikasi.
Transformasi ini mengharuskan pendidik untuk tidak hanya berperan sebagai satu-satunya sumber informasi, tetapi juga sebagai perancang pengalaman belajar dan pelatih dalam dunia digital. Penggunaan teknologi perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan literasi digital para siswa. Para guru harus membantu siswa dalam menganalisis informasi yang mereka jumpai di internet, memastikan bahwa mereka dapat membedakan antara kenyataan dan berita palsu, yang merupakan elemen krusial dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di era digital.
Kebosanan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada generasi Alpha dapat diatasi secara signifikan dengan pemanfaatan teknologi digital yang terintegrasi. Sifat generasi Alpha yang visual, interaktif, dan tech-savvy memerlukan penggunaan media pembelajaran seperti permainan edukatif, augmented reality (AR)/virtual reality (VR), serta video interaktif untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam. Teknologi digital bukan hanya pelengkap, tetapi merupakan inti dari pendidikan modern yang mampu mengubah materi pembelajaran IPS yang abstrak menjadi pembelajaran yang kontekstual dan menarik. Implementasi strategi ini memerlukan peran aktif guru sebagai fasilitator serta peningkatan literasi digital siswa. Dengan adaptasi ini, pembelajaran IPS dapat direvitalisasi, dapat mendorong minat belajar siswa, dan pada akhirnya menghasilkan generasi yang kritis dan melek sosial di era digital.
Oleh: Revina Syahin Zanan, Mahasiswi Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial UINSSC
